Nata's Note

411 52 32
                                    

Terhitung bulan ke enam usia kandungan kara, dia udah benar-benar enjoy menjalani semua bahkan disaat gue semakin jarang banget pulang ke rumah. Sekarang juga kita punya satu bibi yang bantu buat beres-beres walaupun gak netep. Maksudnya si bibi dateng pagi-pagi buta dan kembali sekitar jam empat sore kemudian terus seperti itu.

"Malem sayang, maaf ya aku pulang gak ngabarin. Hp aku mati" ungkap gue saat masuk dan menemukan kara tengah membereskan beberapa buku milik agler.

"Tumben pulang, inget jalan rumah kamu?" balas kara tanpa melihat wajah gue.

Gue awalnya berfikir kalo kara cuma lagi badmood atau mode cuek ngode pengen di manja.

"Inget dong, masa gak inget sama rumah istri pertama" imbuh gue menggoda. Yang biasanya kalo kara lagi ngerajuk gini, dia pasti makin bete, dan disitulah titik menggemaskan nya meningkat.

"Oh bagus ya!! Punya berapa istri emang elo?" katanya.

Gue syok dong! Kok 'elo' sih?

Ini udah bukan bercandaan?

"Yang kamu kenapa?" tanya gue hati-hati.

"Jawab nat, elo punya istri berapa emangnya?"

"Sayang astaga. Aku bercanda. Istri aku ya cuma satu, kamu" jawab gue.

Kara melempar pandangan geram nya dan berjalan meninggalkan gue yang masih kengingungan.

"Yang?" panggil gue membuntuti kara.

"Aku kesel sama kamu! Gak mau liat muka kamu. Gak usah pulang, udah. Pindah aja ke rumah sakit!" katanya dengan deraian air mata.

Jujur gue gak pernah serandom ini menghadapi kara. Gue faham dengan emosi ibu hamil, tapi sebelum nya gak pernah ada kejadian kayak gini.

"Sayang sumpah deh, kamu kenapa? Kamu gak biasanya kayak gini. Ada apa?"

Hanya kalimat itu yang terus-terusan bisa gue lontarkan. Yaiyalah, gue kan bingung dan emang gak tau ini kara kenapa.

Kara semakin membanjir dengan air mata nya sedangkan gue masih berdiam terlebih saat dia masuk kamar dan mengunci nya dari dalam.

Gue masih bingung dan bertanya-tanya dalam diam ketika terus berusaha menggali ingatan gue sebelum kejadian malam ini.

Terakhir kali gue ngasi kabar dia adalah pagi kemarin saat gue baru aja kelar op. Sore nya disambung dengan video call agler sama leta. Dan seharian tadi, gue emang gak pegang hp sama sekali karena lupa di charge malemnya.

Gak ada yang aneh, gak ada hal-hal genting yang kara sampaikan sebelumnya. Bahkan saat hp gue kembali hidup pun, gak ada panggilan-panggilan darurat dari rumah atau pesan mendesak yang kara sampaikan.

Terus apa yang salah. Ada apa.

Malam tadi berakhir dengan gue yang tidur di kamar agler. Pas gue pulang, agler sama leta untungnya udah tidur sehingga gak harus jadi saksi adu mulut gue dan kara.

Esok paginya, gue bangun kesiangan. Agler udah gak ada disamping gue dan saat keluar kamar, kara udah sibuk di dapur menyiapkan sarapan dan agler sibuk dengan urusannya sendiri.

Jangan tanya leta, dia masih terduduk dengan wajah bantal nya yang khas menggemaskan.

Kara masak? Iya.

Bibi di rumah memang khusus mengerjakan pekerjaan berat, sementara memasak dan mengurus anak-anak tetap di pegang oleh kara. Itu komitmen kita, karena agler dan leta anak kita berdua, bukan anak bibi.

"Kakak! Kenapa malah ngurusin mainan? Jemputan nya kan sebentar lagi datang. Kenapa belum siap?!" gue bengong dong dengan apa yang barusan terjadi. Pertama kalinya gue denger kara ngebentak anak.

Marriage Life | Bbyu Vol.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang