Dokter awalnya ragu untuk mengizinkan kara melanjutkan kehamilannya karena riwayat operasi waktu agler lahir belum dikatakan pulih sempurna. Gue juga kara pastinya khawatir karena hal itu.
Tapi seiring berjalannya waktu selagi pemantauan, dokter optimis kalo kara dan calon anak kedua gue bakal baik-baik aja.
Hebat ya gue, udah mau punya dua anak aja. Apa kabar si cadel si nano? Rasanya pengen banget gue menaikkan bahu di depan mereka sekarang juga. Terlebih depan Reza. Haha
"Yang, aku mau cake strawberry" rengek kara setelah 2 jam lalu minta gue keluar buat beliin dia eskrim dengan rasa yang sama.
Usia kandungan kara sekarang masuk dua belas minggu lebih, dan manjanya dia udah ngalahin manja nya agler.
Sejak tau hamil, kara lengket banget sama gue. Mau nya nempel mulu, bahkan event gue baru pulang dari kampus setelah berkeringat seharian pun dia sanggup tahan dan memilih menggelendoti gue.
"Aku mandi dulu ya, yang. Sekalian mandinya sama agler jadi nanti kamu gak usah mandiin dia" jawab gue.
"Sekarang aja apa gak bisa, yang?"
"Aku mandi gak lebih dari 10menit kok. Janji"
Kara berdecak sebal selagi berjalan menjauhi gue.
Udah, ini artinya gue wajib pergi sekarang juga mencari apa yang dia inginkan.
Hal-hal seperti ini udah sering banget terjadi. Sejak gue kelar tugas di rs, kerjaan gue sekarang cuman bolak balik ke kampus buat konsulin tesis dan tentunya memenuhi apa yang kara inginkan berlandaskan kalimat ngidam.
Waktu hamil agler, kara gak pernah minta hal-hal aneh. Mungkin karena trimester pertama nya gue sama dia jauhan kali ya. Bukan nya enggak, tapi mungkin gue nya aja yang gak tau.
Tapi sekarang, seakan berniat balas dendam akan masa itu. Katakanlah kara memanfaatkan keadaannya. Apapun makanan dan barang yang dia liat lewat layar ponsel, berati itu yang akan di inginkannya.
"Halo pah" diperjalanan pulang, sebuah panggilan masuk dari bokap gue.
"Apa kabar nak? Kara sama agler gimana? Kalian baik-baik aja? Kandungan kara juga aman kan?" bokap gue nanya udah kayak orang ijab kabul aja. Sekali tarikan nafas.
"Kita semua baik pah" jawab gue.
Iya, Kabar kara hamil langsung menggemparkan keluarga besar gue dan kara saat itu. Bahkan bokap berniat mengirim 2 suster buat bantuin gue dan kara untuk mengurus rumah dan juga agler. Katanya, ibunya kara juga sempet minta pindah biar kara fokus sama kehamilannya.
Tapi gue dan kara sepakat, sebenarnya kara sih yang minta. Dia masih merasa sanggup untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu walaupun sedang hamil. Dia gak mau agler di ambil alih asuhnya oleh orang lain dan dia juga gak mau kalo gue sama agler makan masakan hasil orang lain.
Yang sebenarnya, dari hasil pengamatan gue. Kara terlalu memaksakan apa yang difikirnya akan baik-baik aja.
Bebenah sebentar, kara langsung cape. Masak dan nyium bumbu dapur, dia langsung muntah. Kan mana tega gue liatnya. Alhasil, selama 3 bulan ini, kita sering nya beli makanan sehat diluar aja dan masalah bebenah rumah, sebagai suami siaga, gue yang turun tangan mengatasi semuanya.
"Aku ini lagi diluar pah, kara minta di beliin cake. Aku tutup dulu, nanti sampe apart aku telpon lagi" ujar gue memutus panggilan.
"Yang, ini kue -" kalimat gue terhenti seketika.
Nanar mata gue fokus sama kara yang terduduk memegangi perutnya sedangkan agler menangis di sampingnya.
"Kamu kenapa?" tanya gue setengah berlari kearah kara.
"Perut aku sakit banget, yang" rintihnya yang bahkan tidak bisa meluruskan punggungnya, kedua tangan kara tetap melingkar memeluk perut.
Fikiran gue bener-bener kacau. Gue panik bahkan bingung apa yang harus gue lakukan.
Untungnya mbak gie dan bang yudis ada di aprtement nya.
Saat mereka datang, gue minta mbak gie buat jagain agler, sementara bang yudis ngebantuin gue bawa kara ke rs.
"Sabar ya, nat. Saya akan lakukan yang terbaik" ujar dokter hans saat kara di bawa oleh beberapa suster masuk kedalam ruangan.
Sekitar tiga puluh menit, dokter meminta gue masuk melihat keadaan kara.
"Bagaimana, dok?" tanya gue hati-hati.
"Kamu pasti sudah tau apa yang terjadi lewat foto ini"
Gue berusaha mencari jawaban atas pertanyaan gue, saat membaca juga melihat catatan medis kara.
"Jadi tidak bisa di pertahankan, dok?"
Gue tetap berusaha mencari jawaban lain, saat gue udah tau jelas apa jawaban yang akan terjadi.
"Sabar nat, saya tau ini pasti berat. Tapi jika dipertahankan pun, ini tidak baik untuk kara"
Kasus ini emang jarang terjadi pada ibu hamil, dimana letak plasenta kara tidak berada di tempat yang seharusnya. Menyebabkan kandungan kara terpaksa di hentikan, karena jika dipertahankan, dia bahkan janin yang ada dalam perutnya akan berada dalam bahaya.
"Sayang .. " erang kara menangis.
"Sttttt, tenang.. Semua baik-baik aja" ujar gue menghapus bulir air nata dan mengecup keningnya.
"Anak kita harus pergi?" sudut matanya mencari pembenaran.
"Ini jalan terbaik, yang. Untuk kamu, untuk dedek juga"
"Aku gak mau .. " kara menangis histeris dan disana, fikiran gue seketika kosong.
Setelah menjalani beberapa prosedur, jadwal kuret kara ditetapkan 12 jam setelah dilakukan pemasangan kontraksi palsu.
Baru aja siang tadi gue kasi tau bokap tentang keadaan kara dan calon cucu nya yang baik-baik aja. Tapi malam ini gue harus memberi kabar jika bokap gagal menjadi kakek dari dua cucunya.
"Kara masih di observasi, jam 3 nanti baru bisa dilakukan kuret" jawab gue.
"Papa kesana nan-"
"Enggak pah, papa baru aja keluar dari rs seminggu yang lalu. Cukup doakan kara baik-baik aja" cegah gue "ibu nya kara udah aku telpon pah, jadi kara pasti baik-baik aja" tambah gue.
Gue gak menampik jika setelah operasi, kara pasti sangat terputuk dan membutuhkan orang-orang terdekatnya, segera setelah mendapat kabar, ibu kara langsung memesan tiket di bantu oleh reza untuk datang ke sini menemani kara.
Selain itu, bokap dan tante anggi gue larang untuk melakukan hal yang sama. Karena ya, kondisi bokap yang sedang buruk akhir-akhir ini, bahkan satu minggu yang lalu, beliau sempat di opname di rs.
"Thankyou bang, udah bantuin aku" ungkap gue pada bang yudis.
Bang yudis hanya menepuk pelan pundak gue memberi kekuatan "fokus dulu sama kara dan pemulihannya, ini pasti berat buat kalian"
"Agler?"
"Agler baik-baik aja sama kita, nanti kalo kara siuman, agler aku bawa kesini"
Setelah berpamitan, bang yudis pergi menyisakan gue dan kara yang masih tertidur tenang.
Bahkan dalam lelapnya, bulir air mata tetap mengalir dari ujung mata kara.
A/N :
Author sedang free pasca
uts guys, makanya gak ada
kerjaan jadi ngetik mulu !
Haha
Jangan bosen ya baca
update nya aku, kalo yang komen banyak lagi, besok nata family janji kembali menyapa kalian 💋Btw !!
...
Karena di part kemarin terlalu manis, mari kita menyelam ke yang agak pahit .Semoga kalian suka
Ditunggu voment nya💋
.
.
.
.Love
Deapark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life | Bbyu Vol.2
Fiksi PenggemarSecond book of My (boy) Friend | Bbyu Vol.1 Banyak hal yang udah gue lalui bersama nata hingga sampai pada tahap ini, dan sekarang tugas gue adalah tetap berada disampingnya untuk melanjutkan apa yang gue dan nata mulai - KARA