"Ini teh nya, yang" ungkap nata setelah mencium puncak kepala gue. "Thankyou, sayang" balas gue dengan senyuman semanis mungkin.
"Anak-anak udah pada tidur?" tanya gue kemudian.
"Udah" jawab nata sebelum keluar dari kamar tempat gue nulis.
"Mau kemana?"
"Aku nunggu di ruang tv aja, kamu gak konsen kan kalo aku diem disitu?"
"Haha tau aja. Aku gak lama kok, ini bentar lagi selesai, tunggu ya"
Nata mengangguk lalu kembali menutup rapat pintu kamar.
Ya, semanis itulah perlakuan nata setelah kejadian tempo lalu.
Nata jadi semakin lebih mengerti tentang apa yang gue mau. Walaupun sebenarnya dia emang udah selalu mengerti, dia juga dengan ringan hati nya mengizinkan gue tetap melanjutkan kontrak kerja sama mbak retno. Dengan syarat kalo gue bisa bersikap pro, memisahkan urusan kerja dan tanggung jawab sebagai ibu dan istri.
Jadi ya gini, pulang dari rs kalo gak cape banget, anak-anak diurusin sama nata sampe tidur. Dan wajib setelah itu, dia masuk ke kamar tempat gue nulis sambil ngebawain teh dan sebuah kecupan manis.
"Udah selesai?" tanya nata dan dibalas oleh anggukan gue.
Nata tersenyum saat gue berjalan mendekat "Pegel gak? Sini aku pijitin" tawarnya selagi meneput sofa disebelahnya.
"Tumben banget, gak lagi ada mau nya kan?" sindir gue tapi tetap duduk disampingnya.
"Haha, ketauan dehh"
Kan, feeling seorang istri itu emang gak pernah meleset- ujar gue dalam hati.
"Kamu mau beli barang apa sekarang?" tanya gue menebak.
Karena biasanya, kalo nata udah gini berarti dia lagi ngincer barang yang sebenarnya gak terlalu penting untuk dibeli menurut gue, harganya pasti mahal makanya dia minta izin dulu.
"Bukan barang sih, yang" jawabnya selagi terus memijat pundak gue. "Dokter radit ngajak aku liburan minggu depan" sambungnya.
"Acara rumah sakit?"
"Bukan sih .."
Gue berbalik menatap nata.
"Kemana emang ?"
"Melbourne"
What?!
"Hah? Gak salah denger aku?"
Nata mulai gelagapan. Ya kali mau terbang jauh-jauh ke melbourne cuma buat liburan. Mendingan uangnya di pake buat beli popok leta atau pensil warna agler kan.
"Ini gak sepenuhnya liburan sih, yang. Sebenernya bang radit dapet dua tiket seminar di kampus buat dua hari disana. Dia nawarin ke aku dulu karena aku juga alumni sana"
"Penginapan udah di tanggung sama kenalan nya bang radit, jadi aku tinggal berangkatnya aja. Boleh ya?" jelas nata mencoba meyakinkan.
"Emang penting banget seminarnya?" delik gue.
"Ini semacam seminar nasional gitu yang, fakultas aku yang ngadain. Bang radit bilang sayang banget kalo tiketnya ditawarin ke yang lain"
"Jadi total kamu berapa hari disana?"
Nata tersenyum "seminggu.."
"Kok seminggu, gak kelamaan? Kan seminarnya cuma dua hari bukan?!"
"Kan seminar sekalian liburan+reuni juga sayangkuu"
Gue menyipitkan mata selagi meneliti wajah nata, mencari apa ada aura-aura bohong disana.
Chuu~
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life | Bbyu Vol.2
FanfictionSecond book of My (boy) Friend | Bbyu Vol.1 Banyak hal yang udah gue lalui bersama nata hingga sampai pada tahap ini, dan sekarang tugas gue adalah tetap berada disampingnya untuk melanjutkan apa yang gue dan nata mulai - KARA