Untuk sekarang ini, buat gue gak ada hal yang lebih penting dibandingkan agler dan nata. Jelas, mereka bagian dari hidup dan masa depan gue.
Saat nata dengan entengnya memperbolehkan gue tinggal, gue seneng bukan main walaupun gue tau, hati nata tidak sepenuhnya mengiyakan apa yang lidahnya ucapkan.
“sini agler pindahin ke aku aja yang, kamu pasti pegel. Udah tidur juga anaknya” ujar nata didalam pesawat saat agler tertidur lebih dari satu jam dipangkuan gue.
“gapapa, nanti kalo dipindahin, takutnya dia bangun lagi” jawab gue.
“makasih ya”
“buat?” tanya gue.
“semuanya” tanpa ragu nata mendekatkan bibirnya dan mendaratkan sebuah kecupan di pipi gue. “aku sayang sama kamu, sayang agler juga” tambahnya.
Sekitar pukul satu pagi, gue baru sampe di apartement setelah seharian menempuh perjalanan udara.
Sumpah gue cape banget. Berbeda saat berangkat kemarin, agler ngamuk nya bukan main saat bangun tidur. Udah gue kasi ASI, udah gue kasi makan, sampe gue kenalin sama pramugari cantik pun. Dia tetep nangis kejer.
“giliran udah sampe apartement aja dia diem. Malu-maluin deh anak kamu!” ujar gue saat menidurkan agler dan mendengus pada nata.
“anak kamu juga kali yang. Siapa yang suka ngamuk tiba-tiba sambil nangis kejer gitu?” nata memutarbalikan fakta dan menuduh “udah jelas, sifat buruk agler itu turunnya dari kamu” tambahnya lagi memfitnah gue.
“haha-in aja kali ya, biar kamu puas!” jawab gue dan memilih keluar dari kamar.
...
“semangat kuliah pertama setelah libur pendek papa” ungkap gue melambaikan tangan agler saat mengantar hingga pintu keluar unit.
Iya, nata kembali menjadi mahasiswa setelah kemarin hanya menyandang dua gelar sebagai suami dan ayah.
“aku gak tau pulang jam berapa yang nanti, kalo lewat dari jam 10 malam, kamu tidur duluan aja ya” pesannya setelah berpamitan.
Dan bener aja, udah hampir jam sebelas malam gini, nata belum juga pulang.
“kamu baru pulang? Maaf ya aku ketiduran” gue terbangun ditempat berbeda karena pergerakan nata yang memindahkan gue dari sofa ke tempat tidur.
“lanjut aja tidur nya, aku mandi sebentar nanti aku nyusul tidur” pintanya menahan gue saat mencoba berdiri.
Setelah kurang lebih setengah jam di kamar mandi, nata keluar dengan penampilan lebih segar dari sebelumnya “lah kok jadi bangun? Aku udah makan kok tadi di jalan sebelum pulang” ungkapnya.
“agler barusan nangis, popok nya penuh makanya aku bangun” jawab gue.
“berat ya pasti? Saat satu bulan lebih bisa bebas dari jadwal kampus dan sekarang balik lagi jadi tahanan kampus” tambah gue dengan niat meledek “mau aku pijitin?”
Bukannya menjawab, nata malah menarik lengan gue agar bisa duduk dengannya dipinggiran ranjang.
“ada yang mau aku omongin” terangnya.
Wajib sih urusannya, kalo nata udah pasang muka serius kayak gini, jantung gue berasa naik rollcoster, kayak ada sensasi naik turun nya gitu.
“kenapa? Ada apa?” tanya gue cemas saat terlihat jelas raut wajah nata yang muram.
Nata mengkerutkan dahinya dan memijat pelan pelipisnya.
Wah wah, ada apaan nih.
“kenapa yang?” tanya gue lagi.
“prankkkkk!” teriaknya sampe agler yang udah pules tidur lagi di box nya itu menangis.
“yahhh, kok agler jadi nangis sih yang” tanya nya.
“ya kamu teriak gak sadar volume! Jadi nangis kan anaknya!” bentak gue meraih agler dan berusaha menenangkannya kembali.
“abisan kamu sih, serius banget mukanya. Kayak ibu-ibu yang dikejar renternir” jawabnya enteng.
Sumpah ya, udah pengen gue bejek-bejek aja nih muka sok polos tanpa berdosa nya. Gak tau apa, nidurin agler itu susah banget akhir-akhir ini.
“kamu masih marah?” tanya nata bergabung bersama gue dan agler di ruang makan.
Ya kali gue lupa apa yang dia lakuin tadi malam. Sama seperti gue, kayaknya agler juga ngambek sama bapak nya, buktinya waktu nata menye-menye endusel nyapa dia pagi ini, nata tidak dihiraukan sama sekali oleh agler. Haha rasain!
“anak papa juga marah nih ceritanya?”
“aku minta maaf deh yang, gak lagi-lagi aku becanda kayak gitu”
Nata mulai menyiapkan amunisi membujuknya dengan langkah memeluk gue.
“aku janji gak bakal gitu lagi” monolognya.
“yanggg .. “ dia udah ngerengek. But sorry, kata maaf gue tidak semurah itu.
"Aku beliin taco dehh nanti pulang" cih, taco doangan mah gue bisa nitip sama devina.
"Papa beliin agler gummy bear dehh nanti, ya sayang?" Rayunya pada agler.
Nata menghela nafas dalam sebelum melanjutkan rayuan nya.
“nanti malam kita dinner diluar deh” serunya.
Oke, kali ini gue tarik kalimat gue.“serius? Janji?”
Nata berdecak sebal saat dengan spontan agler ikut tertawa saat gue loncat-loncat bahagia dengan tawaran papa nya.
“ck, anak sama ibu sama aja” gumamnya selagi menggelengkan kepala dengan nada pelan, tapi masih dengan jelas bisa gue dengar.
Sialan dasar..
.
.
.Thankyou, udah kasi feedback atas pertanyaan ku di chapter sebelumnya❤
Dan untuk malam ini,
Siapa yang setuju kalo agler punya adik dalam waktu dekat???Voment yooo☝
.
.
.Deapark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life | Bbyu Vol.2
FanfictionSecond book of My (boy) Friend | Bbyu Vol.1 Banyak hal yang udah gue lalui bersama nata hingga sampai pada tahap ini, dan sekarang tugas gue adalah tetap berada disampingnya untuk melanjutkan apa yang gue dan nata mulai - KARA