NATA : 39

448 60 21
                                    

"Kamu kapan sampe?" tanya gue canggung saat kara tiba di rs tanpa sepengetahuan gue, ralat! Kara sampe di melbourne tanpa gue tau dia berangkat kapan.

"Muka kamu kenapa? Gak seneng liat anak istri pulang?" tanya nya.

Sial! ini lebih genting dari red code.

"Yang, aku bisa jelasin"

"Oke, aku dengerin" jawabnya singkat.

Saat gue menghela nafas panjang untuk bercerita, sebuah panggilan dari ruangan masuk lewat hape gue.

"Aku harus-"

"Yaudah pergi, aku bisa pulang lagi sama agler"

"Yang-"

"Aku cape, aku baru sampe kurang dari 5 jam setelah menempuh setengah hari perjalanan" ungkapnya lirih "jujur ekspektasi aku akan kamu bukan gini nat" tambahnya.

"Kar dengerin aku-"

"Enggak sekarang" tolaknya.

Hati gue termohok saat kara bahkan menepis tangan gue ketika mendekat berusaha meraih agler yang di gendongnya "Aku mau pulang, kasian agler"

"Aku anterin kamu sampe nemu taxi, ya?"

Fikiran gue kacau. Wajah kara jelas menaruh curiga besar saat melihat gue duduk berdua di tempat makan tadi dengan marrie.

Setelah mendapat waktu giliran jaga, gue menghubungi kara yang akhirnya terhubung setelah panggilan ketiga."Kamu udah sampe apart, yang?"

"Udah"

"Agler mana?"

"Lagi nonton tv"

"Yang.. "

"Aku tunggu kamu sampe pulang, aku gak mau denger penjelasan kamu lewat hape"

"Kar aku mohon, kamu salah fah-"
Tut. 
Panggilan gue terputus sepihak.

Argggh! Gue harus gimana lagi. Fokus kerja juga gabisa gue kalo gini keadaannya, maksain pulang juga bukan ide bagus. Gue besok jadwal pagi dan ini udah malam.

"Hai nat" sapa seseorang yang terdengar familiar datang dari balik pintu igd.

"Om haris?" tanya gue kaget, "ngapain om disini?" tambah gue.

"Apa lagi, chek-up papa kamu"

"Bukannya jadwalnya masih akhir bulan nanti?"

"Kita udah re-scedule, papa kamu pengen berangkat barengan mantu dan cucunya kemarin"

"Kalian berangkat bareng kara?" tebak gue yang di iyakan oleh anggukan om haris.

"Kenapa gak ada yang ngasi tau aku kalo kalian berangkat kesini?" tanya gue pada bokap setelah selesai melakukan pemeriksaan.

"Kara yang minta, biar suprise katanya" jawab tante anggi.

Menanggapi jawaban bokap dan tante anggi, gue yakin kalo kara gak bilang apa-apa soal kisruhnya hubungan gue sama dia selama kara pulang kemarin.

"Sudah jam pulang dok?" tanya marrie saat bertemu gue di pintu keluar rs.

"Iya"

"Pulang ke rumah, or?"

"Ke rumah" jawab gue seadanya. Sumpah fikiran gue emang lagi buntu dan mengawang-awang menerka apa yang akan terjadi antara gue dan kara saat tiba di unit nanti.

"I'm so sorry dokter nata, i feel so badly cause-"

"Its oke marrie, aku bisa jelasin apa yang terjadi sama kara" balas gue yang kemudian pamit menuju hotel tempat bokap menginap.

Di pejalanan pulang, gue duduk dengan om haris sedangkan bokap dan tante anggi di mobil satunya.

Bokap memutuskan tinggal dua hari lebih lama dan pindah dari hotel ke unit kosong di apartement tempat gue tinggal.

"Hallo sayang, surprise .. " ungkap kara saat gue dan bokap sampai di unit.

"Aku kangen kamu" ujarnya memeluk gue.

Gue bingung, jelas.

"Anaknya disapa dong yang, kok kamu malah bengong?" tambahnya mengalihkan agler dari pangkuannya.

Seakan tidak terjadi apa-apa, kara terus bersikap seperti biasa walau gue tau yang dia lakukan adalah berpura-pura.

Tengah malam, setelah semua orang pergi dan agler berhasil ditidurkan kara.

"Yang .. "

"Sehari lagi. Papa, tante anggi dan om haris bakal pulang lusa. Sampe saat itu, baru kita bahas masalah kita" jawab nya tegas.

Kalo gue tau semua nya bakal gini, gue memilih untuk tidak membiarkan kara pulang. Dengan itu gue yakin, gue yakin gue gak harus melewati masa seperti ini.

Duduk bersama di sebuah tempat makan pusat kota. Gue duduk disamping kara dan memilih menikmati senyumnya yang tidak bisa gue lihat jika hanya berdua dengan gue.

"Kenapa ngelamun aja nat? Makanan nya di anggurin" seru om haris.

"Sesibuk itu ngeliatin kara nya. Udahlah, kan masih ada time buat berdua nanti di rumah" tambah tante anggi membuat papa terkikik dengan agler di pangkuannya. Sedangkan kara, dia hanya mengulas senyum tipis nya, senyum yang ia paksakan ada di depan semua orang.

"Liburan semester nanti, bawa kabar gembira kalo kalian akan kasi agler adik, ya" ungkap bokap.

"Hati-hati di jalan pah" ungkap kara "kasi kabar kalo udah sampe ya tante" tambahnya bergantian memeluk tante anggi.

"Titip mantu dan cucu papa ya, nat" lagi, hati gue terkoyak. Saat kara merapatkan tubuhnya selagi melingkarkan tangan di pinggang gue hanya untuk menandakan jika tidak ada hal buruk terjadi antara gue dan dia.

Diperjalanan pulang dari bandara ke apartement, kara hanya bungkam.

"Thankyou ya mbak, udah jagain agler, tadi rewel gak dia?" tanya kara pada mbak gia saat menjemput agler pulang.

"Enggak kok, dia main terus sama david tadi. Kan sayang?" jawab mbak gia.

"Kamu kenapa nat? Wajahnya murung banget?" pandangan seketika teralih pada gue.

"Aku gapapa mbak" jawab gue singkat.

"Agler laper sayang? Mama buatin nugget ya" gumam kara mendudukan agler di kursi makan nya.

"Ma.. Ma.. " seru agler saat memperhatikan kara memotong sayur membelakangi gue dan dia.

"Sebentar sayang, mama potongin dulu sayurnya" samar gue mendengar isakan yang ditahan kara selagi merespon kalimat yang keluar dari mulut agler.

"Sayang aku minta maaf" ungkap gue memeluknya dari belakang dan berhasil menghentikan aktifitasnya.

"Sejak kapan?" kalimat itu lolos dari mulut kara disela tangisnya.

"Apa nya?" tanya gue bingung.

"Sejak kapan kalian deket?" tanya nya lagi menjaga jaraknya lebih jauh.

"Ini semua gak seperti yang kamu fikirin yang, kamu salah faham"
Erang gue mencoba meyakinkan kara.
"Plis dengerin aku, kamu jangan nangis, berhenti nangis. Setidaknya di depan agler" ungkap gue menepis jarak dan memeluknya erat saat gue sadar jika agler duduk tepat di depan gue dan kara.




Happy reading
.
.
.
.
.

Deapark.





Marriage Life | Bbyu Vol.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang