KARA : 52

434 65 23
                                    

"Barang-barang nya udah segini aja?" tanya reza setelah satu jam lamanya menemani gue membeli beberapa printilan barang untuk persiapan melahirkan nanti.

"Udah, lagian barang-barang inti udah dibeli juga waktu di melbourne kemarin" jawab gue.

Kelar muter-muter di tempat belanja, gue sempet minta ke wc dulu sebelum jemput agler di sekolah nya.

Sementara gue menyelesaikan urusan gue di wc, reza duluan keluar buat parkir mobil biar nanti gue tinggal naik aja.

Entah begitu sialnya gue hari ini, saat berjalan ke arah pintu keluar, seseorang yang berjalan dibelakang gue tiba-tiba bersikap dan menabrak lengan gue.

Awalnya gue masih melongo, enggak sakit, cuman gue baru sadar. Tas gue di ambil.

Gue di jamret coy!

Gue teriak minta bantuan hingga scurity datang dan mencoba berlari mengejar si pencuri.

Gue yang di papah salah satu pengunjung mall, berjalan keluar menunggi reza hingga akhirnya reza datang dan menenangkan gue saat tau gue kenapa.

"Isi tas nya apa aja, kar?" tanya reza.

"Cuma hape sama dompet za, cuma-" jawab gue terpenggal karena isakan.
"Cincin nikah aku, aku simpen di tas tadi" tambah gue kemudian.

Iya, cincin nikah gue sama nata emang agak longgar, makanya kalo gue ke air, gue selalu lepas itu cincin karena takut jatoh kalo kena sabun dan air. Biasanya gue langsung pake lagi, cuman waktu masuk wc tadi entah kenapa gua kefikiran buat nyimpen itu cincin di tas aja.

"Aku takut nata marah" ungkap gue.

"Yaudah, sekarang kamu tenang. Kita jemput dulu agler, abis itu, kita ke kantor polisi ya"

Dan benar, setelah menjemput agler di sekolahnya, reza kembali ke mall tadi dan meminta rekaman cctv dari sana. Setelah itu entah siapa yang terus menerus di hubungi reza hingga akhirnya gue dan agler di suruh nunggu dia kembali di salah satu tempat makan selagi dia pergi.

Satu jam setelah itu, reza kembali. Dengan tas gue di tangannya.

"Kok? Tas aku ketemu, za?" tanya gue gak percaya.

"Coba di cek dulu, dalem nya lengkap atau enggak"

Gue gak perduli dengan hape dan dompet. Yang gue fikirin cuma satu, cincin emas putih yang ada di dalamnya itu masih ada atau enggak.

"Ada gak?" tanya reza memastikan.

"Ada, za" jawab gue gak bisa menahan air mata lega. "Makasih ya" tambah gue dengan binar bahagia.

Iya, karena pristiwa malang itu, gue jadi pulang malam ke rumah. Si pencopet hanya mengambil hape dan uang cash dari dompet gue, sementara sisa dari isi dompet dan cincin yang berharga ini masih utuh.

Itu sebabnya gue gak bisa ngehubungin siapa-siapa sebelum pulang, reza juga. Karena kalut dengan kejadian tadi, dia baru sadar jika nata menghubunginya bahkan sebanyak 5 kali.

"Aku temenin kamu jelasin ke nata, ya" ungkap reza yang seperti nya tau jika nata marah. Ya iyalah, siapa yang gak bakal tau, nata keluar menghampiri gue dan reza saat keluar mobil dengan tatapan nanar, dan mengambil agler tanpa sepatah kata pun.

"Gak usah za, nata lagi emosi. Bukannya membaik nanti dia bisa makin salah faham"

"Kamu yakin?"

"Iya, makasih banyak pokoknya buat hari ini. Terlebih buat nemuin ini, za" ungkap gue memperlihatkan benda yang melingkar di jari manis gue selama 5 tahun ini.

"Gapapa kar, aku seneng bantu kamu. Dalam hal apapun, kalo gitu aku pulang. Kalo kamu butuh saksi buat yakinin nata, telpon aku aja"

"Haha, iya iya. Take care za"

"Hmm .. " jawabnya singkat mengulas senyum sebelum pergi.

Oke, tugas gue sekarang adalah meledakkan bom yang ada pada nata.

"Yang, tadi aku-" ungkapan penjelasan gue di cut gitu aja sama nata.

"Ini udah malem, kamu pasti cape seharian jalan sama reza. Cepet istirahat" imbuhnya kemudian pergi keluar kamar agler.

Gue tau nata lagi panas banget, percuma kalo sekarang gue kasi tau dia apa yang terjadi. Mau gue ngomong sampe berbusa atau sampe gendang telinga nya pecah pun. Gue pasti tetep salah di mata dia.

Setelah meluruskan badan sebentar, nata belum juga masuk ke dalam kamar. Gue tau dia dimana, dan dugaan gue benar, nata kalo lagi kalut atau berfikir itu pasti diem di ruang kerja nya. Sama waktu di melbourne juga, nata punya satu ruangan dimana mungkin buat dia adalah tempat untuk merenung dan berfikir jernih.

Gue udah gatel banget sebenernya pengen bilang apa yang terjadi. Karena hal ini emang harus diluruskan, terlebih saat gue melihat tiga tiket pameran robot untuk jam tujuh malam ini tergeletak di atas meja rias gue.

Nata pasti kecewa banget, tapi gue juga takut. Gue takut bahkan hanya buat sekedar masuk ke ruangan nya dan berbicara menatap wajah kecewa nya akan gue.

Gue belum bisa tidur, tapi saat mendengar langkah kaki dan pintu kamar terbuka, gue pura-pura tidur lelap.

"Kamu gak merasa bersalah, kar?" tanya nata setengah berbisik di samping gue.

"Aku seneng banget bisa pulang cepet buat ngabisin waktu sama kamu, sama agler. Tapi kenapa malah gini, aku kecewa sama kamu" tambahnya kemudian.

Hati gue ngilu banget denger kalimat nata, entah walaupun disini dia cuma salah faham, tapi gue benar-benar merasa buruk dengan kekecewaan yang dia dapet hari ini.

Gue gak bisa nahan air mata gue saat bersuara "aku minta maaf, yang"

ungkap gue yang berhasil membuat nata sedikit kaget.

"Aku gak bermaksud bikin kamu kecewa" tambah gue selagi perlahan bangun dari tempat tidur.

Nata yang melihat linangan air mata gue seperti iba hingga memutuskan untuk ikut duduk di atas tempat tidur walau tetap bungkam.

"Aku tadi kecopetan"

"Apa? Kok bisa? Kenapa gak bilang? Kamu gapapa tapi?"

Ya, respon nata tidak mengecewakan gue. Walau seharusnya ini gue lakukan sedari tadi, tapi gue cukup lega jika nata akhirnya tau apa yang terjadi.

Setelah bercerita dari a sampai z, nata hanya menghela nafas nya dalam sebelum membawa gue dalam pelukannya.

"Feeling aku emang jarang banget salah, pantes aku tuh gatel banget tadi pengen nyuruh kamu langsung pulang aja kelar cek-up. Eh tau nya kejadian gini"

"Terus kenapa kamu gak larang aku?"

"Aku tau kamu pasti bete dan nyangka aku masih jeles sama reza kalo aku larang, makanya aku iya iya aja" jawabnya enteng.

Alahh, alesan lu pak!

"Jadi kamu udahan kan marah nya sekarang?" tanya gue menatap wajah si calon bapak dua anak.

"Sebenernya, belum"

"Kok gitu?!"

"Belum, sebelum kamu temenin aku begadang"

Oke, gue tau kemana arah guyonan nata.

"Kamu yakin? Ini udah mau jam 2 pagi, yang"

"Kenapa enggak?"

"Besok kamu gak ada jadwal operasi?"

"Enggak" jawabnya yakin "dan enggak perduli walaupun ada" tambahnya kemudian.

"Yaudah deh, iya iya" jawab gue pasrah.



Selamat malam sabtu
.
.
.

Love❤
Deapark.

Marriage Life | Bbyu Vol.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang