NATA : 4

715 69 17
                                    

Terhitung memasuki bulan ke delapan pernikahan gue dan kara, semua mulai berjalan seolah sudah seperti biasa.

“belum ada kabar baik untuk papa nat?” tanya bokap saat gue datang ke rumah tanpa kara.

“kabar baik apa pah?”

“papa ingin cucu dari kamu dan kara. Apa perlu, papa kirim kalian pergi bulan madu lagi biar cucu papa cepat hadir?”

“ide bagus itu, sepertinya kalian memang butuh jeda dari aktifitas kalian nak, kamu sibuk dengan pekerjaanmu juga kara sibuk dengan karirnya. Liburan dan honeymoon tante rasa cocok untuk kalian” timpal tante anggi ditengah percakapan gue dan papa.

“kara lagi fokus dulu tante sama buku kedua nya, lagipula kerjaan nata di rs gak bisa di tinggal akhir-akhir ini” jawab gue membuat bokap dan tante anggi hanya bertukar pandang.

Akhir-akhir ini entah kenapa persoalan anak seakan menghantui hidup gue.

Mulai dari bokap, ibu mertua, dokter seno bahkan teman-teman gue kerap bertanya tentang kapan mereka mendengar kabar gembira dari gue dan juga kara.

Hal yang sama juga terjadi pada kara sepertinya. Belakangan kara sering membahas tentang bayi didepan gue.

aku tadi liat anak kembar yang di mall, lucu banget tau. Yang satu digendong ibunya, yang satu lagi digendong ayahnya”

siang tadi aku keluar sama uci beliin sepatu baru buat loly. Gemesin banget tau gak sih yang. Loly udah mulai bawel sekarang kalo diajak ngomong”

Dan juga sering belakangan ini kara terbangun ditengah malam hanya untuk meminta haknya akan gue.
(U know i mean?)
Hal yang bahkan sama sekali tidak pernah dilakukannya selama ini.

Gue tau apa yang kara rasakan sekarang, terlebih selama dua hari ini kemarin, rumah gue begitu hangat dengan hadirnya loly saat uci dan demas disibukkan dengan kondisi orang tua uci yang drop.

Apa yang kara inginkan juga adalah apa yang gue inginkan. Tapi melulu menanyakan hal yang sama terhadap kara seperti pertanyaan orang-orang justru akan menjadi beban buat dia, dan gue gak mau itu terjadi.

Malam ini gue pulang dan mendapati kara tengah menangis di kamar.

Gue kaget dan khawatir pastinya.

“kamu kenapa sayang?” tanya gue merengkuh kara yang memeluk lututnya diatas tempat tidur “kenapa?” tanya gue lagi dan kara tetap bungkam.

“kamu sakit, hm?” tanya gue saat kara mulai tenang.

“aku gapapa kok. Aku abis nonton film tadi dan endingnya sedih banget” jawab kara kembali mengeratkan pelukannya.

Kara adalah seorang zero jika untuk berbohong, dia harus berusaha lebih keras agar bisa mengelabui gue.

Gue tau ada hal yang terjadi tapi enggan dibagi kara dengan gue. Dan yang harus gue lakukan disaat seperti hanya tetap berada disampingnya.

“emang sesedih apa sih ending film nya tadi?” tanya gue yang tidur disamping kara masih dengan memeluk erat tubuhnya.

“kamu gak perlu tau nanti kamu ikutan nangis yang” jawabnya singkat sebelum pergi dengan tidurnya.

Saat kara mulai lelap, gue baru bisa bangun untuk sekedar membersihkan diri.

Mata gue mendapati benda asing di kamar mandi yang seketika menjawab pertanyaan gue akan tangisan kara yang tiba-tiba.

Tespack dengan garis negatif.

...

Pagi ini gue bangun lebih awal dari kara.

Marriage Life | Bbyu Vol.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang