KARA : 50

479 63 23
                                    

Terhitung satu bulan sejak gue sekeluarga pulang dari melbourne, semua berjalan seperti kita emang gak pernah pergi jauh kemana-mana. Terkecuali agler, daya ingin tahu nya meningkat dua kali lipat, mengingat banyak hal yang berbeda dari kehidupannya sejak lahir antara disini dengan di melbourne sana.

Nata sekarang udah resmi jadi dokter di salah satu rumah sakit besar berkat rekomendasi teman kuliahnya saat spesialis. Gue sempet bete karena keputusan dia buat ngambil kerjaan ini dilakukan tanpa diskusi ataupun minta pendapat dari gue.

But i want make it simple, selama nata bisa survive dengan keputusan nya tanpa melepas kewajiban dia sebagai suami dan papa untuk agler. Gue akan setuju dan dukung apapun keputusan dia. Every people has principle, dan gue gak mau merubah prinsip orang lain termasuk nata yang notaben nya sebagi suami gue.

Selama satu bulan ini gue masih tinggal di rumah ibu, karena jadwal kerja nata yang mulai cukup padat ditambah sistem on call nya, dia khawatir jika terjadi sesuatu pada gue yang lagi hamil gini kalo tinggal cuma berdua aja sama agler.

"Kamu baru pulang?" Tanya gue saat mendapati nata ikut berbaring ditempat tidur dan mengecup singkat kening gue.

"Iya sayang, maaf ya, aku jadi ganggu kamu" jawabnya setengah berbisik.

"Kok bangun, lanjut aja yang tidurnya" cegahnya saat gue perlahan duduk dari posisi gue sebelumnya.

"Kamu udah makan?"

Dengan cepat nata mengangguk dan menggiring gue kembali tidur dipelukannya.

"Maaf karena aku pulang larut terus. Tadi ada operasi dulu" terangnya selagi mengelus rambut gue.

"Gapapa kok, aku ngerti. Asal kamu pulang dan janji jaga kesehatan kamu, i'm fine" balas gue.

Nata menghela nafasnya dalam.

"Aku jadi banyak banget ya, ngelewatin waktu bareng kamu, bareng agler. Contohnya kemarin waktu agler minta aku ikut dia ke sekolah di event Daddy day, aku gak bisa dateng yang, karena ada panggilan operasi" ungkapnya dengan nada menyesal "aku juga jarang banget ngajak dedek ngobrol, makanya sekarang kalo aku elus, dia jarang banget gerak ngerespon" tambahnya kemudian mengelus perut gue.

Kalimat penyesalan nata terdengar begitu pilu ditelinga gue.

Iya, sesulit itu sekarang buat gue, nata dan agler menghabiskan waktu bersama. Terkadang, nata pergi ke rs lebih pagi sebelum agler bangun karena jarak tempuh yang tidak dekat itu. Dan seperti malam ini dan malam-malam sebelumnya di satu bulan terakhir, nata pulang di atas jam 10 malam disaat agler sudah harus tidur.

"Agler kangen berendam sama papa" pernah bahkan kalimat itu diungkapkan beberapa kali oleh si calon kakak saat gue menemani nya mandi.

Dan selalu, jawaban gue adalah "papa kan kerja buat kita sayang, buat kakak, buat mama, dan buat dedek. Papa juga happy saat memakai jas putihnya. Its the reason kenapa papa jadi gak punya waktu banyak lagi buat kakak. But is'nt wrong, kan masih ada mama, oma dan sebentar lagi ada dedek. Right?"

"Of course mah, thankyou" jawab agler lalu diakhiri pelukan erat.

Dan setelah mendengar kalimat panjang gue. Selalu, mood breaker agler kembali membaik.

Dan kali ini, sebelum menjawab narasi nata, gue sempatkan mendongkak dan mendaratkan kecupan dikedua mata lelahnya yang jelas kurang tidur, hidungnya, kedua pipi dan berakhir dibibirnya.

"You was do the best, sayang. As husband, as dad. Aku tau ini berat buat kamu, karena aku juga merasakan hal yang sama. But is the real life, kita harus keluar dari zona nyaman kita, mewujudkan mimpi yang udah kita rancang, dan masalah agler, aku bisa handle buat kasi dia pengertian"

Marriage Life | Bbyu Vol.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang