Hari ini diperjalanan pulang dari kampus, sebuah panggilan datang dari devina. Kebetulan, banyak banget yang pengen gue tanyain sama dia setelah dia menghindar dari gue belakangan ini.
“hallo, dev elo-“
Belum juga kalimat gue selesai, ternyata seseorang menelpon gue untuk devina. Ya, gue gak tau apa yang terjadi dengan devina sampai dia mabuk berat disalah satu bar pusat kota.
Sambil meracau gak jelas, devina terus meminta maaf sama gue hingga sampai di apartement miliknya.
Gue tau apartementnya bukan karena gue pernah datang apalagi mampir, tapi dia pernah cerita sama gue dimana dia tinggal selama disini.
Sampai di loby apartement, gue meminta bantuan security untuk mengantarkan devina agar jauh dari salah faham semua orang yang melihat. Devina tidak tinggal sendiri, untungnya salah seorang roommate dia ada di dalam unit, jadi gue bisa dengan lega meninggalkan dia tanpa harus khawatir.
Turun dari unit devina gue sempet cek hape dan ternyata dari tadi kara terus menghubungi gue. gue panik dong, ada 13 panggilan tak terjawab dari kara. Gue takut ada hal buruk terjadi sama dia.
Sekitar jam sebelas malam gue sampai di apartement. Gue fikir kara pasti udah tidur tapi ternyata belum.
“kamu dari mana? Ketemu devina?” tanyanya yang duduk di depan tivi.
“sayang aku bisa jelasin, tadi aku-“
“kamu tinggal jawab yang, kamu ketemu devina enggak?” tanya nya lagi.
Sumpah demi apapun gue takut banget kara salah faham dengan semua ini. Tapi berbohong juga bukan pilihan yang tepat.
“iya yang, aku ketemu dia tadi” jawab gue jujur apa adanya.
“dia baik-baik aja kan?” tanya kara lagi.
Gue kaget sih, bukan seharusnya kara itu marah ya di posisi ini? Kok dia malah balik nanya keadaan devina sama gue.
“yang jawab, devina baik-baik aja kan waktu ketemu sama kamu?” tanya nya lagi khawatir.
Dan setelah panjang lebar kara bercerita. Barulah gue mnegerti apa yang sebenarnya terjadi disini.
“maafin aku sayang, aku sama sekali gak tau devina suka sama aku. Aku fikir dengan dia tau kalo aku udah nikah, semua masalah selesai. Aku gak pernah kasi harapan sama siapapun, aku gak-“
“aku percaya sama kamu kok yang. Aku tau devina gadis yang baik. Kalo enggak, gak mungkin dia berani bilang jujur sama aku. Bisa lebih parah lagi kalo dia ngambil kamu dari aku diem-diem” kara berhasil memotong kalimat gue.
“kamu yakin gapapa yang? Kamu gak marah sama aku? Sama devina?” tanya gue hati-hati
“aku marah kalo kamu punya perasaan sama kayak devina!” jawabnya memautkan bibir.
“enggak lah yang, aku udah punya kamu, dan sebentar lagi punya anak. Apa pantes cowok yang udah berkeluarga dan akan menjadi seorang ayah masih tebar pesona aja di depan cewek lain?” tanya gue.
Kara hanya menaikkan kedua bahunya “ya mana aku tau yang, aku kan bukan cowok!” jawabnya santai.
...
Kejadian hari ini benar-benar membuat gue terperangah gak percaya. Terlebih dengan respon kara yang begitu luwes menghadapi something wrong yang melibatkan devina.
“hari ini kamu ikut aku ya”
Pagi-pagi kelar mandi gue menghampiri kara yang sibuk membuat sarapan di dapur.“kemana?” tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life | Bbyu Vol.2
FanficSecond book of My (boy) Friend | Bbyu Vol.1 Banyak hal yang udah gue lalui bersama nata hingga sampai pada tahap ini, dan sekarang tugas gue adalah tetap berada disampingnya untuk melanjutkan apa yang gue dan nata mulai - KARA