Seperti biasa, lika-liku kehidupan rumah tangga Bian dengan Jinyoung tidak selamanya mulus. Terkadang harus berdebat hanya karena Bian tidak mau ada cabai di makanannya sedangkan Jinyoung ingin banyak cabai.
Jinyoung dan Bian merupakan pasangan pemain drama yang memiliki chemistry yang bagus. Dan juga tentunya menjalankan peran mereka dengan amat sangat baik.
Di sekolah, Bian bisa bersikap menganggap Jinyoung hanya gurunya. Sedangkan di luar sekolah, dia bisa bebas menganggap Jinyoung sebagai gurunya, pacarnya, kakaknya, atau bahkan suaminya.
Bian juga sudah cukup percaya diri ketika diajak Jinyoung untuk kumpul dengan teman satu gengnya. Selain dia mendapat teman baru, dia juga mendapatkan pelajaran untuk menjadi istri yang sempurna bagi Jinyoung. Ia mendengarkan tiap cerita yang mengalir dari bibir manis istri teman-teman Jinyoung. Yang dimana mereka melakukan ini dan melakukan itu ketika ini dan ketika itu.
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Karena dia tidak memiliki pengalaman menjadi seorang istri, jadi dia belajar dari pengalaman orang lain yang sudah menjadi istri hebat. Dan dari semua yang didengarkannya, salah satu poin dari istri yang baik itu mampu memberikan keturunan bagi prianya.
Well, untuk urusan keturunan Bian mengenyampingkan itu. Bukan berarti dia tidak normal atau Jinyoung pun begitu. Hanya saja, keduanya terlalu muda untuk dianugerahi seorang bayi yang tampan atau bahkan cantik.
Sebagai jadwal rutin akhir pekan di pekan pertama, Bian mengepak barang yang sekiranya diperlukan ketika menginap di rumah kedua orang tuanya.
Kata Jinyoung walaupun telah berkeluarga, mereka tetap harus mengingat rumah sebelumnya, keluarganya tempat keduanya dibesarkan dengan penuh berkah. Lalu dengan keputusan bersama yang diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat, minggu pertama untuk mengunjungi rumah orang tua Bian, dan minggu ketiga untuk mengunjungi rumah orang tua Jinyoung.
"Mas ini lanjutin dong. PR Bian ada yang belum selesai, tinggal dikit."
Pada Jumat sore hari sepulang sekolah, Bian harus langsung mengerjakan pekerjaan rumahnya. Agar dia tidak perlu repot-repot membawa buku paket dan laptopnya ke rumah orang tuanya atau rumah orang tua Jinyoung. Niatnya kan untuk menyalurkan rindu, bukan menumpang untuk mengerjakan PR.
Jinyoung datang dengan tergesa lalu mengambil alih barang yang sedang Bian tata.
"Makasih mas."
Baru saja Bian ingin beranjak menuju meja belajarnya, Jinyoung menariknya hingga membuat bibirnya hampir menyentuh bibir Bian. "Enggak gratis." Ujarnya dengan seringaiannya.
Dengan seenaknya sendiri, Jinyoung mengecup singkat bibir Bian lalu melepas cengkraman tangannya. "Udah sana ngebucin sama PR." Jinyoung mendorong Bian yang hanya diam mematung.
Ia terkekeh pelan, "Mau lagi?"
Sontak Bian tersadar lalu menggelengkan kepalanya kesal. "Apaan sih!"
Jinyoung terkekeh lagi.
Selagi Bian menyelesaikan sisa PR-nya, Jinyoung sudah menyelesaikan tugasnya dan berbaring di ranjang Bian dengan buku novel di pangkuannya.
"Kita berarti tidur sekasur ya nanti malem?" Tanya Jinyoung seraya membuka halaman yang ia beri batas. "Asik dong."
"DUH APA SIH APA!"
Mendengar Bian berteriak kesal Jinyoung tertawa dan semakin semangat menggodanya. Ia membaca rangkaian kata buku yang dibacanya.
"Kangen deh tidur pelukin istri."
Bian memutar kursinya, "Mas, keluar gih."
"Loh, kok mas diusir?"
Bian mencebik kesal, "Ya habisnya berisik."
![](https://img.wattpad.com/cover/150035245-288-k202562.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher; Park Jinyoung
FanficLika-liku Park Jinyoung yang istrinya itu muridnya di sekolah. "Lho berarti kamu istri saya dong?" alvatair, 2018