eXtra - Behind The Future/s

4.8K 350 9
                                    

extrapart dikabulin, tp vomment dulu sebelum baca

Jinyoung dan Jaehyun mendatangi makam yang tanahnya bahkan masih basah. Di bawah kaki mereka, terbaring orang yang mereka cintai. Cintanya, hidupnya, dan harapannya.

Jinyoung tertunduk, begitu pula dengan Jaehyun.

Begitu banyak air mata yang jatuh, menyesakkan dada karena kepergian sang kekasih. Hujan turun seperti rindu yang menggebu-gebu. Ikut menangis seolah turut merasakan sedihnya keduanya.

“Chaeyeon, tolong jaga Junior. Kalau kamu ketemu Bian di jembatan surga, tolong beritahu dia, cepat pulang.”

“Karena saya rindu,” Suara Jinyoung bergetar.

Jinyoung semakin mendalamkan tundukkan kepalanya. Membiarkan kepala dan punggungnya basah karena tangisan awan.

Kenangannya tentang Junior hadir, bukan kenangan baik. Ini tentang Jinyoung yang sempat menolak kehadirannya.

“Papa, minta maaf.”

Jinyoung ingin berteriak. Menyalurkan semua rasa sakit di dalam benaknya. Sebuah rasa penyesalan yang teramat besar dan tentu menyiksanya. Sudah tujuh hari ini, semenjak kepergian Junior, Jinyoung selalu dihantui rasa bersalah.

Bahkan Junior hadir di dalam mimpinya. Mengatakan bahwa dirinya bukanlah ayah yang jahat. Mengatakan bahwa, dirinya amat dengan sangat menyayangi Jinyoung. Serta, memohon untuk tetap menyayangi ibunya dan menyemangatinya walau belum sempat bertemu dengannya.

Jinyoung mengingat benar wajah damai –pucat dan dingin– Junior yang sudah terbaring kaku. Membayangkan janin yang bahkan masih sangat kecil itu terluka karena keegoisan cinta.

Jaehyun hancur, begitupula dengan Jinyoung.

•••

“Puas lo udah bikin Chaeyeon dan Junior mati?”

Oknum lain yang juga merasa kehilangan, dengan keji menjebloskan Jennie ke penjara. Menanggung semua akibat dari perbuatan gilanya.

Dari balik kaca tebal Jennie menggeleng merespon Chanwoo, “Belum puas. Karena Bian masih hidup.” Balasnya dingin.

Arin mengusap air matanya yang jatuh. Dengan ragu, Chanwoo mengusap lengannya dan mengatakan semuanya baik-baik saja.

“Kak Bian pernah salah apa sih, Kak, sama Kak Jennie?” Hati Arin ikut sakit mendengarnya berita yang Chanwoo sampaikan.

Malam itu Arin menunggu kedatangan Chanwoo yang sampai dini hari tidak kunjung datang. Tepat pukul setengah dua, Chanwoo datang dengan raut kacau. Matanya bengkak, wajahnya memerah, dan kemejanya yang banyak terdapat darah.

Chanwoo bercerita, tentang apa yang bukan kesalahannya tetapi ia anggap sebagai kesalahannya. Dengan sabar Arin menggantikan pakaian Chanwoo dan membiarkan laki-laki itu membersihkan dirinya dengan air hangat.

Apa yang terjadi, bukan salah Chanwoo.

“Salah Bian apa?” Jennie tertawa remeh, “Banyak!”

Chanwoo berdecih. Dia tidak lagi menganggap Jennie sebagai perempuan. Di matanya, Jennie hanyalah iblis yang benar-benar pantas masuk neraka.

Bahkan pintu neraka terbuka lebar untuk menyambutnya.

“Tapi apa pernah Kak Bian ngelukain Kak Jennie?”

“Arin, cukup.” Sela Chanwoo.

“Aku enggak bisa kak, Kak Bian orang baik, dan kenapa Kak Bian harus ngalamin kaya gini semua. Pokoknya aku enggak terima ya, Kak Jennie harus tanggung jawab! Aku mau Kak Jennie dihukum mati!”

Teacher; Park JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang