40. Sorry

4.1K 337 39
                                    

Bian mematut dirinya di depan cermin. Mengedipkan matanya beberapa kali hingga merasa nyaman dengan bulu mata pasangan yang memang dipasang di atas miliknya yang asli.

“Chanwoo sudah nungguin di bawah.” Suara manis Jinyoung memenuhi inderanya. Bian berbalik dan melayangkan senyuman untuknya.

“Sudah cantik?”

Jinyoung mengangguk, “Selalu cantik.”

Bian kembali melayangkan senyumnya, hingga matanya menjadi satu garis lurus. Menggemaskan sekali di mata Jinyoung.

“Nanti mas ke sana kan?”

Jinyoung meraih pinggangnya dan memeluk istrinya yang baru saja melangsungkan wisuda sekolah menengah atasnya. Cukup bangga dengan prestasi yang diraihnya. Peringkat dua parallel dan peraih nilai unas tertinggi.

“Pasti. Kamu berangkat, mas juga berangkat.”

“Oke, Bian berangkat duluan. Rambutnya minta tolong Kak Jimin benerin ya, pakai yang kaya Kak Jimin kemarin.”

Jinyoung mengangguk sampai poninya yang baru saja ia sisir ke belakang jatuh menutupi dahinya. Bian terkekeh gemas dan mengacak poni Jinyoung. “Besok potong rambut ya mas? Biar rapi.”

Jinyoung menggeleng, “Enggak mau gundul.”

Bian berdecak, “Dirapikan mas, bukan digundul.”

Jinyoung tersenyum jenaka, “Siap. Diwarnain juga boleh enggak? Ala-ala boyband.”

Bian mengacungkan ibu jarinya lalu melepas pelukannya dengan Jinyoung. “Warna pink ya, biar kaya Taeyong NCT.” Sebelum menyambar tasnya dan pergi, Bian memberikan satu kecupan manis di pipi pria itu.

Di ruang tamu, tampak Chanwoo yang sudah tampan dengan setelannya, diserbu banyak pertanyaan oleh Jimin. Katanya sekaligus wawancara sebagai perlindungan. Dengan raut tidak suka Jinyoung ketika Jimin memberikan pertanyaan menjebak, Jimin berhenti.

Mengedikkan bahunya acuh, “Siapa tau dia mau ngajak Bian selingkuh.”

Jinyoung memukul kepala belakang adiknya yang mulutnya suka kelewatan, “Bicara apa kamu?” Jinyoung menyentak dagunya sombong. “Dia itu suami orang. Mana berani ngajak selingkuh istri orang?”

Jimin nyengir sambil mengusap pelipisnya gugup. “Hobi kok berpikiran negative.” Lanjut Jinyoung.

Jimin enggak terima, “Hobi kok membohongi diri sendiri.” Lalu laki-laki pendek itu mengambil langkah cepat menuju kamarnya.

“Kak Jimin jangan lupa dandanin Mas Jinyoung yang ganteeeeeeng!” Teriak Bian lalu menyambut uluran tangan Chanwoo yang mengajaknya untuk segera pergi.

Punya suami yang enggak terlalu posesif seperti Jinyoung itu enak, pengertian sekali. Tetapi kadang Bian juga ingin Jinyoung cemburu. Kan tandanya Jinyoung itu cinta sama Bian.

Hidup sudah drama, jadi enggak perlu ada drama di dalam drama. Jatuhnya jadi melodrama. Penuh dengan skenario cinta.

Padahal bukan iKon.

Di mobil Chanwoo, hening. Chanwoo fokus menyetir sedangkan Bian bertengkar dengan benaknya sendiri. Ingin sekali ia membahas lebih lanjut permasalahan Jennie tempo hari.

Dengan membahasnya, sama saja Bian membiarkan otaknya terus-terus berpikir tentang kalimat menyedihkan yang dilayangkan untuknya.

“Chan, diem aja?” Bian bertanya, ia memecah keheningan.

Chanwoo menoleh dan tampak gugup, “Eh? Kenapa?”

Bian menggeleng, “Tumbenan diem aja, ada masalah sama Arin? Kan udah dibilangin sama Mas Jinyoung, kalau ada masalah bisa kok konsul sama Mas Jinyoung.”

Chanwoo menggeleng, lalu membuang nafasnya kasar. Ia membelokkan kemudinya, “Gue cuman punya firasat buruk aja.”

Bian mengerutkan dahinya, “Tentang?”

Chanwoo menggeleng cepat, “Semoga aja enggak kejadian.”

Bian semakin penasaran, gadis itu mendesak Chanwoo agar segera memberitahunya. “Gue mimpi, cuman agak samar. Ada lo, Jennie, dan ekspresi bingung Jennie.” Chanwoo mengambil nafas, “Terus gue kebangun habis mimpi itu.”

“Ada kelanjutannya enggak pas lo tidur lagi?”

Chanwoo menggeleng, lalu teringat sesuatu. “Gue lihat ada anak kecil, ganteng, pakai baju putih. Samar sih, enggak jelas. Halah palingan juga itu Kak Hoseok.” Chanwoo mengedikkan bahunya.

“Kak Hoseok siapa?”

Chanwoo menoleh sebentar ke arah Bian, lalu kembali fokus menyalip mobil di depannya. “Gue dulu punya kakak, kata mama, namanya Jung Hoseok. Cuman udah lama pergi, bahkan sebelum gue lahir.”

Bian tidak mengerti dengan ucapan Chanwoo, “Pergi ke mana?”

“Ke tempat yang bagus, tempat yang pengen semua orang ke sana di kehidupan abadinya, surga.” Jelas Chanwoo.

“Kata mama, Kak Hoseok itu ganteng, imut, orangnya ceria, aktif, pinter, pokoknya bener-bener anak yang diidamkan semua orang tua.” Chanwoo sedikit bercerita, “Jauh banget dari gue yang buluk, mukanya tua, ansos, bodoh, dan yang jelas bukan tipe anak yang diidamkan.”

Bian berdecak sebal, “Stop ngerendahin diri sendiri. Enggak ada gunanya.”

Sorry, gue kebawa perasaan.”

Bian hanya mengangguk paham. Tidak mengambil pusing dengan ucapan-ucapan Chanwoo tentang mimpinya. Hanya saja dia sedikit khawatir, terutama dengan ekspresi bingung Jennie.

Maksudnya, mengapa Jennie harus bingung?

Jaehyun, dia bahkan tidak bisa beristirahat setelah perayaan wisuda. Dia tidak bisa memejamkan matanya karena takut dihantui mimpi buruk yang tidak ia pahami. Seorang bayi, tampan, sekali, hidung yang saat dewasa akan menjadi hidung yang bagus dan dengan alis yang tebal.

Dan juga dengan dua laki-laki yang berwajah mirip.

Teacher; Park JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang