Bian perlahan membuka matanya yang dimana samar sinar matahari menerobos masuk melalui celah tirai. Kemudian ia membuka matanya dan enggak terkejut kalau yang ada tepat di depan wajahnya adalah wajah damai Jinyoung.
Semalam, setelah sampai di hotel, Bian mandi duluan dan makan bersama Jinyoung. Walaupun udah bukan jam makan malam yang bagus, apalagi yang dimakan adalah junk food, tapi Bian laper. Jinyoung pun begitu.
Jinyoung itu unik, seperti bayi, enggak bisa tidur nyenyak kalau kelaparan. Malamnya pasti terbangun untuk sekedar nyemil susu bubuk. Bian baru tau itu saat hari terakhir ujian akhir semester. Jadi sewaktu tengah malam, saat Bian masih bergelut menahan kantuk demi bisa menjawab semua soal ujian besok, Bian haus dan lapar. Ia memutuskan untuk membuat mie instan dan susu cokelat hangat. Sewaktu Bian ke dapur, dia terkejut bukan main melihat Jinyoung dengan mata setengah terpejam dan sendok susu yang masih menempel di mulutnya.
Semenjak itu juga Bian membeli dua kotak besar susu bubuk cokelat kesukaannya tiap belanja. Soalnya dia enggak mau susu kesukaannya digadoin Jinyoung.
Bian mendudukkan dirinya lalu menggaruk tangan kirinya.
Bian bukan gadis yang kalau bangun tidur itu cantik, enggak, dan enggak usah berharap. Wajah bangun tidurnya itu mudah ditebak. Mudah ditebak kalau sebenarnya ia sedang kelaparan.
"Mas," Bian mengguncang pelan lengan Jinyoung. Tapi guru matematikanya itu masih enggan melepas pelukannya pada guling ber-seprei putih. Jinyoung bahkan semakin menenggelamkan wajahnya ke dalam selimut.
Kalau kaya begini, Bian pasti butuh waktu tiga puluh menit lebih hanya untuk membangunkan suaminya.
Jadi Bian enggak mau menghabiskan waktunya untuk membangunkan Jinyoung saja. Ia mengatur suhu ruangan dengan temperatur terhangat lalu beranjak mandi.
Untung saja kamar yang dipesan mama bukan yang didesain khusus untuk pasangan yang sedang melakukan perjalanan bulan madu. Mama memesankan kamar yang biasa digunakan untuk pejabat kelas VIP.
Yang terpenting, enggak ada kamar mandi tanpa pintu.
Selesai mandi, Bian melihat Jinyoung yang terduduk dengan mata setengah terpejam. Kemudian ia menyiapkan pakaian ganti untuk Jinyoung. Karena jadwal mereka untuk hari ini adalah belanja oleh-oleh.
Baru aja dateng tapi udah beli oleh-oleh:))
"Mas Jin, mandi dulu gih."
Jinyoung hanya membalasnya dengan gumaman lalu kembali terlentang di ranjang denan posisi meringkuk seperti bayi. Ini sih bayi raksasa.
Bian mengguncang pelan bahu Jinyoung dan berusaha menyingkirkan bantal dan guling dari jangkauan Jinyoung. "Bangun ih."
Jinyoung menggeleng lemah.
"Bangun atau Bian," Bian berhenti dan berpikir. Kira-kira hukuman apa yang cocok untuk Jinyoung?
"Apa? Kamu mau ngapain saya?"
Bian membulatkan pipinya sebal. Ia mendengus lalu mencari baju gantinya.
Kemudian niat untuk mengerjai Jinyoung terlintas begitu saja. "Bangun terus mandi atau enggak ada morning kiss?"
Memang dasarnya Jinyoung itu mesum dan kurang belaian jadi langsung menyambar baju ganti yang sudah disiapkan Bian lalu lari ke kamar mandi. Bian hanya mengedikkan bahunya acuh lalu mengganti pakaiannya cepat sebelum Jinyoung menyelesaikan mandi kilatnya.
"Loh kok udah selesai mandinya?" Bian menatap Jinyoung heran. Rambutnya masih basah. "Rambutnya enggak dihandukkin?"
Jinyoung mengangkat handuk di lehernya lau tersenyum lebar. "Hehe, tadi saya buru-buru mandinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher; Park Jinyoung
FanfictionLika-liku Park Jinyoung yang istrinya itu muridnya di sekolah. "Lho berarti kamu istri saya dong?" alvatair, 2018