18. Awkward

4.7K 446 8
                                    

Pagi itu Bian bangun dengan perasaan canggung ketika ia dihadapkan pada pemandangan dada Jinyoung yang terpahat indah. Ia beringsut mundur untuk menjauh tapi lengan besar Jinyoung menahannya dan membuatnya semakin dekat, bahkan tidak menyisakan jarak.

Saat ini, Bian bisa merasakan dadanya bersentuhan dengan dada keras Jinyoung, dengan pembatas yang begitu tipis.

Tunggu dulu,

Bian meraba dadanya dan benda itu hilang dari tempat yang semestinya.

Ia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, Jinyoung bahkan tidak sampai membuka pakaian dalamnya, hanya gaun tidurnya, sampai bawah dada. Tetapi kenapa bra-nya menghilang?!

Jinyoung bergerak tidak nyaman, "Jangan banyak gerak. Kamu tau kan laki-laki dewasa mengalami ereksi di pagi hari."

Bian menunduk, tidak berani menatap Jinyoung yang kini menunduk menatapnya dengan bare facenya.

"Semalem saya lihat kamu merasa enggak nyaman, jadi saya bantu lepaskan."

Bian membulatkan matanya mendengar penuturan Jinyoung.

"Saya juga baru tau kalau dada kamu sebesar itu, padahal kalau dilihat-lihat sebenarnya kecil."

Bian memukul dada Jinyoung kesal. Ia paling tidak terima jika ada yang menghina dadanya. Dia sudah banyak melakukan workout agar dadanya terlihat lebih berisi. Dan hinaan terkejam yang didapatnya setelah hinaan Seokjin adalah hinaan dari Jinyoung.

Jinyoung terkekeh pelan, "Enggak papa, kayanya ukurannya pas di tangan saya."

"Mas Jinyoung!"

Bian membentak Jinyoung dengan wajah yang totally blush. Wajahnya benar-benar memerah. Antara marah, malu, dan kesal. Marah karena ada yang menghinanya walaupun diawali dengan pujian. Malu karena Jinyoung sudah mengetahui bentuk tubuhnya. Dan kesal karena ia merasa dilecehkan.

Dilecehkan?

Pandangan Bian ke Jinyoung itu tetap sulit untuk dirubah, kadang dia bisa menganggap Jinyoung sebagai pacarnya atau bahkan suaminya, tapi dia tetap tidak bisa menghilangkan pandangan bahwa Jinyoung itu gurunya di sekolah dan sebentar lagi akan menjadi wali kelasnya.

Bian beringsut turun dari ranjang lalu lari menuju kamar mandi untuk mandi pagi. Malu bos kalau belum sikat gigi di depan doi.

Kan repot kalau tiba-tiba Jinyoung nyosor dan Bian bau jigong.

Bian untuk pagi ini rasanya selalu mendapat sial, mulai dari dia bangun dengan keadaan bra-nya terlepas, digodain Bapak Jinyoung, dan yang parah, Bian sekarang sudah selesai mandi tapi tidak bawa baju ganti.

•••

Sisa harinya di Bali mereka habiskan untuk berkeliling menyusuri pantai, dari ujung ke ujung, serta melatih kemampuan speaking Bian dengan wisatawan mancanegara yang juga berlibur di Bali.

Sore harinya, Jinyoung mendapat pesan untuk merubah jadwal penerbangan pulang menjadi menuju Palembang. Kabarnya sih sepupunya mama melangsungkan syukuran atas kelahiran cucu pertama dan mama minta keduanya untuk mewakilkannya.

Suasana yang diciptakan memang sedikit canggung karena Jinyoung tidak berada di dekatnya melainkan duduk-duduk dan ngobrol bersama saudara laki-laki lainnya. Bian berusaha menjawab banyak macam pertanyaan yang dilayangkan untuknya.

"Mbak Bian kerja di mana?"

"Kerja di bidang apa?"

"Kenal Mas Jinyoung darimana?"

Teacher; Park JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang