25. Pulang

3.9K 372 16
                                        

Karena seharian Bian nempel terus ke Seokjin dan enggak mau pisah, ditambah dengan Jaehyun yang mendadak muncul saat makan malam untuk minta makan, malamnya Jinyoung mau memonopoli Bian.

Jangan ngaco dulu otaknya.

Bian baru masuk kamar setelah membantu bunda menyiapkan bahan makanan untuk besok pagi. Ditambah dengan beberapa anggota gengnya Seokjin ikutan membantu. Seperti Hoseok yang mencuci piring, Yoongi yang mengupas bawang, Minseok memotong bawang, dan Kyungsoo mengiris daging.

Member gengnya Seokjin itu tidak diragukan lagi urusan otak. Cerdas? Luar biasa. Sering dikatain ambis oleh teman sekelas tetapi tidak mereka pusingkan.

Kalau mau hang out bareng Seokjin and the gang harus belajar yang rajin minimal paham dan hafal di luar kepala campbell enam jilid.

"Udah sikat gigi, mas?" Bian mengambil baju tidurnya dan bersiap untuk membersihkan diri.

"Belum." Jinyoung bangun dari rebahannya dan mengikuti Bian ke kamar mandi.

"Ngapain sih?"

"Sikat gigi. Tapi kamu yang sikatin giginya mas ya."

Bian mengernyitkan dahinya heran. Tapi karena sudah bucin, dia iya saja, dan melakukannya.

Sewaktu Bian menyikat gigi Jinyoung, Jinyoung yang duduk di kloset lantas memeluk badan mungil Bian. Ekspresinya tampak menggemaskan. Matanya tidak fokus pada satu titik, melainkan banyak titik. Persis seperti anak kecil yang sedang disikat giginya oleh ibunya.

"Udah, sana kumur. Terus keluar, Bian mau ganti baju."

Jinyoung selesai berkumur tetapi tidak kunjung keluar.

"Ngapain masih di sini."

"Takut di luar sendirian."

"Apaan sih, udah sana." Bian mendorong Jinyoung keluar dari kamar mandi dan segera mengganti bajunya dengan baju tidur. 

Setelah mengaplikasikan beberapa skincare wajib untuk remaja barulah Bian merebahkan diri di ranjangnya, di samping Jinyoung. Ya mau gimana lagi. Kamar tamu lagi penuh semua karena ada Hanbin dan kawanan ambisius Seokjin.

Jinyoung menarik Bian ke pelukannya. Ia mengusap punggung Bian pelan agar gadisnya itu segera tertidur. Ada banyak hal yang harus Bian lakukan selama di rumahnya ketika akhir pekan. Seperti mengobrol banyak dengan bunda seperti sebelum menikah dan harus hidup dengan Jinyoung.

"Kamu tidur pakai bra?"

Bian menunduk, wajahnya memerah dan ia mengangguk.

"Lepas aja, enggak bagus buat kesehatan. Bikin kamu tidurnya enggak nyaman juga kan." Tangan Jinyoung menelusup masuk ke dalam piyama tidur Bian dan meraih pengait branya. Udah pro nih Jinyoung urusan membantu melepaskan bra sang istri.

Bian menggeleng lalu menjauhkan tangan Jinyoung dari pengait branya. "Malem ini doang aja, besok di rumah enggak lagi."

"Ya kan tetep aja, honey."

Bian tetap menunduk dan tidak mau mengekspos wajahnya yang memerah ke Jinyoung. Bisa-bisa bapak gurunya itu meledeknya.

"Kalo besok pagi Bian udah enggak segelan gimana dong? Terus kedapetan bayinya Mas Jinyoung sebelum lulus." Bian mengerucutkan bibirnya gemas.

Jinyoung mengangkat kepala Bian dan mencium bibirnya gemas. "There's no baby untill you're graduated. I promise."

"But, you can do it anytime to me, don't you, Mr. Park?" Bian masih agak canggung ketika membahas tentang hubungan suami istri yang seharusnya sudah dilakukannya dengan Jinyoung setelah saling mengetahui perasaan mereka satu sama lain. Tetapi, Jinyoung membiarkan Bian menikmati waktunya sebagai seorang gadis sebelum menjadi miliknya seutuhnya.

Teacher; Park JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang