33. Young n Rich Squad

3.9K 350 13
                                    

Jaehyun dan Chanwoo sudah seperti pajangan suaka margasatwa, dilihatin dan difoto-fotoin. Chanwoo dikasih kertas struk yang isinya,

'Nomor ini buat cowok di sebelah kamu ya.'

Jaehyun juga dapat serupa.

Kenapa kalau mau memberikan nomor ponsel untuk Chanwok harus ke Jaehyun dan mau memberikan nomor ponsel untuk Jaehyun harus ke Chanwoo. Kan susah. Kenapa enggak langsung aja sih?

"Heh, Chan, nih." Jaehyun melempar kertas berisi nomor telepon untuk Chanwoo. Total yang didapat Chanwoo tujuh, sedangkan Jaehyun cuma dua.

Dua belas.

Lima belas menit Jaehyun dan Chanwoo duduk seperti orang bodoh dengan masing-masing satu gelas teh dingin di foodcourt depan bioskop. Tidak sedikit sih anak muda yang menghina mereka homo. Gimana enggak dibilang homo, mereka mengobrol banyak hal sambil bertatap mata, berbanding terbalik dengan sepasang cowok yang duduk tidak jauh dari mereka. Sibuk dengan ponselnya masing-masing.

Menit ke tujuh belas, Jinyoung dan Bian datang. Dengan wajah bersalah. Percuma kalau Jinyoung yang menunjukkan rasa bersalahnya, Jaehyun enggak bakalan respect, yang ada justru semakin kesal.

"Lama banget pak." Celetuk Jaehyun. Ia lalu berdiri dan membuang gelas kosongnya.

"Ya maaf, tadi macet. Lagian kan saya bawa ibu hamil." Jinyoung menunjuk gadis di sebelahnya yang mengalihkan pandangannya ke menu-menu yang terpajang di atas outlet.

"Keburu mulai itu filmnya, ayo pak, yang premiere ya." Chanwoo melerai, "Kasian Bian kalo yang biasa, enggak bisa selonjoran."

Dengan alibi Bian, Jinyoung menuruti permintaan Chanwoo. Tidak merasa terbebani sedikitpun karena dia ingin yang terbaik untuk Bian. Jinyoung jadi memiliki rencana untuk menonton film romantis berdua dengan Bian, menyewa satu bioskop untuk keduanya.

Istilahnya Crazy Rich Park Jinyoung.

•••

Bian mengomel, jelas. Salah sendiri juga karena tadi dia tidak ikut andil memilih film yang akan ditonton. Jaehyun dengan santainya bersekongkol dengan Chanwoo memilih film horor.

"Enggak papa, latihan buat miokardium." Celetuk Jaehyun.

Chanwoo memukul kepala Jaehyun gemas, laki-laki itu bodoh tetapi cerdas. Tidak mengetahui baik dan buruknya suatu hal untuk wanita hamil seperti Bian.

Jinyoung santai-santai saja melihat ketiganya bertengkar. Tidak perlu ada yang diributkan karena sebenarnya Bian tadi benar-benar tidak menonton filmnya. Gadisnya itu hanya tidur memeluk sebelah tangannya. Begitu sepanjang fim diputar. Jinyoung yang mau teriak pas hantunya muncul jadi enggak bisa kan.

Soalnya Bian tidurnya nyenyak banget, jadi enggak tega buat gangguin.

Sehabis menonton film mereka memutuskan untuk makan karena Jaehyun merengek lapar. Jinyoung terpaksa menurutinya karena Bian juga mengatakan hal serupa. Saat ini Jinyoung lebih mirip dengan atm berjalan.

“Harusnya kamu tadi makan dulu, biar saya enggak repot.” Jinyoung menatap Jaehyun kesal.

Jaehyun nyengir. Dia tidak pernah merasa berdosa jika seseorang menatapnya kesal karena diperas olehnya.

“Hitung-hitung balas budi pak, selama ini kan saya yang jagain jodoh bapak.”

Chanwoo menahan senyumnya. Dia tidak memiliki relasi apapun di situasi ini. Dia menggunakan hak diamnya dalam kondisi ini, pikirannya sedang kacau, dia tidak ingin semakin kacau hanya dengan bergabung dalam pertengkaran Jinyoung-Jaehyun.

Teacher; Park JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang