“Bian?”
Mendengar namanya disebut Bian menoleh, menelan paksa es krimnya melihat Jungkook yang menatap keempatnya heran. Agak tidak mungkin Jinyoung jalan-jalan dengan muridnya seperti ini, terlebih mengingat gurunya itu telah menikah.
“Eh, Jungkook.” Orang kedua yang menyadari kehadiran Jungkook setelah Bian, Chanwoo. Jaehyun dan Jinyoung masih berebut es krim. Jaehyun tidak mau miliknya dimintai oleh siapapun sedangkan milik Jinyoung sudah habis dicuri Jaehyun dan Bian sedikit demi sedikit.
“Ha?” Jaehyun menoleh. “Masyaallah.”
Jungkook mengerutkan dahinya, merasa aneh dengan tingkah terkejutnya Jaehyun. Seperti berlebihan tetapi alami, tidak dipaksakan.
“Pak Jinyoung assalamualaikum.” Dihampirinya Jinyoung dan menyalami tangannya sopan.
“Waalaikumsalam. Sendirian aja?”
Jungkook mengusap tengkuknya, kebiasaan ketika sedang gugup. “Enggak, saya sama sepupu saya tadi. Dia masih ke toilet, saya disuruh nunggu. Eh ketemu bapak sama yang lainnya.”
Jungkook mendorong pelan kepala belakang Jaehyun lalu menggeram, “Gue bunuh lo habis gini.”
Jaehyun tidak peduli, ia mencecapi rasa es krimnya yang manis dan leleh di mulutnya. Jungkook dan dirinya pernah bertengkar karena salah paham, mungkin bisa dibilang begitu.
Jungkook yang ditolak Bian langsung memiliki pikiran bahwa Jaehyun lah yang membuat Bian menolaknya, padahal dulu sangat ingin menjadi kekasihnya. Tanpa pikir panjang Jungkook mendatangi Jaehyun dan menghajarnya hingga babak belur. Bukan Jaehyun yang babak belur, atlet kickboxing gitu masa harus babak belur dilawan Jungkook yang hanya belajar silat sampai kelas lima.
Lalu keduanya dilerai Mingyu, dan membicarakan masalah mereka baik-baik.
Jaehyun yang awalnya sedang bersenda gurau dengan Junhoe semangat membully Dokyeom menjadi serius. Syarafnya menegang sampai urat di lehernya muncul semua.
Intinya, Jungkook tetap tidak percaya kalau Jaehyun tidak memengaruhi perasaan Bian sehingga tidak mau menerimanya menjadi pacarnya.
Yang ditolak Jungkook kenapa harus Jaehyun yang disalahkan.
Jungkook hanya tidak tau bagaimana sakitnya perasaan Jaehyun melihat gadis yang disukainya sejak kecil, yang merupakan cinta pertamanya, begitu bahagia dengan laki-laki yang bukan dirinya.
Jungkook bodoh.
“Bunuh aja, gue aduin lo ke Pak Jinyoung biar ijazah lo ditahan.” Jaehyun membalasnya santai. Dia sedang santai enggak mau membuat susunan syarafnya menegang. Apalagi Jaehyun masih muda, enggak mau sakit jantung hanya karena bualan Jungkook.
“Bian, aku mau bicara sebentar boleh?”
Jaehyun mencibir, “Idih, masih aku-kamuan.”
Jungkook menaruh telapaknya di atas bahu kiri Jaehyun, menekan ibu jarinya di pangkal tulang selangkanya. “Diem lo.”
Bian dan Jinyoung saling bertatapan. Sebagai isyarat, Jinyoung mengizinkannya dengan menaik turunkan alisnya lalu mencuri es krim Jaehyun lagi.
Bangkit dan mengikuti Jungkook, Bian melonggarkan pakaiannya di bagian perutnya. Berharap Jungkook tidak bisa melihat Junior yang mulai menjadi besar di sana.
Di bangku pojok keduanya terduduk. Jungkook meraih jemari Bian, ditepisnya pelan oleh gadis itu.
“Apa kabar?”
“Baik.”
Jungkook menunduk, “Kenapa bisa jalan sama Pak Jinyoung hm?”
Jungkook tidak mencurigai Jaehyun dan Chanwoo. Alasan pertama, untuk Jaehyun, keduanya dikenal dekat sejak taman kanak-kanak. Alasan kedua, untuk Chanwoo, mereka teman sekelas dan juga dikenal dekat akhir-akhir ini, karena keduanya pasangan ketua kelas dan wakil ketua kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher; Park Jinyoung
FanficLika-liku Park Jinyoung yang istrinya itu muridnya di sekolah. "Lho berarti kamu istri saya dong?" alvatair, 2018