Rasa bersalah yang menghantui Bian semakin membuncah ketika ia bertemu dengan Jimin. Atas izin dari Jinyoung, Bian menemui Seulgi, mantan pacar Jimin, dengan Jimin dan juga pengawal sahnya, Jinyoung.
Rasa gugup menguasainya begitu ia melihat Seulgi yang menatapnya tajam.
Bian mengusap punggung tangan kirinya pelan, membayangkan Jinyoung yang tersenyum, membuatnya jauh lebih tenang. Bian duduk dan berkenalan dengan sopan. Bian tidak habis pikir berapa taraf kekesalan Seulgi kepadanya sampai tidak mau membalas jabatan tangannya.
Baik, Bian sudah menjadi perusak hubungan orang di sini. Tetapi, Seulgi mengacaukan hubungan kekeluargaan antara Jimin dan juga Bian.
Bian merasa bersalah dengan Jimin hingga menolak bantuannya lagi sedangkan Jinyoung sudah mewanti-wantinya jangan sampai membiarkan Bian berangkat sekolah dengan selain Jimin.
“Kak Seulgi,” Bian memulai pembicaraannya. “Tolong maafin Kak Jimin,” Seulgi yang sejak tadi menatap arah lain beralih menatap Bian begitu nama Jimin disebut.
“Kenapa harus?” Seulgi tertawa remeh, “Jimin kan lebih memprioritaskan istri orang.”
Bian memejamkan matanya, mendadak pening. Melihat Bian begitu dari jauh, Jinyoung khawatir.
“Seulgi, bukan gitu maksud aku.” Jimin memotong. Tangannya meraih dan jarinya ditautkan dengan jari Seulgi.
Namun ditepis, “Terus maksud kamu apa? Kamu mau ngebelain jalang ini terus ha?”
“Seulgi!” Bentak Jimin.
Mendadak Seulgi menjadi takut. Jimin menghela nafasnya dan memijit pelipisnya pelan.
“Dia bukan jalang, Seulgi, bukan.” Jimin mendesah, suaranya parau, ia putus asa.
“Terus kalau bukan jalang apa? Penggoda? Hamil di usia tujuh belas tahun, dan belum lulus SMA lalu itu apa?” Mata Seulgi menatap Bian nyalang. “Oh aku tau, kamu pasti cuman mau uangnya kakaknya Jimin kan?”
Seulgi membuang nafasnya kasar, ia menyilangkan tangannya di depan dada, “Kamu cuman mau uangnya Jinyoung dan mau ngerusak hubungan aku sama Jimin?”
Jinyoung merasa panas sendiri mendengarnya. Terakhir kali ia mendengar Bian dihina seperti itu ketika bertemu dengan Daniel, dan kini ia mendengar lagi dari Kang yang lain. Mendesah pelan, Jinyoung menahan semua emosinya.
“Kenapa Kak Seulgi bisa bicara seperti itu?”
Lagi, Seulgi membuang nafasnya kasar, “Aku udah tau kok tabiat kamu gimana. Kamu itu emang suka kan deketin om-om berduit. Karena kamu cinta uangnya kan?”
Bian tidak habis pikir kenapa Seulgi bisa sekasar itu kepadanya. Tidak pernah bertemu dan sekalinya bertemu menuduh yang tidak-tidak. Dan lagi, Bian juga merasa tidak asing dengan tuduhan lain yang Seulgi bicarakan. Mendekati pria dewasa, klasifikasi yang lebih spesifik adalah berduit.
Mata Jinyoung memicing melihat pria berbahu lebar menghampiri Seulgi dengan dua gelas minuman tinggi kalori. Jinyoung berdiri dan mendekat, dengan sedikit jarak, ia berhati-hati. Khawatir Bian diserang lagi dengan kalimat yang jauh lebih menyedihkan.
“Dek,” Seulgi dan lainnya menoleh.
Bian menahan nafasnya, paling benci dengan situasi di mana ia berjumpa dengan Kang Daniel.
“Oh, ini jalang yang udah ngerusak hubungan kamu sama Jimin?” Daniel menatapnya sinis. Merendahkan.
“Iya. Kirain lebih cantik daripada aku, kak, taunya sih enggak banget lah ya. Manalagi mukanya tua.” Seulgi menerima minuman yang Daniel bawakan. “Itu mah modal ngangkang doang, duit bulanan lancar.”
![](https://img.wattpad.com/cover/150035245-288-k202562.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher; Park Jinyoung
Fiksi PenggemarLika-liku Park Jinyoung yang istrinya itu muridnya di sekolah. "Lho berarti kamu istri saya dong?" alvatair, 2018