29. Present

3.7K 391 28
                                    

Sepulang dari karya wisata, Jimin mengajak Bian untuk bertemu dengan alasan mencari hadiah untuk Seulgi, namun faktanya Jimin membawanya menuju dokter kandungan.

"Ngapain sih ke dokter ginian? Mau periksa apa coba." Bian menyentak tangan Jimin lalu menatapnya tajam.

Jimin balas menatap Bian tajam, "Periksa. Kamu beneran hamil apa enggak?"

Bian mengernyit lalu berkacak pinggang ke Jimin, lalu setelahnya dia tertawa. "Emangnya aku hamil apa?"

Jimin mengacak rambutnya kasar lalu menarik Bian untuk masuk ke ruang praktek dokter kandungan.

Setelah mendengar dan menyaksikan apa yang terjadi di hadapan matanya, Bian terdiam dan tidak mampu berucap apapun lagi. Dia terlalu shock dengan berita besar yang didapatnya hari ini. Dimana dirinya sedang mengandung buah cintanya dengan Jinyoung.

Tidak pernah terbesit di pikiran Bian bahwa sekali coba langsung jadi. Karena banyak orang yang harus menunggu lama baru mendapatkan keturunan.

"Kak Jimin tau darimana?"

Jimin membawa plastik berisi vitamin untuk Bian, "Jaehyun telpon pake hp kamu, pas kamu sakit kemarin."

Bian hanya mengangguk lalu terduduk lemas. Tangannya memegang amplop berisi foto hasil USGnya tadi.

"Kak,"

"Hm?" Jimin terfokus pada ponselnya untuk membalas pesan Seulgi.

"Gimana cara bilangnya ke Mas Jinyoung?"

Gerakan jari Jimin yang mengetik cepat menjadi terhenti dan menatap Bian. Dia mengedikkan bahunya acuh lalu melanjutkan mengetik pesan untuk Seulgi. Cukup lama sampai Jinyoung meneleponnya menanyakan sedang apa. Dan ia ingin dibelikan rujak buah untuk teman makan siang hari ini.

Jimin membawa mobil milik Jinyoung menelusuri jalanan untuk mencari penjual rujak buah. Tidak biasanya Jinyoung meminta rujak buah, kakaknya itu pecinta salad buah.

Bian tidak henti-hentinya mengusap perutnya yang masih datar. Berharap semoga ia bisa melalui rentetan ujian yang sudah menantikannya begitu ia masuk semester dua. Kurang lebih sekitar empat bulan lagi ia bersekolah lalu lulus pada bulan keenam. Di pikirannya hanya ada bagaimana cara menyembunyikan perutnya yang akan membesar ketika ujian nanti.

"Dek, jangan mikir yang berat-berat." Jimin memperingatkan.

"Aku masih bingung ngomongnya ke Mas Jinyoung kak, belum lagi habis gini aku ujian kan."

Jimin memutar kemudi mobil untuk memarkirkannya di tempat yang pas, di bawah pohon rindang.

"Mending jangan bilang dulu deh ke Jinyoung, takutnya kamu enggak bisa ujian."

Bian sempat berpikir begitu.

"Tapi kan Mas Jinyoung ayahnya."

Jimin mencibir. Lalu pria itu turun dan membeli rujak buah sesuai pesanan Jinyoung. Tidak pakai pepaya dan ekstra bengkoang dan mangga muda. Namun bukan hanya itu saja, Jinyoung meneleponnya lagi kalau dia mau croissant stroberi yang ada di kafenya.

Jimin mengacak rambutnya kesal. Baru tahu kalau dia akan menjadi paman saja Jinyoung sudah menyuruhnya membeli macam-macam.

"Biarin aja kak enggak usah dibeliin."

Jimin sedikit membanting pintu mobilnya dan menghela nafasnya pelan, "Aku enggak mau dek keponakan aku nanti ngileran."

Bian mencibir lalu merebahkan badannya.

Bian bisa mengatasi semuanya, merahasiakannya dari Jinyoung dan keluarganya. Dia berjanji akan mengatakannya setelah selesai ujian praktek. Selama tiga bulan ini, yang mengantarnya ke rumah sakit untuk mengecek kehamilan adalah Jimin. Pria itu bahkan rela putus dengan Seulgi demi Bian.

Teacher; Park JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang