11. Deg-Degan

4.9K 469 12
                                    

Setelah mencuci piring, Bian dipanggil Jinyoung untuk berbicara di ayunan halaman belakang. Rumah orang tua Jinyoung memang benar-benar nyaman untuk ditinggali. Ada kolam renang, ayunan, gym, dan lain sebagainya. Bian pasti betah kalau tinggal di rumah se-lengkap ini.

Bian meletakkan nampan berisi dua cangkir teh dan beberapa biskuit.

"Terima kasih." Ucap Jinyoung.

Bian hanya merespon dengan senyum tipis lalu ikut duduk di sebelah Jinyoung. Bian jujur, dia merasa tidak nyaman kalau berduaan begini dengan Jinyoung, apalagi setelah insiden bangun pagi tadi. Kalau saat sarapan, ada Jimin sebagai pemeran figuran yang menguntungkan, jadi enggak seberapa berpengaruh.

"Saya pengen tahu banyak hal tentang kamu." Ucap Jinyoung tanpa menatap Bian.

"Tentang apa?"

"Sekolah, hobi, hal yang kamu benci dan suka, guru dan mata pelajaran favorit di sekolah. Yah kurang lebih seperti itu." Jelas Jinyoung. "Kamu juga bisa menanyakan hal yang sama kepada saya." Lanjutnya.

Bian menunduk menatap jemarinya yang saling bertautan, ia gugup.

"Pertama, di mana kamu bersekolah?" Jinyoung mengajukan pertanyaannya.

"SMA Garuda, kelas sebelas IPA empat."

Jinyoung menatapnya dengan tatapan terkejut, "Saya juga mengajar di sana. Tapi kok tidak pernah melihat kamu, kamu murid baru?"

Bian menggeleng, "Bian sudah sekolah di komplek Garuda dari SD."

Jinyoung tampak diam. Dia sudah mengajar di komplek sekolah Garuda, lebih tepatnya jenjang SMA sejak tiga tahun yang lalu tapi tidak pernah melihat Bian.

"Pelajaran dan guru favorit kamu di sekolah?"

"Fisika dan Matematika. Menurut Bian dua mata pelajaran itu menyenangkan. Kalau soal guru favorit Bian, di sekolah ada guru matematika yang baik dan disukai banyak orang. Dia baik dan mengerti bagaimana cara untuk mengatur siswa yang memiliki masalah sulit belajar. Beliau juga suka bercerita dan saat menyampaikan materi mudah untuk dipahami."

Jinyoung mendengus tidak suka, "Kamu suka sama guru itu?"

Bian mengangguk cepat dan menatap Jinyoung, "Bian enggak punya alasan untuk benci. Lagipula beliau juga masih muda dan juga ganteng, hehe."

Jinyoung mendengus lalu menatap arah lain, "Iya terserah kamu saja."

Bian menatap Jinyoung khawatir, "Mas Jinyoung kenapa?"

"Saya enggak suka kamu memuji laki-laki lain di depan saya."

Bian bungkam. Ia tidak tahu harus merespon apa kepada suaminya itu.

Jinyoung meraih jemari Bian dan menggenggamnya, "Kok tiba-tiba diam?"

Bian menatap Jinyoung gugup.

"Eng-enggak. Bian cuman enggak tau harus bilang apa."

Jinyoung tersenyum tipis lalu mengusap puncak kepala Bian, "Santai aja kalau sama saya." Lalu Jinyoung menarik Bian ke pelukannya dan menumpukan dagunya di puncak kepalanya.

Buset, Bian enggak tahan kalau diginiin. Biasanya kalau dia diginiin sama Seokjin, dia bakalan auto ngusel-usel sambil ciumin bau parfumnya.

Perlahan Bian mendekatkan ke kepalanya di dada Jinyoung, ia mencoba mencuri aroma sabun yang dipakai Jinyoung. Ia juga tidak sengaja mendengar debaran jantung Jinyoung yang juga enggak kalah cepat dengannya.

Bian mendongakkan kepalanya, "Mas Jinyoung deg-degan ya?"

Jinyoung menaikkan alisnya lalu terkekeh pelan, ia mengangguk. "Soalnya saya enggak pernah sedeket ini sama cewek."

Teacher; Park JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang