20. Tahun Senior

4.2K 414 18
                                    

Entah sengaja atau tidak sengaja, rata-rata visual SMA Garuda itu ditempatkan di 12 IPA 4. Tidak semuanya, tapi lebih dari sebagian. Dan penghuni 12 IPA 4 itu semuanya anak hits, punya followers ribuan di Instagram, apalagi Jennie and the gang.

Foto-foto yang mereka hasilkan juga semuanya bagus-bagus dan rata-rata memamerkan bentuk tubuh. Beda seratus delapan puluh derajat dengan Bian yang kebanyakan memamerkan keaesthetican buku catatan dan koleksi zebra mildlinernya.

Jeongin, adek kelas yang baru masuk SMA tahun ini menghampirinya yang sedang mengambil buku paket di loker yang terletak di luar kelas.

"Hai kak."

Bian menoleh dan tersenyum, "Iya, hai juga."

Jeongin, adek kelas imut berbehel itu bersandar pada salah satu loker dekat loker Bian. "Kenapa rasanya hari ini cerah banget ya, kak?"

Bian berpikir sebentar lalu mengedikkan bahunya acuh, "Kenapa? Perasaan daritadi mendung." Dari pagi mendung terus tapi enggak hujan-hujan. Sama kaya Jungkook, dari dulu gombalin terus ngajak pacaran enggak, kalah cepat kan sama Jinyoung yang memperistri?

"Soalnya matahariku lagi tersenyum."

Bian menatap Jeongin bingung. "Matahari? Siapa?"

"Yang sekarang lagi liatin Jeongin. Hehe."

Jeongin tertawa pelan sampai suara guru ganteng muda itu menginterupsinya, "Jeongin, habis gini ulangan mapel saya loh, kamu enggak belajar? Saya enggak mau ada yang remed ya."

Jeongin tersenyum memamerkan deretan giginya yang dipagar, "Hehe, iya pak."

Jinyoung mengisyaratkan Jeongin untuk segera pergi dengan dagunya yang berwarna abu-abu samar. Habis cukuran, dan bekasnya justru membuat Jinyoung terlihat jauh lebih seksi.

"Pak Jinyoung, selamat pagi." Bian menutup lokernya dan menenteng bukunya, tidak lupa terseyum sebagai tanda dia mengamalkan 3S, Salam, Senyum, Sapa.

Jinyoung memasukkan tangannya ke dalam celana bahannya lalu melihat sekeliling. Tidak ada siswa yang nongkrong di koridor kelas dua belas. Bisa dipastikan jiwa mereka sedang ambis-ambisnya. Iya dong, kan masih awal tahun, kalau sudah pertengahan pasti inginnya segera menikah.

Sudah muak membaca buku cetak biologi dan ingin menatap buku nikah aja.

"Sepertinya yang membuat hari ini cerah bukan mataharinya Jeongin, tapi matahari punya saya."

Bian tersenyum hormat, "Maksudnya apa ya, Pak Jinyoung?"

Jinyoung menghapus jarak antara keduanya, ia mendekatkan bibirnya ke telinga Bian. "I Love you, my official sunshine."

•••


Bian rasanya blank banget menjalani mapel-mapel yang terjadwal setelah istirahat. Masalahnya bukan karena dia bodoh atau enggak mempelajari sebelumnya. Yang membuat pikirannya kacau adalah pengakuan cinta dari Jinyoung.

Dan habis gini ada kelasnya Jinyoung.

Uwu.

Kursi sebelahnya yang biasa dipakai Chaeyeon ditarik hingga menimbulkan bunyi berisik. Bian menoleh mendapati Guanlin yang membawa tas serta tumpukan bukunya.

"Apa?" Guanlin bertanya.

Harusnya Bian yang bertanya, ngapain Guanlin pindah duduk di sebelahnya?

"Harusnya gue yang tanya, ngapain lo duduk sebelah gue?"

Guanlin menghempaskan badannya di kursi lalu berpikir, setelahnya ia mengedikkan bahunya acuh. "Gatau, cuman nuruti insting gue aja."

Bian mencibir pelan, "Bilang aja mau modus ke gua."

Teacher; Park JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang