Siswa Baru

1.6K 184 75
                                    

"Lo ngapain duduk disini?" ucap Nabila di hadapan pemuda yang ditemuinya di depan pagar itu.

Suasana menjadi hening. Si pemuda juga hanya bisa terdiam sambil memandangi Nabila dengan tatapan aneh.

 Si pemuda juga hanya bisa terdiam sambil memandangi Nabila dengan tatapan aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nabila! Sini!" Sinka memanggil Nabila sambil melambaikan tangannya.

"Apa, sih?" tanya Nabila.

"Itu anak baru, siswa pertukaran pelajar dari Korea Selatan!" jawab Sinka dengan suara berbisik.

"Hah? Serius? Tapi sekarang gue duduk di mana, dong?"

"Lo apaan, sih? Bukannya kemaren lo pindah di tempatnya Rizki? Dasar pikun!"

"Ya ampun, gue lupa lagi!" Nabila menepuk jidatnya. Dia langsung berbalik menuju ke kursi Rizki—yang kini sedang berada di Korea Selatan, tepatnya di sekolah asal siswa baru tersebut.

Proses belajar-mengajar yang sempat terhenti karena kehebohan Nabila, kini berlanjut lagi seperti biasa.

***

Bel istirahat telah berbunyi. Gadis-gadis di kelas 11 IPA 1 itu langsung mengerumuni siswa baru yang ada di kursi paling belakang, mantan kursi Nabila.

"Hadehh ... mulai, deh cewek-cewek," ucap Nabila berbicara sendiri. Ia kemudian berjalan ke luar kelas, namun langkahnya tiba-tiba terhenti.

"Eh, Sinka mana, ya?" Nabila mencari-cari Sinka.

"Ya ampun, Sinka ngapain ikutan di kerumunan cewek-cewek penggemar
oppa-oppa itu?" Nabila terkejut ketika melihat sahabatnya yang ternyata juga ikutan mengerumuni siswa baru.

"Sinka! Sinka!" Nabila memanggil-manggil Sinka, namun yang dipanggil tak kunjung menjawab.

"Ishhh ... bodo ah, tinggalin aja!"

Nabila berjalan keluar dari kelasnya. Ia berjalan menuju perpustakaan dengan buku yang sudah sejak tadi ia bawa di genggamannya. Nabila berencana untuk mengerjakan tugas yang baru saja diberikan oleh Bu Mita.

***

Bel masuk kelas telah berbunyi. Nabila bergegas kembali menuju kelasnya. Disusurinya satu per satu anak tangga menuju lantai dua tempat kelasnya berada.

Nabila masuk ke kelasnya. Ia langsung berjalan menghampiri kursinya.

"Lho, kemana lagi tas gue?" Nabila mencari-cari tasnya yang sudah tidak ada di tempatnya.

"Eh, Nabila!" Sinka menghampiri Nabila lalu bertanya, "kemana aja, sih lo? Pergi gak bilang-bilang, kayak hantu aja."

"Gue tadi ke perpus, dan gue udah manggil-manggil lo tapi lo malah gak denger. Btw, lo lihat tas gue gak?"

"Tuh, tas lo di sana." Sinka menunjuk ke arah tas Nabila yang berada di kursi paling belakang, kursi yang baru saja ditempati siswa baru itu.

"Lho, kok gue di situ lagi? Siapa yang pindahin?"

"Pak Ferry. Tadi pas lo gak ada beliau datang. Katanya si murid baru itu matanya agak minus, jadi gak bisa duduk di paling belakang. Makanya dia cuman diam waktu jam Fisika."

"Arghh ... kenapa mesti kursi gue, sih? Kenapa gak kursi yang paling depan? Kursi Rizki ini, kan kursi barisan kedua?!" Nabila mulai kesal. Padahal baru saja dia mendapatkan kursi di depan, namun tiba-tiba direbut kembali.

"Salah sendiri lo gak ada!" jawab Sinka.

"Ya tapi gak bisa gitu, dong! Harusnya minta persetujuan gue dulu. Gue mesti protes!" jawab Nabila dengan kesal, kemudian berlalu dengan cepat meninggalkan kelasnya.

"Eh, eh ... Nabila! Lo mau kemana?" tanya Sinka.

"Ke kantor, nyari Pak Ferry!" jawab Nabila tanpa menghentikan langkahnya.

Akan tetapi, saat hendak keluar dari kelas, tepatnya di sebelah pintu kelas, siswa baru itu berada tepat di hadapannya.

Mereka berdua saling bertatapan sesaat. Namun, tak berapa lama Nabila tersadar.

"Woi! Kenapa, sih enak banget hidup lo? Udah telat datang gak dihukum, rambut disemir gak ditegur dan sekarang seenak jidat aja lo duduk di kursi baru gue!" Nabila berbicara dengan nada marah di depan sang siswa baru.

Hening, tak ada jawaban. Siswa baru itu seperti sedang kebingungan untuk menjawab pertanyaan Nabila.

"Oh, iya gue lupa. Lo kan siswa dari Korea mana ngerti Bahasa Indonesia," ucap Nabila dengan remeh.

"Selamat pagi, perkenalkan nama saya Yoon Sanha. Senang bertemu dengan Anda," jawab siswa baru itu kepada Nabila dengan membungkukkan badannya.

Nabila mengernyit heran. Tak disangka cowok Korea itu juga bisa berbahasa Indonesia. "Hah??? Yang nanya nama lo siapa?" Tapi anehnya perkataannya tidak nyambung dengan perkataan Nabila sebelumnya.

"Saya berharap kita bisa berteman dengan baik, Nabila," jawab Sanha. Lagi-lagi tidak nyambung.

"Apa? Lo ngaco, ya? Gue lagi marah sama lo, tapi lo bisa-bisanya bilang kalo lo berharap kita berteman? Terus, lo tau darimana nama gue?"

"Maafkan saya, saya kurang mengerti dengan apa yang Anda ucapkan. Saya baru saja mempelajari Bahasa Indonesia selama 3 bulan, dan masih belum terbiasa berbicara dengan bahasa nonformal," jawab Sanha sambil membungkukkan badannya lagi.

Nabila terdiam, dan semakin mengerutkan dahinya. Tak tahu harus berkata apa lagi, dia pun memutuskan untuk membalikkan badannya dan berjalan memasuki kelas. Rupanya ia sudah lupa niat awalnya yang hendak menemui Pak Ferry. Pikirannya kini teralihkan oleh Sanha.

Sementara itu, Sanha mengikuti Nabila di belakangnya. Seisi kelas 11 IPA 1 menatap mereka berdua dengan heran.

Saat sudah sampai di tempat duduknya, Sanha mengurungkan niatnya untuk duduk. Dia lalu berdiri, dan terlihat ingin mengucapkan sesuatu pada Nabila yang masih berjalan menuju kursinya.

"Nabila, aku suka kamu!"

Deg!

Jantung Nabila serasa ingin melompat mendengar kalimat dengan suara setengah berteriak itu.

"Apa?"




To be continued . . .

1 Year With My Cutie Boy || Sanha ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang