Malaikat Pencuri Hati

852 97 16
                                    

"Bu, beli telurnya 1 kg, ya terus sama—"

Nabila dan Sanha kini sudah sampai di tempat tujuan, yaitu membeli telur dan beberapa bahan masak lainnya. Namun, ada sesuatu yang membuat Nabila risih sejak tadi.

"Heh, daritadi ngapain, sih?"

Nabila membalikkan badannya ke arah Sanha yang menempel di belakangnya. Sejak tadi anak itu memang mengekor di belakangnya dan mengikuti apa pun yang dia lakukan. Nabila belok dia ikut, Nabila pegang telur dia ikut, sampai-sampai ibu penjual telur pun cekikikan menyaksikannya.

"Pacarnya ya, Neng?"

"Yaelah, bukan! Cuma teman!" jawab Nabila dengan tegas. Namun, kata ''teman'' itu terdengar seperti jarum yang menusuk di hati seseorang. Ya. Siapa lagi kalau bukan Sanha.

Setelah sudah membeli telur dan yang lainnya, Nabila dan Sanha menaiki motornya lagi untuk bergegas pulang. Sudah bisa ditebak, tangan Sanha tidak berpegangan pada Nabila. Bisa-bisa, nanti kepalanya dijitak oleh Nabila.

Sepanjang perjalanan itu, hanya ada suara mesin motor Nabila dan suara lalu lalang kendaraan lain yang melintas. Tidak ada topik yang bisa dibicarakan di antara mereka.

Deg ... deg ... deg ... deg ....

Bukan hanya itu, ternyata ada suara jantung yang berdegup kencang seakan ingin melompat. Dan jantung itu adalah jantungnya Nabila.

Argh ... kenapa, sih jantung gue? Masa gara-gara Sanha? Duh, jangan-jangan dia denger, lagi? Gawat!

Nabila was-was di dalam hatinya. Bagaimana bisa jantungnya tiba-tiba berdegup sekencang ini. Dan juga ... karena cowok imut yang menyebalkan itu?

"Nabila, sekarang kita ke mana?"

"Eh? O-oh, iya gue antarin lo sekarang. Lo tinggal di mana?" Hampir saja Nabila lupa mengantar Sanha. Kalau dia bawa pulang, kan bahaya.

"Seingatku, ada di jalan xxx no.xx."

"Oh, jalan itu. OK, gue antar lo ke sana sekarang."

Jduk!

Motor Nabila seketika oleng karena baru saja menabrak batu sebesar kepalan tangan orang dewasa.

"AAAAKKK!!!"

Sanha yang sebelumnya tidak berpegangan tangan, refleks memegang pinggang Nabila dengan erat, dan menelungkupkan wajahnya di punggung Nabila.

Deg!

Ckitttt ....

Nabila menghentikan motornya mendadak dengan sedikit menepi. Dia membuka kaca helmnya, lalu memegang tangan Sanha yang ada di pinggangnya.

"Eh?" Sanha membuka matanya yang tadinya sempat menutup, namun masih belum melepaskan tangannya yang dipegang Nabila.

"HEH! APAAN, SIH PELUK-PELUK? LO MAU BIKIN JANTUNG GUE COPOT TERUS KECELAKAAN, HAH?!!" Nabila menghempaskan tangan Sanha dari pinggangnya dengan kasar.

Dengan secepat kilat, Sanha langsung melompat dari motor Nabila karena terkejut. Padahal dia sudah ingin baper karena Nabila memegang tangannya. Namun, sayangnya dia malah mendapat teriakan keras dari gadis tersebut.

"Mm-mm-maaf, Nabila. Aku gak sengaja!" ucap Sanha dengan tergagap.

Eh? Ternyata dia ngerti?

"Dasar nyebelin!!" Nabila memelototi Sanha.

"Cepat, naik! Awas, ya kalo pegang-pegang lagi!" lanjut Nabila sambil mengecam Sanha.

"I-iya  ..."

1 Year With My Cutie Boy || Sanha ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang