Sanha's POV
Aku melangkahkan kakiku dengan gontai menuju depan gerbang sekolah. Saat ini banyak yang sedang kupikirkan. Sebenarnya apa yang terjadi dengan asrama itu? Aku harap bukan hal yang buruk.
Kakiku yang panjang ini membuat langkah kakiku menjadi besar. Tanpa terasa aku sudah berada di depan gerbang sekolah.
Masih ramai orang-orang menunggu di sana. Menunggu jemputan masing-masing sepertiku. Dengan wajah cemas mengharap-harap kedatangan yang sebenarnya tidak pasti. Kita tidak tahu, kan apa yang akan terjadi di perjalanan? Ya, hanya Tuhan yang tahu.
Satu per satu orang-orang mulai pergi hingga meninggalkan diriku seorang di sini. Pak satpam yang tadinya masih berada di tempatnya, kini sudah melenggang masuk ke dalam. Menuju kediamannya yang kutahu berada di area sekolah dekat lapangan sepak bola.
Bagaimana ini? Sebenarnya tadi ada beberapa orang yang menanyakan apakah aku dijemput ataukah tidak. Tapi aku jawab aku akan dijemput segera.
Arghhh ....
Harusnya tadi aku bilang saja aku tidak dijemput. Agar aku bisa minta tolong dengan mereka. Aku yakin, siswa-siswa ramah dari negara ini pasti akan membantuku.
Oh, aku harus menelepon Eunwoo-hyeong! Mungkin dia sudah tidak sibuk.
Aku mengambil ponselku yang terletak di dalam sakuku. Kubuka menu kontak dan kutekan nama yang bertuliskan "Malaikat Pencuri Hati" dengan huruf hangeul. Itu adalah nama Eunwoo-hyeong di ponselku.
"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi."
Sekarang tidak aktif? Sebenarnya ada apa? Apakah ada sesuatu yang terjadi?
Sebenarnya, bisa saja aku jalan kaki ke asrama itu. Tapi ... sayangnya aku lupa jalannya. Eunwoo-hyeong selalu melewati jalan berkelok-kelok itu agar cepat sampai ke sekolah. Sudah jelas kalau aku takkan mengingat rute itu. Mungkin setelah ini aku harus benar-benar menghapalkannya.
Oh, ada seseorang di hadapanku!
Seorang gadis yang menunggangi motor itu berhenti di depan mataku. Dia masih belum membuka helmnya.
Ceklakkk
"Nabila?" gumamku sesaat setelah kaca helm itu terbuka.
"Kamu, kok belum pulang?" tanyanya dengan kening yang sedikit mengerut.
Aku senang sekali. Ternyata gadis pujaanku yang datang!
"Aku ... masih menunggu jemputan. Tapi, sepertinya hyeong-ku tidak akan menjemputku," jawabku seadanya.
"Hhhh ...." Nabila menghembuskan napasnya. "Gimana kalo gue aja yang ngantarin lo? Tapi, sebelumnya lo harus ikut gue dulu ke tempat lain karena gue mesti beli sesuatu."
Apa? Dia ingin aku ikut? Wah ... apakah dia penyelamatku? Ternyata dia baik sekali. Meskipun kadang-kadang suka berteriak tidak jelas padaku. Tapi, MJ-hyeong bilang itu pertanda kalau seorang gadis sedang tertarik padaku. Hehe ... ternyata dia benar!
Setelah Nabila menawarkan, tentu saja aku dengan senang hati menerima bantuannya. Dan kini, kami sedang menikmati udara sejuk ini bersama-sama.
***
Author's POV
Ketegangan mulai menyelimuti seisi ruangan. Ketegangan itu berada di dalam salah satu kamar di sebuah asrama yang cukup besar, yang merupakan salah satu asrama khusus tempat tinggal para turis mancanegara yang menetap agak lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Year With My Cutie Boy || Sanha ✔️
Fanfiction[END] Nabila, seorang cewek yang mengaku menyukai cowok cool daripada cowok cute, tiba-tiba terus memikirkan seorang cowok pertukaran pelajar asal Korea Selatan bernama Sanha. Sanha adalah cowok terimut yang pernah ia temui. Bahkan, seisi s...