Rencana Perpisahan (1)

482 64 0
                                    

Suara goresan pena meramaikan keheningan di dalam kelas. Semua orang tengah fokus mengerjakan tugas yang diberikan oleh Pak Beta. Sedangkan orang yang memberi tugas, kini sedang diam-diam cekikikan.

Beberapa siswa yang menghadap bukunya melirik Pak Beta dengan sinis. Setelahnya saling tatap dengan teman sebangku.

"Ssst! Pak Beta kayaknya lagi chattingan sama Bu Ratna, tuh!" bisik Ferdi setelah menepuk pelan pundak Sanha.

Tak ada jawaban dari Sanha. Menoleh pun tidak. Dia masih fokus mengerjakan soal-soalnya.

"Ishhh ... lo denger gak, sih?!" Ferdi yang kesal tanpa sadar menepuk pundak Sanha lagi lebih keras.

"Aaaaak!"

Semua mata tertuju pada Sanha. Sekejap kemudian menatap ke arah Ferdi. Begitu pula dengan Pak Beta. Sepertinya semua orang sudah tahu kalau Ferdi lah tersangka utamanya. Ferdi pun hanya bisa menunduk merasa bersalah.

"E-ehem!" Pak Beta berdehem dengan canggung. Seisi kelas refleks menghadap soal-soal yang ada di meja masing-masing. "Sudah selesai?" lanjut Pak Beta.

"BELUM!" Seisi kelas serempak menjawab lantang. Takut jikalau Pak Beta meminta mereka mengumpulkan tugas saat itu juga.

"Kalau begitu cepat kerjakan!" Pak Beta kembali menghadap ponselnya. Hembusan napas lega pun menyambut beriringan.

Suasana kelas kembali hening. Mengerjakan tugas cukup ampuh membunuh waktu. Itu karena soal yang diberikan Pak Beta selalu menguras otak. Bahkan, satu soal pun bisa sampai satu jam baru terselesaikan—untuk ukuran siswa biasa.

Kriiingggg ... kriiinggg ....

Para siswa dipersilakan istirahat. Para siswa dipersilakan istirahat.

Bel istirahat akhirnya berbunyi. Para siswa dan siswi di kelas 11 IPA 1 tampak kelabakan dengan buku-bukunya. Sepertinya tiga soal yang diberikan Pak Beta terlalu sulit untuk diselesaikan selama 2 jam pelajaran.

"Nabila! Liat nomer 3, dong! Gue gak sempet!" bujuk Sinka dengan wajah pucatnya.

"CEPAT KUMPULKAN!" Pak Beta sudah berdiri di kursinya. Pertanda kalau beliau akan segera menghitung detik-detik pengumpulan tugas.

"Huwaaa Pak Beta udah mau ngitung, tuh!"

"Iya, iya sabar! Nih, cepetan!" Nabila segera memberikan bukunya pada Sinka. Tak tega juga ia membiarkan sahabatnya tersebut mengerjakan tugas dengan wajah pucatnya.

"Satu!"

Seisi kelas terlihat masih sibuk menyelesaikan tugasnya. Ada yang masih bertahan dengan usaha sendiri, ada pula yang sudah menyerah dengan menyalin jawaban orang lain seperti yang dilakukan Sinka.

"Dua!"

Siswa-siswi di kelas itu semakin cepat bertindak. Sebagian di antara mereka sudah bergerak menaruh bukunya di hadapan Pak Beta.

Seiring dengan hitungan Pak Beta yang terus berlanjut hingga detik ke-10, pada detik terakhir itulah siswa-siswinya hampir melompat untuk mengumpulkan buku tugasnya. Sedetik setelahnya Pak Beta menempelkan tangannya di atas buku paling atas.

"Cukup!"

Tangan-tangan yang mengulur hendak menaruh buku itu pun melemas. Ekspresi mereka berubah murung kala menyadari bahwa jerih payah yang mereka lakukan sia-sia. Sementara itu, Pak Beta segera bergegas keluar kelas, dibuntuti sekretaris kelas yang membawa tumpukan buku tugas di belakangnya.

***

Seorang gadis yang tidak dikenal, tiba-tiba menghadang Nabila di depan kelasnya. Sebelumnya ia berniat untuk pergi ke kantin bersama Sanha, Sinka, dan juga Ferdi.

1 Year With My Cutie Boy || Sanha ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang