Rahasia

588 69 2
                                    

"Tuan Yoon Jinhyuk, bagaimana kabar Anda selama ini? Saya tidak mengira Sanha sudah sebesar itu. Saya saja tidak mengenalinya. Hahaha. Dan ... maaf sebelumnya, bagaimana dengan kasus pembunuhan Tuan Lee Donghae? Apa sudah tertangkap pelaku sebenarnya?" Ningsih dan Yoon Jinhyuk sedang berdiri di parkiran mobil.

"Kabar saya baik-baik saja, terimakasih sudah bertanya. Dan Sanha memang tumbuh cepat akhir-akhir ini. Kalau mengenai kasus itu ... sekarang masih dalam penyelidikan."

Sementara kedua orang dewasa itu berbincang-bincang, kedua anak muda yaitu Sinka dan Ferdi sedang mengintip di balik dinding menuju parkiran mobil.

"Hoy, Fer! Kayaknya bener, deh itu bokapnya Sanha! Tante Ningsih nyebut-nyebut nama Yoon. Itu marganya Sanha, kan?" bisik Sinka yang kini sedang menguping.

"Ssstt! Jangan keras-keras! Ntar ketahuan!" Ferdi sangat khawatir mereka ketahuan.

"Tapi, Fer. Lee Donghae itu siapa? Apa hubungannya dia sama Tante Ningsih? Kenapa dia dibunuh?"

"Udah, sssstttt! Lo bisa diem gak, sih?!"

Kedua anak muda itu berhenti berdiskusi. Kini mereka melanjutkan aktivitas pengintipan mereka yang berlangsung dibalik tembok.

"Kalau ada yang bisa saya bantu untuk Tuan, saya siap melakukan apa saja. Ini sebagai balas budi saya karena Anda sudah berbaik hati menjamin pendidikan putri saya." Ningsih sangat menghormati laki-laki yang kini berada di hadapannya.

"Kalau begitu, bisakah Anda-"

"Hatchiiiiii!!!"

Terdengar suara bersin dari balik tembok. Ningsih dan Yoon Jinhyuk menghentikan pembicaraan mereka.

"Siapa di sana?" ucap Ningsih agak lantang.

Sementara itu, kedua anak muda yang sedang menguping langsung melarikan diri.

***

"Kenapa lo mesti bersin, sih?! Kalo ketahuan mampus tau gak?!" Sinka memarahi Ferdi.

"Rambut lo, tuh masuk ke hidung gue! Gimana gak bersin coba?! Lo gak keramas seminggu, ya?!"

"Sembarangan! Hidung lo kali kebanyakan bulunya! Pasti gara-gara bulu hidung lo sendiri. Masa rambut gue yang wangi gini bisa bikin bersin?!"

"Ya bisa lah! Sini gue masukin ke hidung lo kalo gak percaya!" Ferdi mengambil sehelai rambut Sinka yang terurai di bahunya.

"HEH! ANJ*R lo!!!"

Di tengah pertikaian antara Ferdi dan Sinka, dari kejauhan berdiri seorang gadis sambil menggelengkan kepalanya.

"Ckckck ... hati-hati ntar jatuh cinta!"

Ferdi dan Sinka langsung menengok. Setelah kedatangan gadis yang ternyata adalah Nabila, Sinka dan Ferdi menghentikan pertikaiannya. Namun berganti dengan adu mulut.

"HOEKK ... gak sudi gue jatuh cinta sama cowok yang punya bulu hidung lebat kek dia! Najis!!!"

"CUIH! Siapa juga yang sudi jatuh cinta sama cewek yang punya rambut bau ketek kayak gitu?! Hih! Jijik gue!"

"Woy br*ngs*ek lo, ya! Sini gue robek mulut lo!!!"

Nabila hanya bisa berdiri mematung menyaksikan kelakuan Tom And Jerry yang kini sedang kejar-kejaran. Namun, tiba-tiba saja tingkah mereka membuat dia tersenyum.

Dasar. Pasti, nih anak bedua bakal jatuh cinta.

Hhhhh ... jadi keinget Sanha lagi, kan.

***

"Hyeong, coba kau lihat! Katanya pemenang dari kompetisi dance grup ini akan didebutkan sebagai boygrup!" Rocky a.k.a Park Minhyuk menunjukkan poster lomba yang ada di ponselnya.

Moonbin dengan cepat melihat dan membaca poster tersebut. "Heol ... daebak! Kalo begini kita tak perlu menjadi trainee! Kita juga akan tetap berada dalam grup yang sama!"

"Yaa, apa kalian yakin akan mengikuti kompetisi itu?" Eunwoo a.k.a Lee Dongmin ikut bersuara.

"Wae? Kau tak yakin karena Jinwoo-hyeong? Biarkan saja dia," jawab Moonbin dengan kesal.

"Kalau begitu, bagaimana dengan Sanha? Dia, kan sedang bersekolah di Indonesia."

"Dia bisa izin untuk tidak hadir beberapa hari. Atau pindah saja ke Korea lagi."

"Kau pikir orang tua kami akan diam saja?!"

"Yaa! Kenapa kau? Jangan bilang kau juga tertarik menjadi antek-antek perusahaan?! Kau sama saja dengan Jinwoo-hyeong!"

"Mwo?! Kenapa kau menyamakanku dengan Jinwoo-hyeong?" Eunwoo terbawa emosi. Dia semakin emosi di saat Moonbin meninggalkannya, tak peduli dengan pertanyaannya. "Bin-ah! Mau kemana kau?!"

Rocky-yang kini sedang diam membatu-tak mengerti harus berbuat apa. Persahabatan dan persaudaraan mereka seakan berada di ujung tanduk. Setiap hari selalu saja ada pertengkaran. Ini semua terjadi setelah keputusan Jinwoo yang memutuskan untuk melupakan cita-cita mereka.

***

Setelah kelelahan bertengkar dengan Ferdi, Sinka kini duduk di kursinya-yang berada di sebelah kursi Nabila. Dia mengipas-ngipaskan buku ke wajahnya yang penuh dengan keringat.

Saat ini, tidak ada siapa pun selain mereka berdua. Yang lain ada yang masih berolahraga, ada yang ke kantin. Sebenarnya sekarang adalah jam olahraga, namun guru yang mengajar sedang berhalangan hadir. Mereka dibebaskan untuk belajar olahraga sendiri. Seperti biasa, kalau disuruh belajar sendiri itu sangat sulit bagi siswa.

"Nabila," panggil Sinka.

"Hmh ...." Nabila tak mengalihkan pandangannya. Dia masih asik membaca sebuah buku yang berada di tangannya.

"Lo tau gak, tadi gue lihat nyokap lo sama bokapnya Sanha ngobrol," lanjut Sinka tanpa menghentikan aktivitas mengipasnya.

"Oh. Palingan ngomongin gue sama Sanha."

"Betul! Jadi selama ini yang ngebiyayain lo sekolah bokapnya Sanha, ya? Kok lo gak bilang, sih?"

Mendengar itu Nabila lantas menutup bukunya. "Apa lo bilang? Bokapnya Sanha ngebiyayain gue sekolah?!"

"Lah? Lo baru tau?"

"Iya, gue baru tau! Lo gak salah denger, ka--eh, tunggu. Jangan bilang lo habis nguping?!"

"Hehe ... i-itu ...."

"Tapi ... kok, bokapnya Sanha bisa ngobrol sama nyokap gue, sih? Waktu di ruang BK aja pake bahasa Inggris."

"Hah? Masa??? Tadi gue denger bokap Sanha ngomong pake Bahasa Indonesia, tuh? Lancar lagi."

"Bokap Sanha itu apa?" Tak disangka-sangka. Tiba-tiba saja, Sanha sudah berada di dalam kelas. Meskipun kursinya agak jauh dari kursi Nabila dan Sinka, namun dia masih bisa mendengar pembicaraan mereka karena kelas sedang sepi.

Sinka dan Nabila langsung pucat. Mereka terdiam sejenak. Bagaimana kalau Sanha mendengar pembicaraan mereka?

"Sa-sa-sanha ... ? Bokap itu sebenarnya ...." Sinka tergagap.

"Bokap itu artinya ayah," jawab Ferdi tepat setelah dia memasuki kelas.

Dasar g*blek!!!

Nabila dan Sinka menepuk jidat mereka masing-masing. Mereka kebingungan sampai tergagap. Sedangkan Ferdi, dengan begitu mudahnya dia berkata.

"Ooh ... ayah, ya." Tak disangka-sangka, ternyata Sanha tak penasaran apa yang dibicarakan oleh Nabila dan Sinka. Sepertinya dia tidak mendengar itu, hanya mendengar kata "bokap Sanha".

Kedua gadis itu kini saling berpandangan, seakan sedang berkomunikasi dengan batin mereka.

Aman!







To be continued . . .





1 Year With My Cutie Boy || Sanha ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang