Rencana Perpisahan (3)

439 61 0
                                    

Hari sudah beranjak sore. Sanha dan Nabila segera bergegas untuk pulang ke rumah. Mereka kebetulan memilih jalan yang melewati asrama yang ditinggali Sanha sebelumnya.

Kedua pasangan tersebut berwajah sumringah sepanjang jalan. Kali ini bukan lagi Nabila yang membonceng, melainkan Sanha. Karena itulah kini orang-orang tidak lagi memandang mereka aneh. Mereka sudah terlihat seperti pasangan sungguhan sekarang.

Saat tepat melewati asrama itu, pemandangan aneh mengganggu mata Sanha. Nabila tidak menyadari karena dia duduk menyamping membelakangi sesuatu yang dilihat Sanha.

Tiba-tiba saja Sanha memberhentikan motor Nabila.

"Eh? Kenapa berhenti?"

"Apa aku ... salah lihat?"

"Salah lihat apa?"

Tanpa aba-aba lagi Sanha langsung memutarbalikkan arah motor Nabila menuju asrama yang baru saja dilewatinya.

Setelah berhenti tepat di hadapan asramanya, betapa terkejutnya Sanha. Pemandangan di depannya terasa mengharukan, sekaligus memalukan.

"Hyeong!"

Sanha langsung turun dari motor setelah melepas helmnya. Ia berjalan setengah berlari menghampiri para hyeong-nim-nya yang saat ini terlihat seperti gelandangan yang duduk di depan asrama.

"Yaa! Kemana saja kau? Kami sudah menunggu tiga jam di sini!" protes Eunwoo sambil menatap Sanha dengan kesal.

Plak!

Tiba-tiba Moonbin memukul tangan Eunwoo. Eunwoo pun menatap Moonbin bingung sekaligus kesal.

"Yaa! Apa yang kau laku—" Moonbin memutar kepala Eunwoo hingga ia melihat ke arah Nabila. Eunwoo pun langsung terdiam.

Karena merasa tak enak terus-terusan ditatap, Nabila akhirnya turun dari motornya dan menghampiri keberadaan Sanha bersama hyeong-hyeong-nya.

"Se-selamat sore! Saya Nabila. Mmm ... s-s-saya ... pac—"

"Hyeong, aku akan segera kembali!" Sanha memotong kalimat Nabila dan menariknya menjauh dari para hyeong-nya.

Nabila bingung dengan tingkah Sanha. Dia menoleh ke arah Sanha dan hyeong-hyeong-nya bergantian.

"Sanha, kenapa sih?!"

"Kita pulang saja. Nanti ibumu marah."

"Tapi, kakak-kakakmu gimana?"

"Nanti aku akan mendatangi mereka setelah mengantarmu pulang."

"Apa? Tapi—"

Sanha langsung menghidupkan motor Nabila dan tanpa sadar membuat Nabila ikut duduk di belakangnya. Mereka pun melaju menuju kediaman Nabila.

***

Ceklek

Pintu asrama itu akhirnya terbuka setelah Sanha memasukkan kuncinya. Orang-orang yang tadinya terlihat seperti gelandangan tampan, kini telah duduk di sofa—yang terlihat sedikit berdebu karena sudah hampir seminggu tak ditinggali.

Setelah ditatap dengan tatapan mengintimidasi, akhirnya Sanha bersuara. "Hyeong, kenapa ... kalian datang lagi?" Mata Sanha menatap hyeong-hyeong-nya satu per satu. Matanya kini berhenti menatap Jinjin tak percaya.

"Itu ... kita perlu membicarakan hal penting," sahut Jinjin setelah menyadari Sanha yang menatapnya tajam.

Sanha masih belum juga mengalihkan pandangannya dari Jinjin. Dia tak berniat untuk menjawab pertanyaannya.

"Sanha, kita hanya salah paham pada Jinjin. Rocky yang akan menjelaskannya padamu," ujar MJ sembari melirik ke arah Rocky yang terbelalak.

"Mwo? Kenapa aku?!"

"Karena kau hanya diam saja dari tadi seperti batu," jawab MJ sambil cekikikan tidak jelas.

"Hyeong?! Apa yang sedang kau katakan?!"

"Sudahlah, aku saja yang jelaskan. Ini semua memang karena aku." Jinjin akhirnya unjuk diri setelah muak mendengar perdebatan MJ dan juga Rocky.

Jinjin pun akhirnya menjelaskan apa yang terjadi dengan mereka beberapa saat yang lalu. Menyangkut alasannya meninggalkan grup, dan alasannya untuk kembali lagi. Pembicaraan tersebut berlangsung cukup lama hingga tak terasa matahari sudah terbenam dari beberapa jam yang lalu. Akan tetapi, masih ada hal penting yang belum tersampaikan pada Sanha.

"Aku mengerti. Mianhada, Hyeong. Aku juga sempat salah paham padamu. Harusnya aku tak berprasangka buruk padamu." Sanha meminta maaf dengan tulus pada Jinjin. Ia merasa menyesal mengingat apa yang telah ia sangka pada Jinjin saat itu.

"Nee. Aku bisa memahami apa yang kau rasakan karena perbuatanku. Tapi ... aku rasa kali ini kau akan membenciku lebih daripada sebelumnya. Bahkan bukan hanya aku yang akan kau benci, tapi kami semua."

"Apa ... maksudmu? Aniii ... mana mungkin aku begitu." Sanha terkikik geli mendengarnya. Baginya itu hal yang lucu. Bagaimana bisa dia salah paham lagi setelah semua yang terjadi? Peristiwa ini tentulah membuatnya belajar. Begitu pikirnya.

"Mianhada. Jeongmal ... mianhada."

"Hyeong?" Sanha mulai khawatir. Setelah melihat Jinjin menunduk, ia pun menatap para hyeong-nya yang lain satu per satu. Ternyata eskpresi mereka pun sama seperti Jinjin. Yaitu merasa bersalah.

"Karena debut sebagai boyband sudah ada di depan mata kita. Kau hanya punya dua pilihan. Meninggalkan kami ... atau meninggalkan cinta pertamamu."

"Mwo?!"

Perkataan Jinjin seakan bongkahan bebatuan besar yang menghantam Sanha. Jantungnya berdebar-debar dengan kencang. Matanya membulat. Napasnya pun mulai sesak.

"Kami tahu ini adalah pilihan yang sulit. Tapi ... aku harap kau memilih kami."

"Jinjin-hyeong ... bagaimana bisa aku—"

"Kau tidak harus menjawabnya sekarang. Kami akan menunggu di sini selama beberapa ha—"

Sanha langsung bangkit dari duduknya tanpa menyelesaikan perkataan Jinjin. Dia berjalan cepat meninggalkan hyeong-hyeong-nya yang masih terduduk lemas penuh penyesalan di sana. Dari dalam, terdengar suara motornya yang meninggalkan tempat tersebut.

"Argh, ini membuatku hampir gila. Dia masih muda, bagaimana bisa kita sekeras ini padanya?!" Eunwoo mengusap wajahnya dengan kasar.

"Tenanglah. Apa pun yang akan dipilih Sanha, pastikan kita benar-benar siap. Jangan sampai permasalahan sebelumnya terulang lagi." Jinjin berusaha menenangkan suasana tegang saat ini. Suasana pun kembali hening.

"Ah, ayolah ... kita tidak boleh terus-terusan berpikir negatif seperti ini. Bagaimana kalau kita pergi untuk memakan Godeg saja? Rasanya benar-benar enak!" MJ bersuara di tengah keheningan yang menegangkan. Semua mata kini tertuju padanya.

"Hyeong, namanya bukan Godeg, tapi Gudeg," sahut Rocky membenarkan.

"Terserahlah apa pun itu namanya. Yang terpenting ... kajja! Kita berangkat sekarang!"




To be continued . . .

1 Year With My Cutie Boy || Sanha ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang