Jatuh Cinta

739 89 11
                                    

"Yah, balikin buku gue!" Seorang gadis berambut lurus hitam sebahu, sedang berjalan kesana-kemari mengikuti seorang laki-laki yang berlarian memegang sebuah buku.

"Gak, Mah. Buku ini pasti ada sesuatunya." Laki-laki itu terus saja menghindar.

Di kelas 11 IPA 1 saat ini tidak belajar, alias jam kosong. Guru yang seharusnya hadir sedang berhalangan hadir. Mereka diberi tugas dan harus dikumpul hari itu juga.

"Lo bedua! Cepetan balik ke kursi masing-masing!" Ferdi si ketua kelas yang sedang fokus tingkat tinggi mengerjakan tugas mulai geram.

"Yah! Cepetan balikin buku gue!" Gadis itu malah semakin berteriak.

"Ya ampun, Mah. Bentar doang, kok. Gue cuman mau lih—"

"DASAR PASUTRI! LO BEDUA BISA DIEM GAK, SIH?! INI TUH KELAS! BUAT BELAJAR! BUKAN DI SINI TEMPATNYA KALO KALIAN PENGEN MESRA-MESRAAN!"

Gadis yang duduk di barisan paling belakang, akhirnya meluapkan amarahnya. Dia sudah tidak bisa bersabar lagi.

Fatimah—yang dipanggil "Mah"—dan juga Yahya—yang dipanggil "Yah"—itu memang kerapkali terlihat sebagai pasangan suami istri gara-gara panggilan mereka. Seisi kelas 11 IPA 1 sudah terbiasa dengan kelakuan sepasang sahabat sedari kecil itu.

"Tuh, kan. Nabila sampe ngamuk. Kalo lo gak bisa damai, gua seret lo bedua ke KUA." Ledekan Ferdi sukses membuat tawa renyah di kelas itu.

"LO JUGA DIEM, FER!"

Ferdi langsung terdiam. Tawa renyah seisi kelas pun langsung buyar. Tidak ada yang berani kalau Nabila marah. Pasalnya, kemarahan Nabila itu melebihi 100 kemarahan cewek PMS.

Kini kedamaian di kelas itu pun tercipta. Tugas yang mereka kerjakan,  dapat diselesaikan dengan cepat, sebelum jam pelajaran kosong itu selesai.

***

Nabila's POV

"Nabila, what do you think about that?" Laki-laki bermata biru dengan wajah khas orang Eropa itu meminta respon dariku.

"I'm sorry. Gue harus ke toilet sekarang."

Sebenarnya, aku agak terganggu dengan Levi yang duduk di sebelahku. Di saat lagi fokus-fokusnya, dia malah mengajakku bicara. Bahkan, dia sering tidak peduli meskipun guru sedang menjelaskan.

Aku jadi serba salah. Ingin rasanya aku memarahinya, tapi dia itu orangnya mudah tersinggung. Aku tahu saat melihat dia berbicara dengan cowok-cowok di kelasku. Dia tidak seperti Sanha. Meskipun sering kumarahi, Sanha tetap saja senyum-senyum polos tanpa dosa.

Kok gue mikirin dia lagi???

Aku terus saja membatin sejak keluar kelas, aku sumpek mendengar ocehan Levi. Kini aku berjalan di sepanjang koridor, ingin kembali lagi ke kelas, sambil melamun.

Sebenarnya, kalau menurut tipeku, Levi adalah orang yang paling tepat bagiku. Cowok cool, berwajah tampan dengan mata birunya yang memukau, dan juga jago berolahraga. Laki-laki seperti itulah yang selama ini kudambakan. Tapi, kenapa aku biasa saja tiap kali bersama dengannya? Bahkan sepertinya aku agak tidak suka padanya?

Bukan hanya itu, ada hal lain lagi yang membuatku semakin tidak mengerti.

"Nabila!" Sanha yang berdiri agak jauh dariku, berjalan cepat ke arahku. Sepertinya dia akan menghampiriku, lalu mengatakan sesuatu.

"Maaf, gue mau ke toilet."

Raut wajah sedih itu sekilas terlihat olehku sesaat sebelum aku membalikkan tubuhku, menjauh darinya. Sebenarnya aku hanya menghindar darinya, tidak benar-benar ingin ke toilet karena aku baru saja dari sana.

Gue ngapain, sih? Kenapa gue harus selalu menghindar?

Itulah yang membuatku bingung. Kenapa tubuhku ini selalu menghindarinya? Kenapa jantungku selalu berdegup sekencang ini seakan-akan mau melompat? Apakah aku sedang jatuh cinta padanya?

"Gue dari dulu benci banget sama cowok cute, gue sukanya sama cowok cool! Tapi ... kenapa sekarang gue mikirin dia terus, ya?" Tanpa sadar aku mengeluarkan kalimat itu dari mulutku, pertanyaan yang selalu kudiskusikan dengan hatiku. Untung saja tidak ada orang di sekitarku yang mendengarnya.

Akhir-akhir ini, aku selalu saja salah tingkah di depan Sanha. Mungkin setelah kejadian di kafe itu, gara-gara dia memodusiku. Aku semakin menyadari bahwa ada yang aneh dengan diriku.

Tingkah Sanha di kafe itu, membuatku uring-uringan di kamar. Kelakuannya yang terus memandangiku dan juga mulutnya yang berkata "kamu cantik" yang ditujukannya padaku. Itulah yang membuatku tak bisa berhenti memikirkannya. Kejadian itu terus saja berulang ketika aku memejamkan mataku. Makanya, beberapa hari ini aku kurang tidur.

Padahal, dengan sangat yakin aku meyakini kalau cowok cute macam Sanha itu menjijikkan. Berbadan besar, namun bertingkah seperti bayi dengan ekspresi yang dibuat-buat. Sudah begitu, dia cowok lagi. Apa bagusnya? Seharusnya cowok itu bersikap gagah, menunjukkan kejantanannya.

Namun, sekarang justru aku termakan ucapanku sendiri. Meskipun ribuan kali aku menyangkalnya, mengatakan kalau aku membencinya, tetap tak bisa kuhapus gejolak hatiku tiap kali berada di dekatnya.

Beginikah rasanya jatuh cinta? Selama ini aku tak pernah tahu kalau jatuh cinta serumit ini. Mungkin, bisa dibilang dia adalah cinta pertamaku.

***

Author's POV

Asrama besar yang dihuni 6 orang laki-laki itu diselimuti kesunyian. Meskipun memang sudah tidak ada penghuni lain selain mereka, biasanya tempat itu tetap ramai, penuh dengan canda tawa.

Bagaimana tidak sepi, seseorang di antara mereka sudah pulang ke negeri asalnya. Jelas saja mereka sedih. Mereka tidak bisa berlibur bersama-sama lagi seperti sebelumnya.

"Apa kita juga pulang saja?" Rocky berusaha memecah keheningan. Padahal, MJ Si Happy Virus yang selalu melakukannya. Entah ada apa dengan MJ kali ini.

"Kita bahkan belum genap seminggu di sini." Moonbin ikut bersuara, tanpa mengubah raut sedihnya.

"Bin-hyeong benar. Tinggallah beberapa hari lagi di sini." Sanha tidak ingin abang-abangnya itu segera pergi.

"Biarkan saja, lah Jinjin pulang. Kalian tahu, kan bagaimana ibu dan ayahnya. Mereka sangat keras padanya." Akhirnya keluar juga kalimat itu dari mulut MJ.

"MJ-hyeong, ada apa denganmu? Bukannya kau akan melawak di saat seperti ini?" Eunwoo semakin tidak tahan dengan suasana tak nyaman itu.

"Mian. Mianhada. Aku belum makan sejak tadi."

"HAHAHAHA!"

Akhirnya berubah juga suasana menyedihkan itu. Rupanya MJ sedang lapar. Dia tidak punya tenaga untuk tertawa. Seperti virus yang perlu makan sebagai sumber energi, lalu mulai beraksi. Begitulah keadaan MJ saat ini.






To be continued. . .



1 Year With My Cutie Boy || Sanha ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang