Pagi ini, hiruk-pikuk siswa-siswi sekolah swasta elite itu meramaikan suasana pagi hari yang sepi. Menyamarkan suara kicauan burung dan embun pagi yang berjatuhan.
Hari ini, Sanha tidak terlambat. Dia sudah bisa bangun lebih pagi agar dapat berangkat ke sekolah tepat waktu.
Sekolahnya dulu-yang ada di Korea,-memulai proses belajar-mengajar pukul 08.00 dan pulang pada pukul 22.00. Sedangkan di Indonesia, dimulai pukul 07.00 dan selesai pada pukul 13.30.
Sangat jauh sekali perbedaannya. Ada rasa senang dan sedih juga ketika Sanha mengetahui perbedaan itu.
Senangnya, karena sekolahnya di Indonesia tidak berlangsung sampai larut malam seperti di Korea. Namun, sedihnya ketika bersekolah di Indonesia, dia harus bangun pagi-pagi sekali agar tidak terlambat. Bahkan, dia baru tahu kalau di Indonesia semua sekolah melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin. Hingga dia pun harus datang lebih pagi untuk ikut upacara.
Sekolah yang ditempati Sanha di Indonesia saat ini memang hanyalah sekolah swasta. Namun, sekolah itu adalah sekolah swasta elite yang cukup terkenal, tak jauh berbeda dengan sekolah Sanha di Korea. Hebatnya lagi, sekolah itu merupakan salah satu dari sedikit sekolah di Indonesia yang masih menerapkan sistem pertukaran pelajar, dan tidak menggunakan sistem Full Day.
Setiap tahun, ada bermacam-macam siswa pertukaran pelajar yang datang ke sekolah tersebut. Tentunya dari berbagai negara seperti Korea Selatan, Jepang, China, Taiwan, Thailand, Malaysia, Jerman, Vietnam, dan negara Asia lainnya. Namun, kabarnya tahun depan akan ada siswa dari Eropa yang akan datang.
Siswa-siswa negara asing yang akan belajar di sekolah tersebut biasanya berjumlah sekitar 15-20 orang dari negara berbeda. Dan siswa-siswanya itu hanya akan menempati kelas 11 secara acak.
"Hoi, Sanha! Pagi!" Ferdi yang baru datang langsung menghampiri Sanha. Semenjak ada Sanha, Ferdi-yang biasanya bicara ceplas-ceplos dengan bahasa campur aduk khas remaja kekinian-terpaksa harus menggunakan bahasa yang hampir formal.
"Oh, Ferdi? Pagi juga. Kamu sudah datang?" Sanha tersenyum ramah pada Ferdi.
"Yaiyalah gue sudah datang. Ngapain nanya lagi?" Ferdi merasa aneh dengan pertanyaan Sanha.
"Oh, hehe ... maaf, Ferdi. Kalau di Korea biasanya orang bertanya seperti itu. Semacam kebiasaan," jawab Sanha malu-malu.
"Hee? Gitu, toh. Sorry ya, San. Gak tau gue."
Sanha hanya tersenyum. Namun, setelah itu dia memandang Ferdi, seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi ragu-ragu.
"Kenapa?" Ferdi yang ditatap pun kebingungan dengan tingkah Sanha.
"Errr ... itu, sebenarnya lo-gue itu apa? Aku sering mendengar kalian mengucapkan itu. Apa itu semacam panggilan?" jawab Sanha dengan wajah penuh ekspresi penasaran.
"Oh ... 'lo' itu artinya sama kayak 'kamu'. Terus kalo 'gue' itu artinya sama kayak 'aku'. Itu semacam bahasa anak remaja zaman sekarang. Terus, kalo pake 'lo-gue' itu kesannya kayak lebih akrab gitu dan ... kalo menurut gue, sih lebih nyaman."
"Oooh ... begitu, ya ...." Sanha mengangguk mengiyakan. Mengisyaratkan bahwa dia mengerti apa yang dijelaskan Ferdi.
"Gimana kalo kita pake 'lo-gue' aja? Gue biasanya begitu sama temen-temen gue. Sama anak-anak kelas juga gitu."
"Errr ... memangnya boleh?"
"Ya boleh, dong! Kalo di sini lo tenang aja. Anak-anak kelas kita ramah-ramah, kok."
Sebenarnya, Ferdi adalah ketua kelas 11 IPA 1. Karena itulah dia selalu berusaha menjadi teman yang baik bagi siswa-siswi di kelasnya. Tak terkecuali Sanha.
***
"Sanha, ke kantin, yuk!" ajak Ferdi pada Sanha setelah bel istirahat berbunyi.
"Emmm ... Ferdi, boleh ... minta pendapatmu?" Sanha masih belum beralih dari tempat duduknya.
"Pendapat apaan?"
"Sebenarnya ... ada yang ingin kukembalikan," Sanha menyodorkan sesuatu ke hadapan Ferdi.
"Ini apaan, dah?" Ferdi membuka kantung plastik hitam itu lalu melihat isinya. "Lah, ngapain lo bawa-bawa garam sama ind*mi rendang?" Ferdi mengerutkan dahinya setelah melihat isinya.
"Sebenarnya itu punya Nabila."
"Lah, terus kenapa ada di lo?"
"Itu ... panjang ceritanya. Menurutmu, bagaimana cara mengembalikan ini?"
"Yaelah, ni anak. Tinggal balikin, doang kenapa pake ribet?" Ferdi heran dengan tingkah Sanha. Bocah itu terlalu polos atau bagaimana?
Sementara itu, Sanha hanya diam. Sepertinya dia gagal paham dengan ucapan Ferdi.
"Eh, lo gak ngerti, ya? Tapi, emangnya ada apa, sih lo sama Nabila? Lo beneran suka, ya sama dia?"
"Kenapa jadi membahas itu?"
"Ah, sudahlah. Ntar keburu bel masuk bunyi. Sekarang taruh aja itu di mejanya Nabila."
Sanha akhirnya meletakkan kantung plastik itu di meja Nabila. Berbicara dengan Sanha sebenarnya cukup melelahkan dan bikin pusing. Perlu dijelaskan berulang kali. Begitulah rasanya berteman dengan siswa negara asing.
Entah bagaimana nantinya setelah Sanha. Sebenarnya masih ada satu orang lagi di kelas 11 IPA 1 yang dikirim ke luar negeri, seorang gadis yang biasa dipanggil Adera-si pemain voli yang selalu meraih piala.
Sebenarnya, Rizki-yang bertukar tempat dengan Sanha-tidak mesti berada di sekolah Sanha, yaitu di Korea Selatan. Bisa saja dia ada di sekolah Jepang, China, dan sebagainya. Ada serangkaian tes yang menyebabkan dia berada di sana.
***
"Eh? Apaan, nih?"
Nabila yang baru memasuki kelasnya terperangah dengan sesuatu yang ada di mejanya. Sesuatu yang tadinya diletakkan Sanha.
Nabila lalu membuka plastik itu. Dan seketika itu juga Nabila membulatkan matanya.
"Kok, bisa ada di sini?"
Nabila mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Saat dia memandang ke depan-di barisan kursi nomor dua dari depan dan barisan nomor tiga dari samping kanan-dia baru saja memergoki Sanha yang sedang memerhatikan tingkahnya. Sanha pun langsung membalikkan badannya.
Hoo~ jadi dia, ya?
Nabila memasukkan kantung plastik beserta isinya itu ke dalam tasnya. Setelahnya, dia berjalan ke depan mendekati Sanha.
"Makasih."
Gadis itu melewati Sanha begitu saja-di sebelahnya-sambil mengatakan sebuah kata yang sangat sederhana, namun berhasil membuat Sanha bahagia dan memerahkan pipinya.
To be continued. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Year With My Cutie Boy || Sanha ✔️
Fanfiction[END] Nabila, seorang cewek yang mengaku menyukai cowok cool daripada cowok cute, tiba-tiba terus memikirkan seorang cowok pertukaran pelajar asal Korea Selatan bernama Sanha. Sanha adalah cowok terimut yang pernah ia temui. Bahkan, seisi s...