11 - Always Him

2.8K 98 0
                                    

Happy reading^-^

BRUUUKKK

Thalia baru saja terjatuh karena seseorang yang berlari berlawanan arah dengannya tidak sengaja menabrak. Sialnya lagi, lutut Thalia mengeluarkan cairan merah karena terkena kawat yang berkarat. Thalia hanya meringis pelan.

"Sorry banget yah! Gue buru-buru soalnya," suara seorang lelaki tidak lain adalah orang yang baru saja menabrak Thalia. Thalia berhenti menyipitkan matanya, ia menaikkan kepalanya sedikit agar bisa melihat orang tersebut.

"Rendy?"

"Thalia?" 

Mata mereka bertemu sekitar beberapa detik. Mereka langsung sadar dan bergerak untuk menghentikan acara tatap menatap itu.

"Lo nggak papa, kan?" tanya Rendy datar,

"Lutut gue perih sih, tapi nggak papa" jawab Thalia kembali melihat lututnya,

"Lutut lo berdarah, gue bawa ke UKS deh" ujarnya,

"Enggak usah, Ren. Gue nggak papa" tolak Thalia,

"Ntar infeksi! Nanti gue yang kena!" ujarnya membantah,

"Nggak us--" 

Sebelum melanjutkan kalimatnya, badan Thalia sudah berada dalam gendongan Rendy. Tangannya yang berada dibelakang leher dan pinggangnya membuat Thalia sontak terkejut. Jantungnya berdetak begitu cepat, pipinya benar-benar merah, dan napasnya tidak teratur.

Ini memang bukan pertama kalinya ia digendong oleh seorang 'Rendy'. Tetapi, saat itu Thalia dalam keadaan tidak sadarkan diri. Jadi, ia tidak mengetahui rasanya. Dan sekarang? Itu benar-benar membuat murid-murid kaget. Sudah 2 kali, Rendy Georgino, siswa terpandai, tertampan, tercuek, terdingin, dan juga belum pernah sama sekali menampakkan keromantisan dengan seorang wanita sebelumnya, menggendong Thalia.

Jujur, Thalia merasa nyaman. Sangat nyaman. Wangi maskulinnya, dada bidangnya, dan tampangnya yang membuat siapa saja akan meleleh. Rendy memang lelaki yang memiliki tatapan datar dan raut wajah yang kadang terlihat galak. Tetapi, itulah yang membuat para wanita berantrian untuk menjadi miliknya.

Sesampainya di UKS, meninggalkan segala bisik menyakitkan bahkan yang iri. Rendy membaringkan Thalia di salah satu ranjang. Beberapa anggota PMR pun mendekatinya.

"Ada yang bisa dibantu, kak?" tanya salah satu dari mereka,

"Alkohol, kapas, perban, hansaplast aja" jawab Rendy langsung kemudian dibalas dengan anggukan. 

Beberapa detik kemudian, mereka sudah datang membawa barang yang diinginkan Rendy. Rendy segera mengambilnya dan menyuruh mereka untuk keluar. Setelah mereka keluar, Rendy fokus dengan tugasnya yaitu mengobati lutut Thalia yang luka karena ulahnya.

"Bukannya lo buru-buru? Udah sini biar gue aja," ujar Thalia hendak mengambil kapas dari tangan Rendy,

"Gue yang salah. Gue yang tanggung jawab" jawabnya kemudian membersihkan luka Thalia.

Thalia meringis pelan. Rendy tetap melanjutkan tugasnya dengan hati-hati.

"Manja lo," ejeknya,

"Apaan sih? Ini sakit tau!" 

"Iye, iye!"

Setelah beberapa menit, luka Thalia sudah tertutupi dengan perban lalu direkatkan dengan baik.

"Lo anak PMR?" tanya Thalia asal. Rendy hanya menjawab dengan gelengan kepala,

"Lo mau jadi dokter?" tanya Thalia lagi. Rendy kembali menggelengkan kepalanya,

[✔️] THANDY STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang