39 - Berubah?

1.9K 74 4
                                    

Happy reading^-^

Gelisah. Satu kata yang menggambarkan perasaan Thalia saat ini. Entah mengapa, semenjak Rendy pergi, ia mendadak menjadi gelisah akan Rendy. Padahal, Rendy baik-baik saja. Ia merasa ada sesuatu yang terjadi dengan lelaki itu. Karena merasa tidak enak, Thalia pun menelpon Rendy.

"Halo? Kenapa, Tha?" tanya Rendy diseberang sana.

"Kamu dimana, Ren?" tanya Thalia.

"Em... Ini la-lagi di rumah," jawab Rendy.

Dari cara berbicaranya, Rendy terdengar gugup. Thalia makin merasa ada yang aneh dengan sikap Rendy akhit-akhir ini.

"Kenapa?" tanya Rendy lagi.

"Oh, nggak papa. Aku cuma nanya aja," ujar Thalia.

"Beneran nggak papa?" tanya Rendy memastikan.

"Iya, Ren." 

Setelah itu, Thalia bisa mendengar banyak suara. Thalia pun tersenyum miris. Yang ia simpulkan adalah, Rendy bohong kepadanya. Jelas-jelas, Thalia mendengar suara wanita, suara lelaki dan banyak suara-suara lainnya yang pasti tempatnya bukan di rumah Rendy.

Thalia pun mematikan teleponnya secara sepihak. Tiba-tiba, cairan bening turun dari mata ke pipinya. Thalia langsung menghapusnya kasar. Mengapa ia harus menangis? Mungkin saja Rendy sedang bersama teman-temannya. Tapi, mengapa ia harus berbohong? Entahlah.

~oOo~

Keesokan harinya, Thalia benar-benar tidak ada hasrat untuk bersekolah. Padahal, beberapa minggu lagi ujian akan dimulai. Ingin tahu mengapa? Disaat ia sudah siap untuk pergi, tiba-tiba saja Rendy menelponnya bahwa ia ada urusan penting yang harus ia selesaikan dulu. Dan, akan terlambat untuk bersekolah.

Alhasil, Thalia harus naik angkot. Mobil Al sedang diservis di bengkel. Ia juga harus menunggu jika memesan ojek online. Dan, 6 menit lagi, gerbang sekolah akan ditutup. Meski ia tahu bahwa Fernandez adalah pemilik sekolah dan tak lama lagi akan menjadi mertuanya, Thalia harus tahu diri. Rendy juga sudah memberi tahunya bahwa dia tidak boleh terlihat akrab dengan Fernandez saat di sekolah.

Setelah membayar biaya angkotnya dan turun, Thalia hanya menghela napas saat melihat gerbang sudah ditutup bahkan digembok. Ia pun mendekatinya dan coba berbicara kepada sang satpam.

"Pak," panggil Thalia.

"Eh, neng, kok telat?" tanya satpam itu.

"Panjang ceritanya, Pak. Sekarang, saya bisa masuk nggak, Pak?" tanya Thalia dengan mata berkaca-kaca.

"Aduh, neng. Coba ngomong sama guru piketnya," ujar satpam itu sambil menunjuk ke depan yaitu arah pos piket. 

Thalia memicingkan matanya dan melihat sosok guru yang cukup dibenci oleh murid disini. Yaitu, Ibu Meidah. Guru IPA yang terbilang sangat killer itu. Ia mendapat predikat itu karena setia menghukum siapa saja yang melanggar peraturan sekolah dan peraturannya. Ya, dia memiliki peraturan yang sudah ia tulis diselembar kertas karton berwarna kuning yang selalu ia bawa setiap saat.

Dengan langkah ogah-ogahan, Thalia mendekati pos piket tersebut.

"Permisi, Ibu," sapa Thalia sopan.

"Hem.."

"Saya izin masuk, Bu," ujar Thalia hati-hati.

"Kamu kira ini daftar PNS? Mau masuk harus minta izin?" tanyanya sinis.

"Eh, enggak, Bu. Kalo gitu, saya boleh masuk, Bu?" tanya Thalia polos.

"Ya, enggaklah!" bentaknya membuat Thalia kaget.

[✔️] THANDY STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang