Setelah istirahat pertama berakhir, kelas 11 IPA 2 menjadi sangat ricuh. Karena tak ada guru, mereka semua memutuskan untuk bersenang-senang. Tidak lain dengan Thalia yang sedari tadi menyanyi kecil dengan earphone yang ada ditelinganya.
Tiba-tiba saja, kelas menjadi hening. Saat itulah seorang lelaki yang berumur 27 tahun memasuki kelas 12 IPA 2. Pak Henry tersenyum simpul karena membalas senyuman murid-muridnya. Pak Henry adalah guru Bahasa Indonesia yang sangat disukai oleh siswi-siswi SMA Pelita Bangsa. Selain tampan, beliau juga sangat berwibawa, gagah, ramah, dan sangat sopan.
"Selamat pagi, anak-anak.." sapanya,
"Pagi Pakk...." balas murid serentak,
"Hari ini, kalian kedatangan teman baru" ujar Pak Henry kemudian menoleh ke pintu.
Thalia berdoa dalam hati agar murid baru itu bukan dia. Ia memejamkan matanya sejenak dan melihat siapa yang kini berdiri disamping guru Bahasa Indonesia-nya itu.
Suara gaduh dari siswi-siswi lain yang memuji kegantengan siswa itu membuat Thalia merasa sangat risih. Ditambah lagi dengan Novi yang berbisik tidak jelas.
"Anjir ganteng amat!" bisik Novi,
"Apa sih?"
"Lo nggak tertarik, Tha? Rendy mah kalah!" bisiknya lagi,
"Silahkan perkenalkan diri kamu," ujar Pak Henry memecahkan suasana gaduh tersebut.
Lelaki itu maju selangkah untuk membuat dirinya berada ditengah dan mulai membuka suara.
"Halo semuanya, nama saya Reyfathri Putra Agara. Kalian bisa panggil Rey atau Reyfath. Saya berasal dari High School New York. Semoga kalian bisa nerima saya dengan baik. Terima kasih" ujarnya diakhiri dengan senyuman manis.
Senyumannya masih sama. Tetap manis -batin Thalia.
Setelah dipersilahkan duduk disamping Zaky yang sejak dulu duduk sendiri karena memang memilih sendiri dan melarang siapapun duduk bersamanya. Karena tidak ada kursi lagi, Zaky terpaksa mengiyakan permintaan Pak Henry untuk duduk bersama Reyfath.
Thalia menajamkan matanya ke siswi-siswi yang mencoba untuk menarik perhatian Reyfath. Ia kemudian memandangi Reyfath yang sedang menulis. Seketika, Reyfath menoleh kearah Thalia dan membuat mata mereka bertemu. Hanya beberapa detik, Thalia langsung sadar dan menoleh kearah lain.
~oOo~
Jam istirahat kedua adalah waktu yang pas untuk Thalia dan Zaky membicarakan tentang lomba menyanyi sekaligus pianist tersebut. Dengan berani Thalia melangkah ke tempat Zaky yang disebelahnya masih ada Reyfath.
"Ky, kita ke ruang musik aja yah?" tanya Thalia melihat ke Zaky,
"Oke.." jawab Zaky lalu kemudian berdiri dan mengikuti Thalia dari belakang.
Sesampainya di ruang musik, Thalia menghela napas. Ia duduk dibangku yang berada tepat disamping piano. Zaky menduduki kursi piano tersebut.
"So, lagu apa nih?" tanya Zaky,
"Bantu gue mikir dong.. Gue blank sumpah!" ujar Thalia,
"Ummm....? Gimana kalo dengan caraku?" tanya Zaky membuat mata Thalia berbinar,
"Ide bagus!!" seru Thalia,
"Lo bagian Brisia, gue Arsy" ujar Zaky,
"Oke!"
Setelah itu, Zaky mulai menekan tuts pianonya. Thalia tersenyum. Ia tidak sia-sia memilih Zaky sebagai pianist-nya. Walaupun sebenarnya ia sangat ingin Rendy yang menjadi pengiringnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] THANDY STORY
Teen Fiction[COMPLETED] [Higest Rank : #1 on anakremaja • #1 on hancur]Thalia. Rendy dan cerita mereka. Mulanya, Thalia hanyalah siswi baru di SMA Pelita Bangsa. Namun, Ia dikenal setelah mendapat penghargaan kemenangan olimpiade bersama cowok idaman SMA itu. N...