2 hari berlalu, hubungan Thalia dan Rendy makin renggang. Thalia sama sekali tidak pernah bergeming saat ada Rendy. Sudah 2 hari juga ia izin sekolah karena suhu tubuhnya yang masih panas dan ia masih terlalu lemah untuk berjalan.
Thalia juga tidak mau makan. Sudah berbagai macam menu orang tuanya tawarkan. Namun, ia selalu menggeleng dan tidak mau makan.
Hal itu membuat Mery dan Al merasa khawatir. Thalia juga suka mengunci diri dikamar. Padahal, kunci kamarnya sudah diambil. Namun, ia menaruh lemari atau kursi untuk mengganjal pintu itu.
Mery dan Al selalu membujuk putri sematawayang-nya itu untuk keluar. Namun, Thalia tidak pernah bergeming. Ponselnya pun tidak pernah aktif.
Mery pun menghela napas dan mengetuk pintu Thalia.
"Thalia?" panggil Mery hanya membuat Thalia berdehem pelan.
Setidaknya, Mery tahu bahwa putrinya tidak apa-apa didalam. Berdehem saja sudah cukup baginya. Tapi, tentu saja ia sangat cemas dengan keadaan putrinya dibalik pintu cokelat itu.
"Keluar yuk." ujarnya tak digubris oleh Thalia.
Mery pun kembali menghembuskan nafasnya dan pergi dari sana. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan Thalia. Yang ia tahu hanyalah Rendy dan dirinya tidak dalam hubungan yang baik saat ini.
...
"Gimana, bro?" tanya Rafi sambil menduduki pinggir kasur pemilik rumah itu.
"Jadi, doain berhasil," jawab Rendy.
"Pastilah. Cepet-cepet baikan ama my unch gril," ujar Alfian asal.
"Girl, dongo! Girl!"
"Ya itu maksud gue."
Setelah itu, sudah tidak ada lagi percakapan. Mereka pun diam dengan pikiran masing-masing. Rendy melirik sebuah boneka beruang besar dan sebuket bunga yang indah serta kertas yang terselip disana. Semoga saja, rencananya nanti malam berhasil dan berjalan lancar.
Yang Rendy inginkan hanyalah gadisnya kembali dan tidak marah lagi kepada dirinya. Mendengar kabar bahwa sudah 2 hari ia sakit, tidak mau makan, tidak mau keluar dan jarang berbicara adalah sebuah hantaman keras baginya.
Ini semua gara-gara lo, Shanin. -batin Rendy.
~oOo~
"Good luck, bro!" seru Alfian dan Rafi.
Rendy pun menarik napas panjang dan turun dari mobil. Ia kembali menutup pintu mobil lalu mobil itupun beranjak dari sana. Rendy melihat sekitar keadaan rumah Thalia yang sudah lumayan gelap. Ia pun berjalan ke arah samping yang pagarnya tidak cukup tinggi.
Ia memasukkan barang yang ia bawa ke dalam tembok yang terbuka. Ia pun manjat dan masuk ke pekarangan rumah Thalia itu. Rendy pun mengambil barang-barangnya kembali.
Ia melihat sekitarnya dan tidak ada tanda bahwa orang-orang dirumah masih bangun. Semuanya sudah tidur. Rendy mengambil sebuah tangga yang dipakai orang-orang untuk memperbaiki listrik dan meletakkannya di samping jendela kamar Thalia.
Dengan hati-hati, Rendy menaiki tangga itu. Sesampainya diujung tangga yang pas di jendela Thalia, Rendy mengetuk jendela Thalia dengan hati-hati. Rendy tersenyum ketika melihat Thalia yang polos tertidur pulas dibalik gorden yang menutupi jendela itu. Rendy kembali mengetuk jendelanya berkali-kali, akhirnya Thalia bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] THANDY STORY
Teen Fiction[COMPLETED] [Higest Rank : #1 on anakremaja • #1 on hancur]Thalia. Rendy dan cerita mereka. Mulanya, Thalia hanyalah siswi baru di SMA Pelita Bangsa. Namun, Ia dikenal setelah mendapat penghargaan kemenangan olimpiade bersama cowok idaman SMA itu. N...