Selasar fakultas sudah sangat sepi saat rapat divisi selesai. Beberapa anggota team segera izin untuk pulang dan beberapa lainnya berbincang sebentar, saling bertukar pendapat. Jiyeon melirik pergelangan tangannya. Sudah pukul tujuh lewat sepuluh menit.
"Pulang sama siapa?"
Jiyeon mendongak dan mendapati Mark-teman satu divisi berdiri disampingnya. Anak jurusan Teknik Arsitektur itu sudah menggenggam kunci di tangannya.
"Kaga tau nih" jawab Jiyeon. Mark mengacak rambut Jiyeon asal.
"Kaga tau pulang sama siapa, bukannya nyari tebengan malah bengong lo. Yaudah, bareng. Sini gue anter."
Mereka sudah di pelataran parkir saat Jiyeon terkekeh geli.
"Ngerepotin ah. Gue pesen taksi online aja, lagian arah rumah kita kan beda."
"Gak ngerepotin yaelah. Nebeng nggak nih?"
Jiyeon menggelengkan kepalanya dan Mark mengangguk, tidak ingin memaksa. "Gue tungguin deh sampai taksi pesenan lo dateng."
"Eh jangan! Ngga perlu, lo duluan aja."
Mark tertawa kecil mendengarnya. "Ya gak mungkin lah, gue bukan banci yang bakal ninggalin cewek malem-malem sendirian di kampus." Lelaki itu kemudian duduk di atas motornya. "Tar kalau lo kenapa-kenapa pasti gue juga yang tanggung jawab. Kan yang terakhir sama lo, gue."
Jiyeon merotasikan bola matanya malas. "Tar kalau gue kenapa-kenapa, gue janji gak bakalan bawa nama lo. Udah sana pulang!"
"Wah gue mencium bau-bau penghianatan nih!" telunjuk Mark kemudian berada tepat didepan wajah Jiyeon. "Punya pacar lo ya?! Kok ngga cerita ke gue?"
Bola mata Jiyeon membola karena terkejut, lalu sepersekian detik kemudian tangannya menepis jauh telunjuk Mark. "Apaan sih ribut banget lo."
"Tuhkan ngga ngebantah! Beneran punya pacar baru lo ya?!"
Jiyeon menghela nafasnya lelah.
"Pacar-baru, pacar-baru! Emang gue punya pacar lama?"
Mark baru akan menjawab saat lampu sorot sebuah mobil menyilaukan pandangan mereka.
"Anjir siapa sih pakai lampu jauh segala, pengen banget liat gue buta apa ya?" umpatnya sambil menutup mata dengan tangan. Jiyeon tertawa pelan.
"Udah sana balik, jemputan gue udah dateng."
Mark berlalu. Kemudian lampu sorot mobil berganti, tidak lagi menyilaukan. Jiyeon mengambil langkah mendekat. Alih-alih duduk di kursi belakang, ia memilik membuka pintu penumpang disamping kemudi.
"Udah lama?" suara bariton rendah menyapa.
Jiyeon menggeleng, menarik seatbelt dalam diam. Sedang tidak mood berbicara apa-apa.
"Dari tadi cuma berdua sama Mark?"
Jiyeon mengangguk. Lalu keheningan kembali menyelimuti perjalanan pulang mereka. Hingga kemudian mobil terjebak di sebuah lampu merah.
"Kamu kenapa? Badmood?"
Lagi-lagi Jiyeon mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Tidak mengalihkan tatapannya sama sekali dari jalan. Mobil kembali melesat hingga sampai didepan sebuah rumah. Jiyeon pikir ia bisa segera turun, namun ternyata kunci otomatis pintu sudah bekerja lebih cepat dari pergerakannya.
Sepersekian detik sebelum ia berbalik protes, Jiyeon sudah mendapati kehangatan bergelung menyelimuti jemarinya.
"Aku minta maaf." Suara bariton itu kembali mengudara. "I know i was so rude, tapi-"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Undaunted | Jung Jaehyun
Romance'Find the courage to be with you' Tentang Jaehyun, Jiyeon dan rahasia pribadi mereka.