#MenujuSatuAtap wkwk
Enjoy!
__
Keduanya memutuskan untuk keluar dari restoran pukul sembilan malam. Jaehyun masih menggenggam jemari Jiyeon saat mereka melewati para waiters menuju lift hingga di parkiran. Bahkan saat didalam mobil pun tangan kirinya sibuk mencari-cari jemari Jiyeon dan menggenggamnya lembut.
Tapi ada yang aneh dari arah jalan pulang, karena Jiyeon merasa belum pernah melewatinya sebelum ini.
"Kita mau kemana lagi, mas?" tanya Jiyeon penasaran.
Jaehyun tidak menjawab, ia terlihat fokus menatap jalanan sambil tetap mengusap punggung tangan Jiyeon dengan ibu jarinya. Lalu mobil berhenti tidak begitu jauh dari lingkungan kampus. Adalah sebuah perumahan tempat mobil Jaehyun kemudian terparkir rapi.
Perasaan Jiyeon menjadi sangat tidak karuan saat lelaki itu memintanya turun dan memberikan Jiyeon sebuah kunci. Mereka berjalan beriringan menuju pintu masuk.
"Buka pintunya." Ujar Jaehyun melihat Jiyeon masih diam.
Jiyeon tau betul bagaimana jemarinya bergetar halus memutar kunci dan membuka pintu rumah sederhana itu. Saat ia melangkah masuk dan Jaehyun menyalakan penerangan, Jiyeon dapat melihat rumah sederhana berlantai dua itu dengan lebih jelas.
Matanya tiba-tiba berkabut.
"Mas.."
Suara Jiyeon terhenti saat Jaehyun merangkul pundaknya dari belakang. "Suka nggak?" tanya lelaki itu lembut.
Jiyeon hanya mampu mengangguk dua kali, masih terlalu bingung bagaimana harus menanggapi keadaan.
"Masih ada banyak hal yang harus di beli. Taman belakang juga belum sepenuhnya jadi, nanti kamu yang urus maunya gimana. Alat-alat dapur, perabotan kamar, aku bingung kalau harus belanja sendirian."
"Mas.."
"Hm?"
Jiyeon berbalik saat merasakan pelukan Jaehyun mengendur.
"Kita kan belum bicarain ini sama ayah bunda. Kenapa buru-buru beli rumah?"
Dari sana Jiyeon melihat senyum tipis Jaehyun terulas di wajahnya. Bola matanya kembali mengobarkan semangat dan gairah yang sama seperti terakhir kali mereka berada didalam kamar Jiyeon.
"Aku mungkin bukan manusia sempurna karna nggak bisa jaga janjiku sendiri. Tapi, aku mau kita pindah secepatnya. Menurut kamu gimana?"
Bibir Jiyeon kelu untuk sesaat. Jika diminta untuk menjawab jujur, maka Jiyeon akan memenuhi keinginan Jaehyun dengan segera. Ia sendiri sudah cukup lama ingin mengambil peran sebagai seorang istri. Meski mereka menikah karena perjanjian Jaehyun dengan ayah, dan Jiyeon menyetujuinya. Tapi rasanya tetap saja berbeda. Seperti.. ada sepercik rasa konyol yang muncul saat mengetahui bahwa mereka sudah menikah namun masih menjalani hidup masing-masing.
Jiyeon mengerjap sesaat. "Aku.. mau." Lalu ia menunduk dengan raut sendu. "Tapi perjanjian sama ayah—"
"Aku udah minta izin ayah bunda."
Pernyataan itu membuat Jiyeon mendongak cepat. "K-kapan? Terus gimana?" cercanya tidak sabaran.
Jaehyun tersenyum tipis menatap binar dalam bola mata Jiyeon.
"Tiga minggu yang lalu. Aku bicara lumayan lama sama ayah. Beliau nggak terlalu setuju sebenarnya. Tapi walau bagaimanapun kamu udah jadi tanggung jawabku. Jadi sebenarnya, ayah nggak bisa menghalangi kita. Cuma aku tetap mau minta restu ayah dan bunda, karena gimanapun aku pernah punya janji untuk mereka dan aku sendiri juga yang sekarang nekat mau ngelanggar janjiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Undaunted | Jung Jaehyun
Romance'Find the courage to be with you' Tentang Jaehyun, Jiyeon dan rahasia pribadi mereka.