"Tadi Ten jadi mintain nomer kamu?"
Jiyeon menoleh dari jendela, menatap Jaehyun yang bertanya. Lelaki itu tidak menatapnya dan fokus pada jalanan.
"Hm-m."
Suara seruputan vanila frappucino dengan logo starbucks terdengar. Mereka sedang dalam perjalanan pulang setelah cukup lama menikmati waktu berduaan. Sudah hampir pukul sepuluh. Untung Jiyeon sudah mengabari bunda sebelumnya.
"Dia udah ngehubungin kamu?"
Jiyeon kembali menoleh. "Belum. Kenapa mas?" tanyanya.
Jaehyun hanya menghela nafas namun tidak menjawab. Jiyeon sedikit bingung, namun ia belum bertanya hingga mobil Jaehyun berhenti tepat didepan rumah. Ketika melepaskan seatbelt nya, lagi-lagi Jiyeon mendengar Jaehyun menghela nafas.
"Kamu kenapa? Mau cerita nggak sama aku?"
Tidak butuh waktu yang lama untuk Jaehyun memantapkan diri untuk menatap manik kelam Jiyeon. Tangannya segera mencari jemari Jiyeon, mengisinya penuh. Lalu tersenyum.
"Bukan masalah besar. Cuma sedikit.. jealous." aku Jaehyun pada akhirnya.
Sepersekian detik pertama bola mata Jiyeon mengerjap bingung. Keheningan menyelimuti mereka. pasalnya, ini kali pertama Jaehyun mengatakan rasa cemburunya. Membuat perasaan Jiyeon campur aduk.
Senang, malu dan juga bingung.
"Aku tau ada banyak laki-laki yang ngedeketin kamu selama ini, tapi ngeliat Ten siang ini—" Jaehyun kembali membuang nafas. "—nggak tau kenapa aku sedikit jealous."
"Jadi.. mas maunya aku gimana? Ganti nomer?"
Kekehan kecil Jaehyun terdengar begitu merdu. "Nggak perlu. Aku percaya sama kamu." Jawabnya membuat bunga dalam dada Jiyeon lagi-lagi bermekaran.
"Apa kalau dia nge-chat nggak aku tanggepin aja?"
Jaehyun menggeleng, ibu jarinya masih sibuk mengusap punggung tangan Jiyeon.
"Nggak perlu. Bagus kalau kamu punya banyak teman. Mungkin aku cuma sedikit triggered karna dia satu-satunya laki-laki yang berani mintain nomer kamu langsung." Jaehyun sudah berhenti berbicara, namun Jiyeon masih diam memperhatikannya. Entah mengapa ia merasa Jaehyun belum sepenuhnya mengatakan isi hatinya.
Dan benar saja, bibir Jaehyun tak lama kembali bergerak.
"Mungkin aku sedikit merasa tersaingi." ujarnya.
Senyum di bibir Jiyeon mengembang sempurna. Sepanjang mengenal Jaehyun dalam hidupnya, Jiyeon pernah penasaran bagaimana lelaki kaku seperti Jaehyun saat sedang mengungkapkan perasaannya.
Ternyata, ketulusan dan keseriusan lelaki itu dalam mengutarakannya justru membuat Jiyeon kewalahan. Membuat perasaannya terlalu membuncah bahagia.
"Mas.." panggil Jiyeon pelan, bibirnya bergetar entah karena apa. Jemari Jiyeon bergerak, menyentuh pelipis Jaehyun lembut. "Kamu nggak pernah punya saingan, mas." lanjutnya.
Usai mengecup keningnya, Jaehyun pun berlalu pulang. tidak sempat singgah karena sudah terlalu larut dan akan semakin mudah bagi bunda memaksa Jaehyun untuk menginap.
"Loh, kok pulang?"
Jiyeon mengernyit mendengar pertanyaan bunda. "Kenapa? Bunda maunya aku pulang besok pagi?"
"Tadinya bunda pikir gitu.."
Jiyeon menahan nafasnya shock, "Bunda apaan siihh!!"
Tawa bunda masih terdengar dari ruangan bawah saat Jiyeon sudah sampai didepan pintu kamarnya. Pipinya bersemu merah dan bibirnya mengulum senyum tipis. Entah mengapa Jiyeon merasa begitu bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Undaunted | Jung Jaehyun
Romance'Find the courage to be with you' Tentang Jaehyun, Jiyeon dan rahasia pribadi mereka.