Aku baru sempet buka komen part sebelumnya dan mau bilang makasih banyak yaa buat yg udah doain aku cepet sembuh❤ aku.. agak kaget bacanya wkwk
Aku seneng kalau temen-temen suka cerita ini. Lebih seneng lagi kalau mau ngevote. Lebih lebih seneng lagi kalau mau komen dan interaksi sama aku :)
Panggil aku dee, basis 96. Jangan panggil thor lagi yaa wkwk
Enjoy!
__
"Widih-widih ibu negara udah siap aja nih."
Bukan hal yang mengejutkan sebenarnya mendapati Mark berjalan bersisian dengan Jiyeon. Jangankan satu fakultas, Jaehyun yang berstatus sebagai suami Jiyeon saja sudah sangat maklum pada kedekatan keduanya.
Mark memang humble dan sosok teman yang baik. Dari dulu, tidak pernah sekalipun Jaehyun menaruh cemburu pada lelaki itu. Semua karna Jaehyun juga lelaki, ia tau benar bahwa Mark memang tidak memiliki maksud lain pada istrinya. Karna lewat matanya, Jaehyun tau jika Mark menyayangi Jiyeon sebagai seorang sahabat. Benar-benar semurni itu.
Banyak orang-orang bilang tidak ada persahabatan yang murni antara lelaki dan perempuan. Tapi mereka juga lupa, bahwa tidak ada yang tidak mungkin terjadi di dunia ini. Everything is possible.
Bukan sedikit pula rumor yang beredar tentang keduanya. Jaehyun pun pernah mendengarnya beberapa kali. Tapi lagi-lagi, ia tidak pernah menaruh curiga pada keduanya. Terlebih Mark dan Jiyeon pun memilih untuk tidak ambil pusing dengan berita miring seperti itu.
"Mau ke lapangan, kan?"
Jiyeon mengangguk. Salah satu tangannya menyodorkan sekotak susu coklat yang disambar Mark tanpa pertanyaan apapun.
"Lo juga diminta ke lapangan?"
Mark mengangguk, masih sibuk menyeruput susu coklat pemberian Jiyeon. Mereka berada didepan PKM Fakultas. Jiyeon baru saja sampai setelah menyelesaikan kelas terakhirnya sementara Mark sudah ada disana sejak beberapa jam yang lalu.
Di kampus, Arsitektur memang menjadi salah satu jurusan yang banyak memiliki jam kosong. Ini karena kebanyakan ujian mereka adalah membuat maket dan sebagainya, jadi kelas yang seharusnya berjalan dua setengah jam bisa selesai dalam waktu kurang dari satu jam karena dosen hanya akan memberikan teori. Urusan praktek, berbeda lagi nanti.
"Ngapain ya kita diminta ke lapangan? Mereka kan cuma latihan."
Mark berjongkok, mengikat tali sepatunya didepan pintu PKM.
"Hari ini ada sparing sama fakultas tetangga."
"Sparing buat apa?"
Mark mengedik.
"Sekalian latihan, mungkin. Katanya dua-duanya ngotot mau pake lapangan, jadi yaudah sekalian sparing aja."
Saat Mark sudah selesai dengan tali sepatunya, keduanya berjalan menuju lapangan yang berada tidak begitu jauh dari PKM. Hanya kurang dari sepuluh menit berjalan. Lapangan berada tepat disebelah parkiran motor gedung kuliah bersama teknik.
Nah, sebenarnya ini yang membuat Jiyeon sedikit bingung. Ini kan lapangan basket fakultas, harusnya, fakultas lain tidak bisa sembarangan ada disini. Tapi pada akhirnya Jiyeon mengedik, malas berpikir lebih jauh.
Di lapangan sudah ada banyak sekali pemain basket andalan teknik. Dan tentu saja, salah satunya adalah Jaehyun. Mantan atlet fakultas itu terlihat sibuk duduk bersisian dengan.. Ten?
Mereka tampak berbicara normal. Seolah sebelum ini ia tidak pernah cemburu pada lelaki yang mendekati Jiyeon berminggu-minggu silam itu.
Sebenarnya Jaehyun tidak ikut dalam lomba. Hanya saja, nanti Jaehyun dan beberapa mantan atlet akan bertanding melawan dosen sebagai pembukaan acara Dekan Cup. Selebihnya untuk pertandingan lain akan di serahkan kembali pada atlet aktif fakultas.
Saat Jiyeon datang dan duduk di pinggiran lapangan, Ten tampak sangat antusias dan melambaikan tangan padanya. Jiyeon membalas itu dengan senyuman tipis. Matanya beralih pada Jaehyun yang juga menatapnya namun kali ini ada binar dalam bola mata lelaki itu. Jaehyun tidak terlihat cemburu sama sekali, tapi mereka tentu tidak bisa terus berpandangan seperti itu. Jadi Jaehyun memutus kontak mata mereka terlebih dahulu, kembali memperhatikan teman-temannya yang masih sibuk di lapangan.
"Udah quarter berapa ini?"
"Tiga deh kayanya."
"Lah pantes udah pada keringetan."
Jiyeon menoleh dan Mark masih sibuk menyeruput susu coklat miliknya tenang sambil memperhatikan pemain yang sudah kembali berkumpul ditengah lapangan.
"Lama banget sih lo minum ini doang. Disedot terus dilepeh lagi ya?"
Mark mendelik tidak suka. "Anjir jorok bener isi otak lo. Kalau grogi jangan ke gue juga kali pelampiasannya."
Dan Mark benar. Jiyeon grogi. Melihat Jaehyun bermain basket selalu berhasil membuatnya kehilangan nafas. Karena Jaehyun yang banjir keringat karena olahraga, Jaehyun yang tampak serius memperhatikan arah bola, Jaehyun yang fokus pada ring lawan, adalah Jaehyun yang selalu berhasil membuat Jiyeon jatuh cinta lagi dan lagi.
__
"Besok kamu dateng kan?"
Jiyeon yang baru saja menyendokkan sup kedalam mangkuk menatap Jaehyun sebentar lalu mengangguk.
"Aku usahain ya, mas. Semoga dosenku nggak korup jam kuliah lagi."
Jaehyun mengangguk paham. Malam itu Jaehyun datang karena Jiyeon bilang ia akan memasakkan sesuatu untuknya. Tepat pukul tujuh malam Jaehyun datang dan sup ayam jahe buatan Jiyeon sudah matang. Mencium aromanya, perut Jaehyun segera meraung-raung minta diisi.
Jadi mereka duduk berseberangan di meja makan. Sudah ada sepiring nasi didepan Jaehyun, sementara mangkuk sup nya sedang diisi oleh sang istri.
Sebenarnya ini merupakan kejadian langka, karena kebanyakan hari di masa lampau mereka hanya akan makan malam diluar atau dirumah namun seluruhnya sudah disiapkan oleh bunda.
Jaehyun tidak tau bagaimana kemampuan masak Jiyeon. Jika sekedar membantu bunda saja, Jiyeon sering melakukannya. Tapi Jaehyun tidak pernah benar-benar dibuatkan masakan utama seperti malam ini.
Sebuah mangkuk mengepulkan asap diletakkan Jiyeon didepan Jaehyun. Lalu gadis itu mulai mengisi mangkuknya sendiri. Setelah Jiyeon duduk, gadis itu meneguk minumannya dan mulai makan.
"Kamu masak semua sendiri?"
Jaehyun mulai menyendokkan kuah kedalam mulutnya, sementara Jiyeon menjawab dengan menggumam. Not to be a hyperbolis, masakan Jiyeon terasa amat pas. Jaehyun tidak pernah tau jika gadis dua puluh satu tahun itu bisa mengolah makanan tanpa bantuan bunda.
"It feels so special." Ujar Jaehyun masih menyendok makanannya. Padahal Jiyeon sudah menatap lelaki itu heran.
"Apanya yang spesial?"
"Ini pertama kalinya kamu masak buat aku." Pandangan mata mereka bertemu, Jaehyun tersenyum teduh didepan sang istri. Membuat pipi Jiyeon merona begitu saja.
"Aku sengaja masakin sup ayam jahe soalnya besok kan mas mau tanding."
Tawa ringan Jaehyun terdengar. "Bukan pertandingan penting kok."
"Tetep aja harus kuat mau lari-larian hampir satu jam penuh." Jiyeon kukuh, menyendokkan sup kembali kedalam mangkuk Jaehyun. "Makanya sekarang makan yang banyak. Udah aku masakin, jangan sampai nggak diabisin."
Binar mata Jaehyun masih terpancar memperhatikan Jiyeon yang menyendokkan sup kedalam mangkuknya. Jantungnya berdebar tidak karuan dalam diam saat pikirannya membayangkan betapa menyenangkannya melakukan ini disetiap malam.
"Aku jadi pengen kamu ngelakuin ini tiap malem." Jaehyun berujar pelan dan rendah, membuat gerakan tangan Jiyeon berhenti dan mata mereka beradu pandang.
"Should i talk to ayah and bunda? Aku.. mau ambil tanggung jawabku sepenuhnya."
__
Ini dua2nya udah kepikiran mau tinggal serumah tapi masih sama-sama takut ngadepin ayah :(
Otoke?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Undaunted | Jung Jaehyun
Romance'Find the courage to be with you' Tentang Jaehyun, Jiyeon dan rahasia pribadi mereka.