Persiapan Pernikahan (part 1)

1.9K 103 2
                                    

Afif tidak habis fikir dengan pemikiran ibu dan mertua kakaknya itu. Dia benar² tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya setelah ia menikah dengan laki-laki yang tak pernah dia merasakan cinta terhadapnya. Bertemu saja, mereka bisa bertengkar, lalu bagaimana jika tiap hari bertemu, apakah rumah tangga mereka bisa damai, atau malah pertengkaran mereka setiap hari. Afif benar² pusing, bingung, kacau, bimbang. Dilihatnya wajah ponakan cantiknya, yang kini telah terlelap dengan nyaman di kasur empuk bergambar kartun Winny the Pooh yang Afif belikan beberapa Minggu lalu, setelah gajian ke satu tahun nya. "Cantik, harus kuat, ya,..Tante Afif akan selalu menemani cantik. Cantik pokoknya gak boleh sedih, cantik harus jadi anak yang sehat, Sholihah dan pintar", ucap Afif sambil mengusap lembut rambut ponakannya yang tertidur.

Pagi kini telah datang lagi, dua keluarga ini sama² masih asik di dapur bagi para wanitanya, sedangkan para laki-laki duduk di teras rumah, sambil menikmati seduhan kopi pagi dari para istrinya, kecuali Lucky, dia hanya sibuk bermain dengan Cantika dan Lintang (anak Lusi dan Ardit). Lucky membelai-belai rambut Cantika  yang  duduk di pangkuannya, sambil sambil memainkan boneka beruang kuning, di depan wajah Cantika. "Mas, Luk, sarapan dulu yuk", ajak Lusi pada suami dan adiknya sambil menggandeng Lintang masuk ke rumah. "Oke yang", jawab Ardi berdiri kemudian mengikuti istrinya. Lucky segera berdiri sambil menggendong Cantika di depannya.
"Cantika sayang, ikut oma Sari dulu ya, biar om Lucky makan dulu", ucap Ibu Sari sambil mengambil Cantika dari gendongan Lucky. "Oh iya, Fif nanti kamu ke Solo beli baju pernikahan sama ambil baju² sekalian ya?, nanti biar Lucky yang antar kamu", ucap ibu Sari saat Afif baru saja berhasil mendudukkan tubuhnya. "Iya, buk", ucap Afif datar. Lucky yang melihat tingkah laku calon istrinya itu hanya bisa menelan ludah.
Afif dan Lucky kini berada dalam perjalanan menuju kota Solo. Kota tempat Afif mengais rizkinya. Iya, setelah lulus kuliah accounting nya di salah satu universitas di Semarang Afif langsung mendapatkan pekerjaan di Solo bersama sahabatnya Fara. Didalam mobil bermerek Fortuner ini, dua insan berlawanan jenis ini hanya diam membisu, tidak ada yang mau mengalah untuk memulai percakapan. Dan ini merupakan rekor mereka berdua. Karena biasanya jika mereka bertemu atau bicara lewat telepon saja, mereka bisa bertengkar dan saling mengejek tak jelas, tapi kali ini mereka diam membisu. Setelah sekitar 30 menit mereka dalam mode hening, Lucky tiba² tanpa sengaja mengerem laju mobilnya secara mendadak karena tiba² lampu merah, dan alhasil membuat mereka terpental ke depan. Untung Lucky tidak mengendarai dengan ngebut, jadi mereka tetap aman. "Kamu gila ya Luk", ucap Afif spontan. "Sorry, aku gak lihat, kalau ada lampu merah", ucap Lucky dingin. "Kalau punya mata di pakai, jangah di taruh dengkul", ucap Afif nyindir sambil melihat keluar jendela. "Aku kira, kamu udah berubah baik sama aku, seminggu lagi kita kan udah jadi suami istri", ucap Lucky ngelantur. Yang sontak langsung bikin Afif melihat kearahnya sambil melotot kearahnya. Mobil kembali melaju, dan suasana kembali hening, Afif sibuk dengan pikirannya tentang pernikahannya dengan Lucky. Dan lucky sibuk merutuki ucapannya, yang dengan lancang menyinggung masalah pernikahan yang sudah jelas² Afif tolak.

Estafet JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang