Angkringan Mas Bend, tempat itu langsung terlintas dipikiran Lucky setelah dia sampai di stasiun Lempuyangan. Angkringan milik temannya itu terletak tepat di depan stasiun. Angkringan yang buka mulai pukul 6 sore hingga menjelang subuh ini, adalah tempat tongkrongan favorit Lucky dan teman-teman pencinta alamnya dari Jakarta jika berada di Jogjakarta. Sapaan hangat khas suara mas Bend yang besar langsung memenuhi Indra pendengarannya. "Hai Luc, meh survey neng ndi maneh?, Lhoh, tapi kok dewe?" (Hai Luc, mau survei kemana lagi?, Lho tapi kok sendiri?), Sapa mas Bend sambil melambaikan tangannya kearah Lucky. Lucky membalas lambaian tangan Mas Bend kemudian duduk di tikar yang telah disediakan. "Survei. kaya pegawai pemerintahan ae Mas. Iya mas dewe, Saiki aku wis dadi wong Jogja, dadi Bali ya neng Jogja" (Survei. Seperti petugas pemerintah saja mas. Iya mas sendiri, sekarang aku sudah jadi orang Jogja jadi pulang ya ke Jogja), Ucap Lucky pada Mas Bend yang sibuk membuat kopi arang untuk beberapa pelanggannya. Kebetulan malam ini pelanggan mas Bend lumayan ramai jadi dia tidak bisa duduk manis menemani Lucky. "Iya ya Luc, kowe saikan manggoni omah.e Mas mu ya?" (Iya ya Luc, kamu sekarang menepati rumahnya kakak kamu ya?) , Ucap Mas Bend sambil menyajikan kopi arang pesanan Lucky dan beberapa gorengan. "Iya Mas", ucap Lucky sambil mengambil pisang goreng yang dihidangkan kemudian dimasukkannya kedalam mulut. "Sorry Luc, aku Ra iso ngancani kowe crita, rame tenan iku sola.e"(Maaf Luc, saya tidak bisa menemani kamu bercerita), ucap Mas Bend sambil meninggalkan Lucky yang akan meminum kopi pesanannya. Sebelum pulang Lucky memutuskan untuk ke angkringan mas Bend Karena ingin ngopi terlebih dahulu. Seminggu bekerja dan selalu lembur, membuat porsi tidur Lucky berkurang. Apalagi tadi dia hanya tidur kurang dari 4 jam, dengan meminum kopi, sedikitnya telah mengurangi rasa kantuknya. "Mas, kopi, pisang goreng berapa?", Ucap Lucky setelah dia menghabiskan sisa kopinya. "Wis ra sah bayar, jujul-jujul mu kae ijuk numpuk, angere jujul koe Ra tau gelem nrima" (sudah tidak perlu membayar, kembalianmu saja masih menumpuk, jika ada kembalian kamu tidak mau menerimanya), ucap Mas Bend sambil meletakkan gelas yang baru saja dia cuci. "Ya jangan kayak gitu to mas, nanti mas rugi", jawab Lucky sambil berjalan mendekati Mas Bend kemudian memberikan uang sepuluh ribuan, tetapi langsung di tolak Mas Bend. "Alah Wis gak usah, wis Kana gek Ndang mulih, gek Ndang leren. Ati-ati sing nyopir"( Sudah tidak usah, sudah sana cepat pulang, segera istirahat. Hati-hati dalam mengendarai mobil), ucap Mas Bend sambil meletakan uang tadi dalam tangan Lucky. "Ya sudah, terimakasih ya Mas, saya pulang dulu. Assalamualaikum", ucap Lucky sambil menarik koper dan menggendong tas yang tadi dia letakkan di atas tikar. "Waalaikumsalam", jawab mas Bend sambil menatap kepergian Lucky.
Tepat pukul 2 dini hari, Lucky berhasil mengeluarkan mobilnya dari parkiran stasiun. Dengan kecepatan sedang, dia menembus hawa dingin kota Yogyakarta di musim panas. Berkali-kali dia mengeratkan jaketnya, meminta kenyamanan. Musim panas di kota ini tidak menjadikan udara pagi menjadi hangat tetapi malah semakin dingin. Jika di Jakarta dia sering menghidupkan pendingin ruangan, di Jogja dia hanya akan menyalakan disiang saja.
Gerbang di depan rumahnya memang biasnya tidak pernah di kunci, paling hanya dikuci biasa yang masih bisa di buka dari depan. Tujuan kunci itu hanya supaya gerbang tidak terbuka sendiri jika tertiup angin. Dibukanya gerbang itu dengan hati-hati sehingga tidak menimbulkan bunyi berisik, yang akan mengganggu tetangga di sekitarnya, dengan perlahan mobil dia masukkan kedalam halaman rumah. Kacau. Lucky tidak membawa kunci duplikat rumahnya, karena terburu-buru kunci itu tertinggal di nangkas apartemennya. Indikasi dia harus menunggu sampai subuh, sampai mbok Harno keluar untuk sholat subuh di masjid depan komplek. "Aduh gila, kenapa gue bisa lupa gak bawa kuncinya, Apes banget nih gue", ucap lucky sambil mengacak-acak rambutnya yang kucel karena keringat. Saat Lucky mulai pasrah dan ingin membaringkan tubuh lelahnya di kursi panjang yang terletak di teras, tiba-tiba terdengar seseorang membuka kunci pintu 'cleekk'. Lucky yang siap berbaring, bangkit dan berdiri menatap arah pintu. Pintu terbuka secara perlahan-lahan seolah-olah penghuni rumah sedang mengintip seseorang. "Mbok Harno", ucap Lucky yang mampu mengetahui wanita tua tersebut, walaupun dalam keadaan gelap. "Mas Lucky??", Ucap mbok Harno sambil meletakkan sapu, yang tadi akan dia gunakan untuk memukul seseorang yang telah mengganggu kekhusyukan sholatnya. "Iya mbok ini saya Lucky", jawab Lucky sambil mendekat ke arah mbok Harno, kemudian mencium tangannya. "Ya Allah mas, simbok kira maling. Mari masuk mas", ucap mbok Harno sambil membukakan pintu lebar-lebar. "Maaf ya mbok, saya jadi gangguin tidurnya simbok", ucap Lucky seraya melangkahkan kakinya kedalam rumah. "Iya gak papa mas Lucky, tadi simbok kebetulan lagi sholat dadi krungu (mendengar), Nek (kalau) simbok tidur ya gak krungu (mendengar)", ucap mbok Harno sambil menyalakan lampu. "Ya sudah ya mbok saya ke kamar dulu", ucap Lucky seraya melangkahkan kakinya menuju kedalam kamarnya.
Dibukanya kamar yang seminggu ini tidak dia tempati. Kosong. Itulah yang langsung dia dapati saat memasuki kamarnya. Iya benar. Ini kamar dia. Bukan kamar Afif. Wanita itu pasti sedang terlelap di kamar Cantika. Semenjak menikah, Lucky dan Afif, memang belum pernah tidur bersama. Wanita itu lebih memilih tidur bersama dengan Cantika dibandingkan tidur dengan dirinya yang notabenenya telah sah menjadi suaminya.
Badan yang lengket dan kotor melenyapkan keinginan Lucky untuk segera beristirahat. Yang dia butuhkan saat ini adalah guyuran air shower yang dapat membersihkan tubuhnya dari debu jalannya yang membuatnya kurang nyaman. Tanpa ba-bi-bu lagi dia masuk kedalam kamar maandi yang berada di dalam kamarnya dan langsung berdiri dibawah shower, menikmati guyuran dinginnya air dini hari yang mengalir keseluruh tubuhnya. Segar, fresh dan nyaman itulah yang Lucky rasakan setelah dia mandi.
Baju Koko putih, sarung, dan peci yang juga berwarna senada dengan bajunya menghiasi penampilan Lucky setelah dia mandi. Keren, dan tampan. Itu adalah kesan pertama yang akan di ucapkan seseorang jika melihat penampilan Lucky saat ini. Baju Koko putih membalut dengan sempurna tubuh atletis yang dia dapatkan dari kegiatan pecinta alamnya. Sarung bercorak batik lurik tampak pas menutup tubuh bagian bawahnya. Tubuhnya yang lumayan tinggi yakni 181 tampak benar-benar menawan dengan penampilan tersebut. Apalagi ditambah peci putih yang menutup kepala dengan potongan rambut masa kini.Tubuh yang sempura itu diharapkannya kearah kiblat. Tangan yang tertutup lengan baju sampai pergelangan dia angkat keatas sejajar dengan daun telinganya sambil mengucapkan takbir. Iya, Lucky sedang menunaikan sholat malam. Salah satu ibadah Sunnah yang telah menjadi kebiasaannya sejak dia duduk di bangku kuliah. "Assalamualaikum warahmatullahi waabarakatuh", Ucap Lucky sambil menoleh ke kanan kemudian ke kiri, sebagai tanda bahwa dia telah usai melakukan sholat. Dua rakaat salam, Dua rakaat salam, sampai delapan rakaat, Lucky melakukan sholat malam atau biasa dikenal dengan sholat tahajud. Kemudian menutup sholat itu dengan tiga rakaat sholat witir.
Waktu kini telah menunjukkan pukul 4 dini hari. Cukup lama dia menggunakan waktu untuk mandi dan sholat. Mata yang ngantuk serta badan yang lelah berganti dengan perut yang lapar. Ternyata dua potong pisang goreng dengan kopi belum mampu mengganjal perutnya. Cacing-cacing di perut memaksakan dia turun ke dapur mencari sesuatu yang dapat membungkam cacing di perutnya. Saat sampai di pintu dapur dilihat mbok Harno sedang memasak. "Mbok, kok jam segini sudah masak?", Ucap Lucky sambil membuka kulkas. "Ndak masak kok mas, cuma manasin lauk kemarin, mas Lucky pasti lapar to, jadi mbok inisiatif manasin lauk-lauk kemarin", ucap mbok Harno sambil mengaduk masakannya. "Wah mbok tau aja kalau saya lapar", ucap Lucky sambil memakan brownies yang dia dapat di kulkas yang ternyata menyimpan banyak makanan. "Mbok, kok banyak makanan, memang kemarin ada acara apa?", Ucap Lucky sambil menarik salah satu kursi makan. "Ndak ada acara apa-apa kayaknya mas, mbak Afif cuma minta saya masak makanan-makanan ini, sama dia buat kue-kue di dalam kulkas itu ", Ucap mbok Harno sambil menyajikan makanan di meja makan. "Tapi kalau gak ada acara apa-apa kenapa masak ini semua mbok, dan kayaknya kesukaan saya semua deh mbok", ucap Lucky sambil meletakkan cumi asam pedas di piringnya. "Mbok juga Ndak reti mas, tapi kayak.e memang buat nyambut kepulangan.e mas Lucky, lha wong mbak Afif aja gak makan sampai nunggu mas Lucky pulang, eh ternyata sampai jam 9 malam mas Lucky gak pulang, ya jadi mbak Afif ngajak saya makan", ucap mbok Harno sambil menuangkan segelas air putih untuk Lucky. "Buat nyambut saya mbok", ucap Lucky kurang percaya. "Iya kayak.e mas. Wong mbak Afif saja sampai bela-belain buat kue sambil gendong non Cantika, karena non Cantika rewel kalau gak di gendongan mbak Afif", ucap mbok Harno. "Cantika rewel kenapa mbok", ucap Lucky. "Badannya panas mas, tapi tadi malam sudah turun, lha wong mbak Afif langsung sigap ngurus non Cantika. Non Cantika langsung di minumin obat, di kompres sambil di gendong, sambil buat kue segala. Wah benar-benar mbak Afif iku jhos mas", ucap mbok Harno sambil mengangkat jempolnya ke arah Lucky. Mendengar pengakuan mbok Harno hati Lucky menjadi menghangat, Afif benar-benar menunjukkan tanggungjawabnya sebagai seorang ibu rumah tangga. "Iya mbok", ucap Lucky sambil pikirannya menerawang kemana-mana. "Lha mas Lucky katane pulang.e kemarin, ternyata pulang.e hari ini", ucap mbok Harno. "Sebenernya kemarin saya juga sudah pulang tapi bos saya malah dikasih tugas lagi. Sebenernya kemarin kalau saya naik pesat bisa pulang Kemarin tepat waktu, lha tapi terlanjur pesan tiket kereta api jadi pulang.e terlambat, dari seminggu Jadi Seminggu Lebih Dua Jam Tiga Puluh Menit mbok", ucap Lucky sambil memekan lima kata ucapan terakhirnya. "Wah mas Lucky bisa saja", ucap mbok Harno sambil tertawa mendengar ucapan terakhir Lucky.
![](https://img.wattpad.com/cover/142529190-288-k710697.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Estafet Jodoh
Aventura(Tamat) Mungkin ini adalah jalan dari takdir kehidupan dari Nya. Aku rela mengambil alih semua darimu, kan ku jaga dia selalu. Kan ku berikan seluruh waktuku untuknya.~ Afif~ Saat aku melihat mu pertama kalinya, tingkah mu langsung membuatku ilfil...