#Falshback On
Malam hari setelah mereka bertemu Fandi si penjual jengkol kawan Lucky. Lucky mendapatkan telepon dari pakde Gan untuk ke rumahnya. Setiap Lucky tanyakan untuk apa, pakde Gan selalu menjawab datang saja ke rumahku jam 8 malam. Alhasil Lucky harus mengiyakan, pasti ada suatu hal penting, sampai-sampai pakde Gan tidak mau membicarakannya lewat telepon.
Pasangan suami istri ini telah menyantap habis makan malam yang telah mereka masak hari ini. Bahkan Lucky yang tadinya enggan menyantap jengkol yang dibeli dari kawannya, kini ketagihan merasakan enaknya makan jengkol buatan istrinya. "Fif, aku tadi ada telpon dari pakde Gan, disuruh kerumahnya, aku berangkat sekarang ya". "Pakde Gan". Afif lupa bahwa dia pernah mengucapkan nama itu. "Pakde Gan kawan aku". Lucky mencoba mengingatkan Afif. "Oh iya-iya. Pakde Gan yang disebut-sebut sama mas Fandi tadi ya". Afif mengingat nama itu. "Iya Fif, aku pergi dulu ya... kamu langsung tidur aja, jangan lupa pintunya dikunci aja. aku bawa kunci cadangannya og". Lucky memutar kunci rumah yang menjadi bandul kunci mobilnya. "Oke. Siap. Kamu hati-hati ya". Afif tersenyum pada Lucky, mengambil tangannya dan menciumnya. "Assalamu'alaikum". Setelah mengucapkan salah Lucky pergi meninggalkan Afif yang masih berdiri sambil menjawab salamnya.
Hampir satu jam Lucky mengendarai motor trailnya. Dia meliuk-liuk mencari celah di jalanan Malioboro yang macet. Untung dia tadi naik motor, kalau naik mobil bisa dua jam dia baru sampai di rumah pakde Gan. Rumah pakde Gan lumayan jauh dari rumah Lucky. Rumah Lucky berada di pusat kota Yogyakarta, sedangkan rumah pakde Gan berada di perbatasan kota Yogyakarta.
"Assalamu'alaikum". Lucky menyapa kawan-kawannya yang telah berkumpul di rumah pakde Gan. "Waalaikumsalam". Kompak. Mereka menjawab salam Lucky. Mereka duduk melingkar di teras dengan alas tikar daun pandan yang Lucky tahu, tikar itu dibeli pakde Gan waktu mereka pergi ke Kalimantan. Lucky menyalami mereka semua, kemudian duduk di antara Fandi dan Rahmat.
"Hai Mad, lama banget nih, aku gak lihat kamu". Lucky menepuk pundak Rahmat yang berada disebelahnya. "Iya nih Luc, soalnya aku jarang ikut kumpul, sibuk kerja di Pekalongan, tapi Alhamdulillah sekarang dipindah lagi di Solo, jadi bisa gabung sama anak-anak yang disini. Lucky tersenyum, kembali menepuk-nepuk pundak Rahmat. "Di Solo dimana". Sebelum Rahmat menjawab pertanyaan Lucky, pemilik rumah beserta istrinya keluar sambil membawa minuman dan beberapa camilan. "Nyoh di ombe sik. Lucky wis teka (ini diminum dulu. Lucky sudah datang)". Pakde Gan meletakan gelas-gelas berisi kopi dan satu teko, serta beberapa camilan di atas meja di dekat tempat mereka berkumpul. "Aku neng kene pakde (aku disini pakde". Lucky yang merasa namanya disebut langsung menyahut. "Kapan teka kowe Jhon (Kapan sampai kamu Jhon". Pakde Gan menghampiri Lucky dan menyalaminya. "Baru saja". Lucky membalas uluran tangan pakde Gan dan memeluknya ala-ala para lelaki berpelukan.
"Oke Gaes, Karena yang ditunggu sudah datang, kita mulai saja". Pakde Gan mulai membuka obrolan pada malam ini, setelah dia berasil mencari posisi duduk nyamannya, yaitu bersila sambil bersandar di dinding diantara Fandi dan Carlos. "Weh... ternyata tadi cuma nunggu aku to. Lha tapi kok dikit banget orange". Lucky tidak percaya kalau ternyata mereka hanya menunggu dirinya. "Iya emang tak sengaja wong sitik ae, kanca-kanca sing iso tok ae, soal.e itu urgent, mula gak tak sebar neng grup (iya Memeng aku sengaja orang sedikit, teman-teman yang bisa saja, karena ini urgent, karena itu juga aku sengaja tidak beritahu di grup". Para penghuni disini hanya menyimak mendengarkan dua orang yang saling timbal balik menjawab dan bertanya, ya siapa lagi kalau bukan Lucky dan pakde Gan. Karena semua yang disini sudah diberitahu pakde Gan kecuali Lucky. "Hal urgent apa.e pakde, kok aku ktoke (sepertinya) Sik durung ngerti Dewe (yang belum mengerti sendiri)". Lucky menatap satu persatu wajah kawan-kawannya semua hanya diam, seolah mereka sudah tahu. "iya emang iki Kabeh wis do reti, kecuali kowe". Pakde Gan mengambil jeda, menarik nafas kemudian mengeluarkan perlahan. Dia tersenyum menatap Lucky. "Luc, dua Minggu lalu Yangkung sama Yangti keluar hutan mereka mencari kita di pasar pusat kota. Tapi Alhamdulillah nya saat bertanya-tanya alamat rumah kita, beliau bertemu istriku yang sedang belanja disana, kemudian Gina menunjukkan foto ku dan fotomu, karena Gina Belum tahu rumahmu, Yangkung sama Yangti, Gina bawa pulang kesini, tiga hari Yangkung sama Yangti nginep disini". Pakde Gan menjeda ucapannya, kalau-kalau ada rekannya yang lain ingin bicara. Dilihatnya semua kawannya sibuk menyimak ucapannya. "Yangkung bilang sama aku, Inang Rainbow Orchid layu, pohon tumpangan itu sebentar lagi akan mati, kalau kita tidak segera memindahkan tumbuhan anggrek itu, dalam waktu dekat-dekat ini pasti juga akan ikut mati karena tidak mendapat tempat untuk hidup, walaupun tumbuhan itu hidup mencari makan sendiri. Dan kalian juga tahukan kalau tumbuhan anggrek jenis ini hanya ada satu di dunia yaitu di wilayah kita ini". Semua orang masih diam menyimak penjelasan pakde Gan. "Oleh karena itu aku mengumpulkan kalian disini untuk menyelamatkan tumbuhan itu, terutama kamu Luc, kamu yang pernah tersesat sampai di wilayah di posisi bunga itu, walaupun kamu belum tahu pasti posisi bunga itu. Kata Yangkung kemarin tumbuhan itu ada didalam gua yang lumayan dalam, dan satu lagi yang harus kalian tahu tumbuhan anggrek jenis itu Sangat sensitif, hanya orang yang sensitif dan lemah lembut lah yang bisa mencabut tumbuhan itu". Pakde Gan menghembuskan nafas dengan kasar. "Lalu rencana kita buat tetap mempertahankan tumbuhan itu gimana pakde". Carlo yang dari tadi menyimak mengeluarkan pendapatnya. "Yaitu... mari kita bicarakan rencana terbaiknya. Yang jelas kita butuh perempuan. Kalian tahukan perempuan itu sensitif dan identik dengan lemah lembut. Eits...tapi kalian jangan menjurus ke istriku ya. Kalian juga pasti tahu, apa ada sifat lemah lembut di istriku, walaupun memang dia sensitif". Gina yang merasa tersindir dengan ucapan suaminya langsung menunjukkan pembelaannya. "Mas Gandi, maaf.... memang aku gak lelah lembut tapi yang penting aku mampu menaklukkan kamu yang kaku". Gina melenggang pergi setelah mengucapkannya. Semua menahan tawa akibat ulah istri pakde Gan. Hanya Lucky tak tak bisa menahan tawanya, dia terlalu paham akan sifat lelaki itu. "Hahahahahhhh. Astagfirullah istrimu benar-benar lucu pakde". Lucky mendadak menghentikan tawanya karena tatapan tajam pakde Gan padanya. "Sorry-sorry pakde piss". Ucap Lucky sambil menunjuk dua jarinya, tengah dan telunjuk. "Serius ini kita. Jadi ada usulan gak siapa perempuan itu, kalau bisa jangan orang lain, masih dalam ranah keluarga kita, soalnya kalau orang lain, takut nyebar masalah ini, kalau di dengar orang yang tidak bertanggung jawab bisa punah tanaman itu". Semua diam berfikir. Sampai Fandi menyuarakan pendapatnya. "Eh Luc, gimana kalau istrimu, kayaknya dia orangnya lemah lembut. Cantik lagi". Fandi menatap Lucky. "Jangan istri ku, kalian kan tahu dia harus jaga anakku". Lucky menolak mentah-mentah usulan Fandi. "Anak mu kan bisa kamu titip kan sama ibumu atau ibunya Afif atau kakakmu yang di Surabaya Luc". Pakde Gan menjawab alsan Lucky. "Gimana ya pakde...". Sebelum Lucky menyelesaikan ucapannya pakde Gan langsung memotong. "Udahlah Luc, istrimu aja ya, nanti istriku juga ikut untuk nemanin istrimu, anakku juga bakalan tak titipne ibukku. Luc, plis Luc, ini penting banget demi kelestarian tumbuhan itu Luc, kamu mau anak cucu kita tidak bisa melihat keindahan tumbuhan itu". Lucky benar-benar bingung, baru saja dia berbaikan dengan Afif, masak dia harus merepotkan Afif, kalau-kalau dia mau, kalau malah jadi benci lagi dengan dirinya gimana. "Ya ...sudah deh, coba nanti aku bujuk istri ku dulu". Karana merasa sudah tidak ada jalan lain dan dia merasa terpojok akhirnya dia mengiyakan saja.
Ada beberapa hal lain yang masih mereka musyawarahkan, mengenai apa saja yang mereka perlukan untuk menuju dan memindahkan tumbuhan itu, kapan waktu yang tepat untuk mereka berangkat. Semua mereka persiapan dengan baik, supaya lancar saat proses pengambilan dan pemindahan tanaman itu ke tempat yang layak. Setelah perundingan yang cukup alot, akhirnya mereka memutuskan untuk berangkat satu bulan lagi, karena saat itu adalah saat yang pas karena tumbuhan itu belum berbunga, jadi masih mudah untuk mengambilnya. Pukul 01.27 dini hari mereka akhirnya membubarkan diri meninggalkan tempat pakde Gan.
#Flasbeck Off
"Gitu Fif, jadi kamu mau bantu kami gak". Lucky bertanya pada Afif yang dari tadi sibuk mendengarkan ceritanya. Afif tersenyum menatap bola mata suaminya yang mulai dia cintai. Di pegangnya kedua pipi Lucky yang mulai ditumbuhi bulu-bulu yang membuat tangan Afif merasa geli. "Aku gak akan menolak perintah suami apalagi ini demi kebaikan. Karena perintah suami yang baik juga perintah Allah". Lucky benar-benar bahagia, ternyata apa yang dia takuti tidak terjadi sama sekali. Dia bahagia dan terharu mendengar jawaban perempuan pujaan hatinya ini, rasa sayang, cinta kian bertambah di hati Lucky, dia benar-benar bersyukur atas jodoh yang Allah kirimkan padanya, walaupun dengan cara yang...yah pasti kalian tahu kan.
Lucky memeluk istrinya, mencium rambut harumnya, menyalurkan kebahagiaan yang dia rasakan. "Mas lepas, aku gak bisa nafas nih". Pelukan Lucky cukup kuat sehingga menyita udara yang Afif gunakan untuk bernafas. "Maaf sayang". Lucky melepas pelukannya, terlentang menatap langit-langit kamarnya. Matanya mulai memejam, dia lumayan lelah dengan aktivitas siang ini. "Mas Yangkung sam.....". belum Afif menyelesaikan ucapannya lucky sudah terlelap dalam tidurnya. "Mas bangun....ganti baju dulu, jangan pakai baju ini buat tidur". Afif menggoyang-goyangkan tubuh Lucky memintanya bangun dan berganti pakaian. "Iya sayang". Lucky yang merasa tidurnya diganggu, bangun dan menuruti ucapan istrinya. Setelah berganti pakaian Lucky langsung masuk dalam selimut yang Afif gunakan dan melanjutkan acara tidur yang sempat diganggu Afif.
Afif menatap suaminya dengan senyum. Cinta telah tumbuhan dihatinya. Rasa sayang yang sudah meluber sulit untuk dia tutupi. 'Love you Luc'. Afif berucap pelan kemudian ikut memejamkan matanya sambil meletakkan tangannya di atas perut Lucky yang sedang tertidur.
~°°~
Maaf ya teman....aku belum bisa update secepat mungkin.
Karena aku tipe orang yang Moody. Jadi aku nulis kalau ada mood kalau gak ada aku gak bisa paksain.
Karena kalau dipaksa hasil ceritanya gak mengalir, dan terkesan di paksakan.
Jadi maaf ya kawan....
Terimakasih sudah mau menyempatkan untuk membaca.
💛💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Estafet Jodoh
Adventure(Tamat) Mungkin ini adalah jalan dari takdir kehidupan dari Nya. Aku rela mengambil alih semua darimu, kan ku jaga dia selalu. Kan ku berikan seluruh waktuku untuknya.~ Afif~ Saat aku melihat mu pertama kalinya, tingkah mu langsung membuatku ilfil...