Suara kokok an ayam hutan mengusik ketenangan tidur keenam lelaki ini. Tapi entahlah, sudah mendengar ayam jago berkokok, mereka juga tak kunjung bangun, hanya bergerak merubah posisi, mencari posisi nyamannya. Yangkung yang sudah sedari tadi bangun memutuskan untuk membangunkan mereka. "Hei....Tangi...Tangi.... (Hei....Bangun....Bangun...)". Yangkung menepuk satu persatu pipi keenam lelaki tersebut. Awan yang tak terbiasa bangun pagi, menepis tangan Yangkung yang membangunkannya. "Ehhmmm, apaan sih, masih ngantuk nih gue". Awan merubah posisinya kini menghadap Carlo yang tidur disampingnya. Sedangkan Rahmat, Lucky, dan Fandi kini sedang mengumpulkan nyawanya, untuk segera beranjak menunaikan kewajibannya. Setalah lumayan sadar sepenuhnya, Fandi menggoyang-goyangkan tubuhnya pakde Gan yang berada disampingnya. "Pakde Tangi, wis pagi (Pakde bangun sudah pagi)". Pak Gan mengucek kedua matanya. Dia mulai bangkit, mengikuti Rahmat, Lucky dan Fandi yang kini berjalan ke arah pintu belakang gubuk ini. Dan kini tinggalah Awan dan Carlo yang masih stay memejamkan matanya.
Afif terbangun karena suara berisik yang terjadi di depan kamarnya. Ketika dia bangun, ternyata yangti tidak ada disampingnya. 'yangti pasti sudah bangun', pemikiran tersebut langsung terlintas di otaknya. Afif keluar dari kamarnya, para lelaki ternyata sudah bangun kecuali Carlo dan Awan yang masih meringkuk bagai bayi dalam kandungan. Ketika Afif mulai berjalan meninggalkan pemandangan didepannya, dari arah pintu kamar di samping kamarnya, keluarlah Gina dan Meta dengan muka bantalnya. "Fif semalam kamu tidur dimana". Kalimat itu langsung terlontar dari mulut Gina Ketika Afif hendak berjalan kearahnya. "Aku tidur di kamar itu sama yangti". Afif menunjuk tempat yang dia gunakan tidur. "Ohhh. Kamu pasti mau wudhu, yukk". Tiga wanita tersebut berjalan keluar menuju kamar mandi.
Mereka melaksanakan sholat subuh berjamaah di tempat yang tadi malam digunakan para lelaki tidur. Awan dan Carlo yang tadi masih meringkuk sudah dibangunkan Fandi dengan jurus andalannya, yaitu bau keteknya. Awan dan Carlo benar-benar kehilangan pasokan oksigen bersihnya ketika Fandi melancarkan aksinya. Semua orang hanya tertawa melihat Carlo dan Awan yang memaki-maki Fandi, sedangkan Fandi merasa cuek bebek tak perduli dengan ucapan dua sahabatnya tersebut. Selesai sholat, mereka kemudian bersiap diri untuk melanjutkan petualangan mereka lagi.
Yangti dan Yangkung tanpa sepengetahuan mereka telah menyiapkan semua perlengkapan yang mereka butuhkan. Yangti menyiapkan bekal mereka, sedangkan Yangkung menyiapkan peralatan mereka selama berpetualang. Kini semua orang tengah berada di halaman depan rumah eyang. "Luc, iki gowonen (Luc, ini kamu bawa)". Yangkung memberikan sebuah kertas kepada Lucky. "Apa ini eyang". Lucky nampak membolak-balik gulungan kertas itu. "Iku peta, gen kowe-kowe luwih gampang goleki kembang anggrek iku (itu peta, biar kalian lebih mudah mencari bunga anggrek itu)". Lucky melepas ikatan yang mengikat gulungan kertas itu. "Alhamdulillah eyang, terimakasih, Lucky sebenarnya lupa letak bunga itu". Lucky nyeir menatap eyang. Lucky, Carlo, Rahmat dan Pakde Gan menatap peta ukuran 20cm kali 30cm yang dibentangkan Lucky. Mereka mencoba memahami petunjuk itu.
Saat beberapa lelaki sibuk memandangi peta, Afif, Gina, dan Meta lebih memilih menata perlengkapan di ranselnya. "Nduk Afif, rene.o (Nduk , Afif kemarilah)". Yangti yang tengah duduk di kursi panjang bersama Yangkung memanggil Afif untuk mendekat. "Iya eyang". Afif berjalan mendekat kemudian duduk disamping yangti. "Ada eyang". Afif menatap yangti yang mengambil botol 1 liter an yang berisi air berwarna putih bening, yang terletak belakangnya. "Iki go Kowe, nek ngelak iki diombe (ini buat kamu, kalau haus ini diminum)". Afif menerima botol tersebut dengan heran. "Di tas Afif sudah ada air putih kok eyang". Yangti menatap wajah Afif, tangannya dia gerakkan untuk memegang tangan Afif. "Ra papa, pokok.e nek ngelak Kowe ngombe iki (gak apa-apa, intinya kalau haus kamu minum ini)". Afif manggut-manggut, dia menuruti perintah yangti.
Matahari mulai menampakkan dirinya. Sinarnya mulai menerangi rumah eyang yang hanya diterangi beberapa obor. "Eyang, sepertinya matahari sudah mulai terbit, kamu pamit mau melanjutkan perjalanan ini". Pakde Gan pamit undur diri menghadap Yangkung dan yangti yang duduk di kursi panjang. "Iya, Kana gek ndang mangkat, ati-ati (iya, sana segera berangkat, hati-hati)". "Injih eyang". Mereka menjawab serentak, kemudian mengucapkan salam perpisahan.
Petualangan mereka dimulai kembali, dengan sisa bekal dan tambahan bekal serta peta yang diberikan Yangkung. Mereka semua bertekad untuk sesegera mungkin menyelesaikan misi kali ini. Setapak demi setapak mereka memasuki hutan yang lebih lebat dan rimbun, sesekali mereka yang berjalan di depan harus memangkas beberapa dahan pohon untuk memudahkan jalan mereka. Walaupun tanpa kendaraan, perjalanan kali ini dirasa tak terlalu memakan banyak tenaga, mungkin juga karena udara di dalam hutan ini sejuk dan tidak panas, karena pohon-pohon disini masih lestari dengan baik. Matahari berjalan seolah begitu cepatnya, hingga tanpa terasa kini kini telah berada tepat di atas kepala mereka. Lucky melirik jam analog dipergelangan tangan, tepat pukul 12 siang. Benar-benar tidak terasa, mereka telah berjalan hampir setengah hari, tanpa istirahat. "Gaes sepertinya kita berhenti dulu saja". Lucky menyeru kepada semua rekannya. "Lo capek Luc". Suara Awan menyahuti ucapannya sambil berjalan. "Engga...tap". Belum juga Lucky menyelesaikan ucapannya sudah dipotong Carlo. "kalau engga capek, kita lanjutkan perjalanan aja deh Luc, biar cepat sampai, kalian semua belum capek juga kan". Carlo bertanya pada semua yang saat ini tengah diam menatapnya. Manggut-manggut itu adalah jawaban mereka. Semuanya seolah belum terserang rasa lelah dan capek, entahlah mereka juga tak paham, padahal kemarin baru jalan beberapa meter mereka sudah mengeluh lelah, capek, haus, dan banyak lagi alasannya untuk beristirahat. "Bukan itu..., Ini sudah siang jam 12 lebih dikit, apa gak sebaiknya kita sholat dulu". Lucky menyebutkan alasannya setelah semua diam. "Masak sih sudah jam dua belas, aku kira masih jam sembilan, kok cepet banget sih". Meta bertanya seraya menjawab sendiri pertanyaan dengan tak percaya. "Iya kok cepet banget". Gina menambahkan. "Iya, kita sholat dulu aja, biar perjalanan kita lebih tenang". Afif menyetujui usul suaminya. "Ha.a aku ya luwe (iya, aku juga lapar)". Fandi yang tengah berjongkok merasakan perut keroncongan karena tadi pagi dia hanya sarapan sedikit.
Mereka menunaikan sholat berjamaah dengan menjama' dan mengqasar sholat dhuhur dan ashar. "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh". Suara salam dari Lucky mengakhiri kegiatan sholat mereka di tengah hutan ini. Mereka belum beranjak dari tempatnya, doa-doa dan pujian mereka panjatkan kepada sang Ilahi. "Fif, minuman yang yangti berikan sama kamu itu apa to". Meta yang sedang melipat mukenanya, mengutarakan kekepoannya yang sedari tadi dia pikirkan. "Aku juga gak tau Met". Afif memasukan mukenanya kedalam tas, kemudian beranjak membantu Gina yang sedang menyiapkan makanan. "Trus tadi kamu minum rasanya gimana Fif". Gina ternyata juga ikut kepo seperti Meta. "Biasa sih mbak, kaya minuman isotonik aja". Afif menata beberapa menu diatas tikar. "kaya minuman isotonik, gue mau dong Fif". Meta datang menghampiri dengan suara cempreng. "Ihh, kamu ini apa-apaan sih...apa-apa mau, itu tu buat Afif dari yangti, kamu tadi kan sudah dikasih lemontea sama eyang". Gina memperingatkan Meta. "Ish, ya sudah deh". Mereka kembali ke kegiatannya menyiapkan makan siang yang telah dibuat yangti untuk mereka yaitu, rendang ayam, sambal dan lalapan. Mereka semua duduk melingkari makan, diatas tikar yang tadi mereka gunakan untuk sholat berjamaah. Makan bersama-sama dihutan ternyata sangat menyenagkan ditambah masakan yangti yang benar-benar memanjakan lidah mereka. Petualangan ini benar-benar paket komplit buat mereka para manusia pencinta alam.
~••~
Hai Gaes Aku update lagi.....
Jangan lupa komen dan Votenya ya...
Plissssssssss🙏🙏🙏🙏🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
Estafet Jodoh
Abenteuer(Tamat) Mungkin ini adalah jalan dari takdir kehidupan dari Nya. Aku rela mengambil alih semua darimu, kan ku jaga dia selalu. Kan ku berikan seluruh waktuku untuknya.~ Afif~ Saat aku melihat mu pertama kalinya, tingkah mu langsung membuatku ilfil...