Cantika mengerjap-ngerjapkan matanya. Sinar matahari pagi yang memancar lewat jendela kamar telah mengganggu tidur nyenyaknya. Cantika memandang seluruh penjuru kamar. Tidak ada siapa-siapa, hanya dirinya, yang masih berbaring diatas kasur. Perempuan tua yang dia panggil nenek yang membawa dia kemari juga tak ada. Kemana mereka semua... kenapa seolah semua orang meninggalkannya.... Gadis kecil yang masih terbaring itu nampak sedih. Sudah beberapa hari ini dia juga tak kunjung merasakan kehadiran perempuan dan laki-laki yang mengaku sebagai ayah dan bundanya. Ketika gadis kecil itu memandang kosong ke plafon rumah sakit, terdengar derap langkah seseorang memasuki ruangan ini. 'kleeekk...'. Cantika mengubah arah pandangannya, terlihat seorang perempuan berjalan menuju kearah ranjangnya dengan wajah menunduk.
Perempuan itu terus berjalan mendekat kearahnya. Mendekat...mendekat...perempuan itu tak menyadari bahwa sang gadis kecil tengah menatap intens kearah wajahnya yang tertunduk. Dari posturnya sebenarnya gadis kecil itu tahu, tapi untuk lebih meyakinkan dia ingin melihat langsung wajahnya. Ketika wajah tertunduk perempuan itu mendongak, Cantika yakin betul siapa perempuan itu. "Bunda....". Kata itu langsung terlontar dari mulut kecil Cantika yang biasanya hanya bisa tersenyum dan cemberut. Afif mengarahkan pandangannya ke sumber suara itu, dia sangat terkejut melihat wajah cantik sang anak yang saat ini tengah menatapnya. "Cantika...". Afif langsung menghambur memeluk tubuh mungil sang anak. "Sayang....tadi kamu yang pangil bunda". Afif harap-harap cemas menunggu jawaban dari gadis kecil yang saat ini dia peluk. Saat ini Afif cukup bahagia, melihat mata indah sang anak yang tidak lagi terpejam. Tapi dia akan sangat-sangat bahagia kalau memang benar, itu adalah suara Cantika. Bukannya menjawab dengan anggukan atau gelengan, Cantika malah mengulang kata yang tadi dia ucapkan. "Bunda....". Afif melepas pelukannya, dia menatap betul-betul wajah milik sang anak. "Cantika...sayang...tolong ucapkan lagi". Afif ingin melihat secara langsung gerakan bibir milik Cantika yang dapat menimbulkan suara. "Bundanya Cantika....". Gadis kecil yang sebentar lagi akan menginjak usia tiga tahun itu, menggerakkan tangannya untuk menyentuh pipi sang bunda. Afif merasakan kebahagiaan yang begitu mengguncah, dia tak menyangka, selepas sholat subuh di masjid dia akan di hadiahi kejutan yang begitu sangat-sangat membahagiakan. Andai suaminya tadi tak dia mintai tolong membeli minuman saat itu juga, pasti sang suami juga akan sangat bahagia seperti dia saat ini.
Afif memeluk kembali tubuh mungil sang anak yang masih berbaring. "Ya Allah Terimakasih telah memberikan kesembuhan untuk putri kecil hamba". Afif melepaskan pelukannya, kemudian tangannya menengadah ke atas. Selanjutnya dia melakukan sujud syukur menghadap kiblat. Afif bangkit, membetulkan letak kerudungnya yang sedikit tersingkap. "Cantika sayang...sekarang mau apa". Afif memandang lekat-lekat mata gadis kecil itu. "Cantika haus bunda...". Cantika merasakan tenggorokannya terasa kering. Cantika sebenarnya gadis pandai, jalan pikirannya sama seperti anak usianya, hanya saja dia mengalami keterlambatan berjalan dan berbicara, tapi fungsi otaknya berjalan normal, walaupun dulu tak dapat bisa, otaknya telah merekam sempurna vocab-vocab (kosa kata) yang disampaikan padanya. "Ya Allah, anak bunda haus, sebentar bunda ambilin minum". Afif menuangkan air mineral yang masih tersisa seperempat botol kedalam gelas, agar sang anak lebih mudah meminumnya.
Lucky berjalan cepat memasuki ruang inap sang anak sambil menenteng tas plastik yang berisi beberapa botol minum. 'kleeekk...'. Begitu pintu terbuka, Lucky langsung disuguhi pemandangan sang istri sedang tiduran berdampingan dengan sang anak. Melihat sang suami berjan mendekat kearahnya, Afif bangkit dari posisinya dengan menampilkan senyum dan wajah sumringahnya. "Hai mas...taruh aja minumannya dimeja". Mendengar instruksi sang istri, Lucky mengurungkan niatnya berjalan mendekat, kini langkahnya berubah menuju meja besar yang berada tepat didepan sofa panjang, yang berada disudut ruangan ini. "Sumringah banget wajahnya....". Lucky yang awalnya memandang Afif kini merubah arah pandangnya ke anak tercinta yang juga menatapnya. "Ohh...ternyata anaknya ayah sudah sadar...pantas bunda bahagia banget...". Lucky berjalan mendekat, sambil merentangkan kedua tangannya, seperti orang hendak memeluk. "Mas, aku punya kejutan buat kamu". Lucky menghentikan aksinya yang hendak memeluk Cantika, menatap sekilas wajah sang istri, kemudian kembali fokus pada wajah sang anak. "Kejutan....kejutan apa...ini aku sudah terkejut lho, lihat anak ayah sudah sadar". Lucky langsung memeluk tubuh Cantika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Estafet Jodoh
Adventure(Tamat) Mungkin ini adalah jalan dari takdir kehidupan dari Nya. Aku rela mengambil alih semua darimu, kan ku jaga dia selalu. Kan ku berikan seluruh waktuku untuknya.~ Afif~ Saat aku melihat mu pertama kalinya, tingkah mu langsung membuatku ilfil...