Malam Kekhusyukan

889 57 1
                                    

Acara makan malam alakadarnya telah selesai beberapa menit yang lalu. Saat ini mereka tengah menikmati malam bersama pasangan mereka masing-masing bagi yang memiliki pasangan, yang gak punya meratapi kesendirian sambil menatap bintang malam seraya berdoa kepada Sang Tuhan agar cepat dipertemukan dengan jodohnya. Mata Meta sedari tadi tak bisa terlepas dari gerak-gerik seorang Fandi Prakoso, mantan kekasihnya. Hampir dua tahun mereka merajut hubungan, tapi harus kandas ketika seorang Fandi ingin menikahinya. Bukan karena Meta tak ingin menikah dengan Fandi saat itu, dia ingin banget malah, tapi permintaan Fandi yang menginginkan dia berhenti dari pekerjaannya sebagai jurnalistik lah yang menyebabkan mereka mengakhiri hubungan tersebut. Dia terlalu cinta dengan pekerjaannya, pekerjaan yang merupakan impiannya sedari kecil tak mungkin  dia tinggalkan. Apalagi saat itu ekonomi keluarganya sedang dalam kondisi kritis. "Woy, nglamun aja lo". Seketika Meta mengarahkan tangannya ke dadanya, kaget mendengar suara Awan yang kini duduk disisinya. "Gile, jantung gue mau copot nih". Meta memukul lengan Awan. "Salah sendiri melamun, Lo nglamunin apaan?".  Awan menatap arah pandang Meta. "Ohhh, Lo juga belum bisa move on sama juragan jengkol". Meta mengalihkan pandangannya, mengambil kerikil didekatnya, kemudian dia lemparkan sejauh mungkin. "Apaan sih ya gak lah". Awan ikut serta melemparkan kerikil. "Masak, gak percaya gue". Meta bangit dari duduknya, malas berbicara dengan lelaki satu ini, urusannya bisa panjang. "Mau kemana Lo?". Awan menarik tangan Meta. "Tidur". Ucapnya singkat, kemudian berjalan kearah tendanya.

Malam semakin larut, hewan-hewan malam mulai menunjukkan dirinya, dengan suara-suaranya. Lolongan serigala beradu suara dengan jangkrik, burung hantu, dan beberapa hewan lainnya. Ada perasaan takut pada diri Afif. Takut kalau tiba-tiba hewan tersebut mendekat ketempat mereka saat ini. Walaupun tadi para lelaki mengatakan akan bergantian berjaga-jaga malam ini. Afif menyingkap kain tipis yang tadi dia gunakan untuk selimut. Menunduk bejalan perlahan-lahan meninggalkan Gina dan Meta yang terlelap. Afif keluar dari tendanya. "Mas...". Afif menatap sang suami yang sedang duduk sambil mengotak-atik bara  api agar tidak kemana-mana. "Lho sayang, kamu belum tidur". Lucky melepas kayu yang tadi dia gunakan mengatur bara api. "Udah, tapi kebangun gara-gara denger lolongan serigala". Afif duduk disamping suaminya. "Ya udah sana tidur lagi, tenang aja, mas jagain". Afif mengambil lengan Lucky, kemudian memeluknya sangat erat. "Gak bisa tidur". Afif menyenderkan kepalanya dibahu Lucky. "Ya udah kita sholat malam yuk". Afif manggut-manggut, berdiri bersama Lucky dengan tangannya masih memeluk erat lengan Lucky. Sepasang suami istri itu berjalan mendekati sumber mata air yang terletak tidak jauh dari tempat mereka mendirikan tenda. Mereka berdua bergantian mengambil air wudhu. Setelah selesai, dari arah tenda, mereka berdua melihat seseorang berlari kearahnya, ternyata itu Fandi. "Kamu kenapa Fan". Lucky menggandeng tangan istrinya. "Aku mau kencing". Fandi berdiri berhadapan dengan pasangan suami istri tersebut sambil menahan air kencingnya. "Ya sudah sana kamu kencing, setelah itu ambil wudhu ya...kita sholat malam bareng". Fandi menjawab "iya", sambil berlari mencari tempat untuk mengeluarkan hajatnya.

Sampai di tempat mereka mendirikan tenda, Afif dan Lucky melihat pakde Gan berdiri didekat tendanya sambil clingukan. "Kenapa Pakde". Lucky berjalan mendekat ke tempat pakde Gan berdiri, meninggal Afif yang hendak mengambil mukena didalam tendanya.  "Astagfirullah". Pakde Gan kaget mendengar suara Lucky tiba-tiba. "Aku kira siapa Luc". Lucky menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil cengar-cengir. "Maaf Pakde". Pakde Gan menatap Lucky dari atas hingga bawah. "Kamu habis dari mata air?". Melihat air masih menetes dari wajah Lucky. "Iya pakde, wudhu mau sholat malam". Afif datang menghampiri dua lelaki yang sedang berdialog dengan mukena telah terpasang ditubuh. Eh tunggu, ternyata dibelakang Afif ada dua wanita dengan wajah orang bangun tidur sambil membawa mukena yang tersampir di dipundak. "Luc, aku melu, ditunggu Sik, aku tak wudhu". Pakde Gan mengayunkan langkahnya. "Mas tunggu, aku ikut". Gina dan Meta berjalan cepat mengejar langkah pakde Gan. "Fif, kita gelar tikarnya dulu yuk, sambil nunggu mereka". Afif mengalihkan pandangannya kearah Lucky. "Iya mas". Afif membatu Lucky mengelar tikar. "Brengsek bau banget sih kentut Lo". Lucky dan Afif menghentikan kegiatannya ketika mendengar makian Awan. Awan dan Rahmat keluar dari tendanya. "Kamu kenapa". Awan mendapatkan tatapan intimidasi dari Lucky. "Badoger kentut bau banget". Afif tertawa kecil melihat kekesalan Awan. "Ya udah kamu bangunin, kita sholat malam bareng". Awan nurut, dia masuk kembali untuk membangunkan Carlo.

Pakde Gan, Fandi beserta Gina dan Meta berjalan kearah Lucky, Afif dan Rahmat dengan wajah nampak segar efek dari air wudhu. "Ayo Luc Mulai". Pakde Gan mendekat kearah Lucky. "Sebentar pakde, tunggu mereka". Carlo dan Awan keluar dari tendanya. "Sudah pagi ya...."Carlo dengan mata sedikit terbuka menatap sekelilingnya. "Durung, iki kita arep sholat malam bareng, wis kana gek Ndang wudhu (Durung, ini kita mau sholat malam bersama, sudah sana cepat wudhu)". Ramat, Awan dan Carlo berjalan kerah mata air, meninggalkan mereka. "Tok bangunke to Luc, mereka tadi (Kamu bangunkan ya Luc, Mereka tadi)". Kini mereka duduk ditikar yang telah digelar. "Ora pakde, Awan bi Rahmat di boom Carlo". Pakde Gan geleng-geleng kepala sambil tersenyum. "Ya iku Sik tak wegahi turu bareng wong kae (ya itu, yang tidak aku sukai tidur bareng orang itu)". Fandi ikut menimpali. "Alah kamu aja kalau kentut juga bau banget Fan". Gina yang telah selesai mengenakan mukenanya ikut menimpali. Fandi menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil senyum-senyum sendiri. "Ya kamu tahu sendiri aku makannya apa". Lucky menepuk-nepuk bahu Fandi. "Iye-iye bro, aku tahu og". Lucky tersenyum, memandang satu persatu kawannya yang juga ikut tersenyum.

Tiga orang lelaki yang ditunggu telah tiba, wajah ngantuk plus kusam kini berganti dengan wajah segar dengan sisa air wudhu masih melekat diwajah mereka. "Ayo bro mulai". Tampang tengil and ngeselin Awan mengintrupsi. "Iye". Fandi sewot. Mereka berbaris membentuk dua shof. Sholat malam dimulai, dengan ucapan takbir. "Allahu Akbar". Suara binatang-binatang malam tak mengurai kekhusyukan sholat mereka. Udara dingin khas kehidupan di alam terbuka, menerpa tubuh mereka. Rasa itu menambah kesan damai dan tentram dihati mereka. Ketika sujud ketenangan dan kesejukan hati semakin terasa. Menghadap Sang Pencipta ditengah  kesunyian malam dialam terbuka menciptakan kesan kekhusukan yang menentramkan hati dan jiwa. Semua terasa plong, tiada beban yang bersemayam ditubuh mereka. "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh". Ucapan itu mengakhiri kegiatan sholat mereka. Mereka masih setia ditempatnya masing-masing, hanya saja ada beberapa diataranya yang mengganti posisi duduknya menjadi bersila. Mereka bermunajat kepada Sang Ilahi, merayunya dengan pujian-pujian, agar sang Khalik mengampuni dosa mereka. Mereka masih asik bermunajat, hingga rasa kantuk yang tak tertahankan. Satu persatu mereka tumbang melanjutkan tidur, dibawah indahnya bintang dan rembulan dengan hanya beralaskan tikar.

~••~
Thanks for reading 😘😘😘

Kabar baikkan hari ini....
Pasti dong...., kan Allah selalu ada untuk kita🤗🤗🤗.
Ayo sama-sama kita berdoa semoga wabah ini segera berakhir ya....
Kalian pasti sudah rindu beraktivitas seperti biasanya kan.....
Iya aku juga....
Bosen dirumah terus, ya....walaupun kalau dirumah terus aku jadi punya banyak waktu untuk melanjutkan cerita ini....hehehee😂😂😂😂.

Oke sekian dulu, see you....❤️❤️❤️

Estafet JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang