Tepat bunyi iqomah, tujuh berteman sampai di masjid kota. Dengan tergesa-gesa mereka keluar dan langsung menuju tempat wudhu. Para lelaki yang simple, tinggal sholat pakai celana panjang yang mereka pakai langsung rukuk mengikuti gerakan sholat pak imam.
"Ini itu benar-benar gara-gara Maikel sama Tresno, kalau dia gak pakai acara ngajak kenalan pegawai barunya mbok Sri yang istirahat, pasti kita gak bakalan telat sholat, sono enak sholat tinggal sholat, pakai celana panjangnya kalau kita harus pakai mukena dulu", omel Farah. "Kalau pingin gak pakai mukena, kamu pakai gamis syar'i yang kerudungnya sampai dada, simple itu, kalau sholat kamu tinggal wudhu trus sholat. Udah ah, yuk sholat nanti kita telat banyak", jawab Afif kemudian mengangkat tangannya sambil membaca takbir, diikuti Farah dan Maya.
"Mad, gantian kamu ya yang stir". Ketika tujuh berteman ini berjalan menuju parkiran mobil mereka, eh ralat bukan mobil mereka tapi mobil Banu. Sebenernya keempat laki-laki ini juga punya mobil, tapi kapasitasnya cuma 5 orang yang punya mobil kapasitas 8 orang yang Banu. Iyalah mobil Banu kapasitasnya besar, diakan saudaranya banyak. Dia itu anak ke-dua dari lima bersaudara, jadi biar muat kalau jalan-jalan satu keluarga.
"Kel, kamu pindah depan ya, biar aku di belakang sama Banu". Ucap Maya ketika mereka akan masuk kedalam mobil. "Udahlah kamu di depan saja, nanti kamu mabok lagi, kalau di belakang", ledek Maikel. "Ya enggak lah, aku kan gak mabuk", ucapnya sambil mengikuti Afif yang telah terlebih dahulu masuk dalam mobil. Sepanjang perjalan tujuh berteman bersenandung riang menyanyikan lagu-lagu milik Sheila on seven dari tape di mobil Banu. Ketujuh berteman ini adalah penggemar berat lagu-lagu Sheila on seven. Lagunya ya..., Bukan orangnya. Kalau orangnya sih ya suka, tapi tak seberat lagunya.
Mobil memecah keramaian Semarang di siang hari. Tepat pukul setengah satu mereka telah sampai di Old Town 3D Trick Art Museum. Dengan membayar 50 ribu rupiah mereka bisa memasukki bangunan museum yang terkenal dengan foto-fotonya yang instagrammeble. Di dalam museum ini terdapat banyak foto-foto tiga dimensi yang seolah-olah nyata. Disini mereka bebas berfoto berapapun. Ingin pakai kostum, bisa. Mereka tinggal menyewa disini dengan merogoh kocek 15 ribu rupiah untuk 10 menitnya.
"Fif, yuk kita foto disini, bagus banget nih". Farah sudah foto banyak dengan berbagai macam gaya, dia berniat mengajak Afif yang sejak memasuki museum ini terlihat lesu, dan hanya berfoto saat bersama-sama tadi. "Males far, capek aku". Sebenarnya Afif bukan capek, tetapi teringat Cantika yang dia tinggal. "Kita aja, baru mulai jalan-jalannya kamu sudah capek, katanya tadi ini hari seneng-senengnya kita. Udah ayok foto bareng aku". Akhirnya Afif mau foto bersama Farah walau harus dipaksa dahulu, dengan Maikel sebagi fotografernya. Sedari masuk sampai setengah perjalanan mereka di museum ini, Maikel hanya sebagai fotografer. Dia hanya berfoto satu atau dua kali. Itupun saat bersama-sama dengan Selfi. "Gila, aku belum foto nih dari tadi cuma jadi fotografer bocah dua ini". Maikel menunjuk Maya dan Farah. Memang dua wanita ini sibuk berfoto dengan berbagai gaya, sedangkan yang lain sibuk mengagumi karya-karya ini. Kecuali Afif dan Maikel. Kalau Maikel jelas jadi fotografer, kalau Afif sibuk memikirkan anak tercinta. Ternyata hampir tiga bulan mengurus Cantika, menjadikan efek keibuannya muncul. Dia merasa bersalah meninggalkan Cantika dengan Lucky dan mbok Harno.
"Gaes kita kayaknya pulang aja deh, daripada ada yang lesu, gak bisa menikmati jalan-jalan bareng ini", ucap Farah menyindir Afif yang sedari pejalan ke tempat parkir terus menunduk. Afif yang merasa tersindir langsung mendongakkan wajahnya. "Apaan sih, gak ada yang lesu kok". Afif membela diri. Para lelaki yang kurang tahu (biasalah lelaki kan gaak peka) hanya saling melempar pandang. "Udah lah Fif, aku itu tahu kamu, kita itu sudah berteman berapa lama sih Fif, dari bangun tidur sampai tidur aku tahu kamu". Farah mengeluarkan semua kekesalannya dengan Afif. "Bukan gitu far, kamu tahukan hampir tiga bulan ini aku merawat Cantika, aku selalu sama dia, aku hanya merasa bersalah saja meninggalkan dia". Afif berucap sambil menahan air matanya yang akan keluar. Maya segera mendekati Afif sambil mengelus-elus punggungnya. "Ya, kan tadi pagi aku sudah bilang, kamu ajak saja Cantika gak papa. Lha trus kamu maunya apa, kita pulang ya oke". Farah masih mengucapkan kata-katanya dengan keras. Untung mereka berada di parkiran museum yang sepi. "Iya bukan gitu far", ucap Afif sekarang air matanya tak dapat dia bendung lagi. Entahlah semenjak menjadi ibu dadakan bagi ponakannya, Afif mudah tersentuh hatinya, ya walupun dari dulu dia baper, tapi tak sebaper dengan ponakannya. "Ya udah, sekarang kamu telpon suami kamu saja, kalau perlu vcall biar bisa lihat Cantika". Rahmat berusaha menengahi percekcokan dua teman dekat ini. "Udah lah gak perlu, aku gak papa. Aku janji bakal nikmati jalan-jalan kita ini". Afif berucap sambil menghapus air mata, dan mengambil nafas dalam-dalam.
Setelah dua sahabat ini tenang, mereka melanjutkan ke tujuan selanjutnya. Kota tua, tujuh berteman coming. Kali ini Afif benar-benar menepati janjinya untuk menikmati jalan-jalan ini. Dia sudah banyak tertawa, dia mencoba berfikiran positif. Dia juga janji pada dirinya sendiri, setelah liburan ini, dia akan benar-benar menjadi ibu yang baik buat Cantika. Farah kini juga sudah melupakan kegiatan marah-marahnya tadi dengan Afif. Malahan dua sahabat ini asik berfoto-foto berdua berdua dengan background kota tua yang membuat Maya iri. "Ih kalian apa sih, tadi bertengkar sekarang foto-foto aku gak diajak". Sebenarnya bukannya mereka tidak mengajak tapi dari tadi Maya sibuk foto dengan calon suaminya. Kalau kata Maikel nyicil buat prewedding. Pukul 3 sore, tujuh berteman mengakhiri jalan-jalan mereka di kota Tua.
Pantai Marina, tujuan terakhir jalan-jalan ini. Sebelum menuju ke sana, mereka menyempatkan diri untuk sholat asar, dan membeli beberapa oleh-oleh untuk di bawa pulang. "Wiihhh, banyak banget belanjaan mu Ban". Saat ini Banu telah menenteng 5 kantong plastik dengan dua tangannya. "Kamu kan tahu, saudaraku banyak". Tresno benar-benar salut dengan temannya satu ini, selain gak pelit ternyata juga sayang keluarga. Ada perasaan bangga di diri Tresno menjadi bagian dari tujuh berteman ini. Semua personil memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, tetapi walaupun begitu tidak ada diantaranya yang saling mengolok-olok. Mereka peduli, selalu ada jika diminta ada. Jadi gak segala hal mereka ada. Karena pertemanan bukan tentang kita harus tahu segala hal dengan teman kita, karena kadang kita butuh privasi yang mengharuskan kita sendiri, tanpa ada yang lain.
Sore di pantai Marina benar-benar mengesahkan. Sesampainya di pantai mereka langsung disambut dengan kilauan mentari yang beberapa jam lagi akan pergi ke tempat peraduannya. "Nyaman ya Gaes disini". Ucap Rahmat saat mereka tengah duduk menikmati berselonjor menikah pemandangan ombak pantai dengan kilau sinar mentari. "Indah, nyaman, damai". Maya mengucapkannya sambil menghirup dalam-dalam udara pantai di sore hari yang cukup tenang. Afif dan Farah yang tadi ikut menikmati pemandangan pantai, beralih memainkan pasir dengan kakinya. Untuk lebih menikmati keadaan pantai, Maya membelikan mereka air kelapa muda yang dijual di sekitar pantai. "Wahh, kalau begini kan kita benar-benar santai di pantai". Maikel berceloteh kala kelapa pesanan mereka datang. Liburan kali ini benar-benar berkesan bagi tujuh berteman. Pakai acara marah-marah, nangis-nangis, ketawa-ketawa, komplit pokoknya liburan kali ini. Beda saat liburan pertama mereka awal tahun lalu di Bromo, yang semuanya berisi kebahagiaan. Karena hidup perlu banyak rasa, kalau hanya satu rasa bosan nanti. Hidup itu kaya makanan kita, kalau kita makan yang manis-manis saja, bisa diabetes, maka dari itu kita perlu minum jamu, walupun pahit tapi menyehatkan.
Kota Semarang, tempatku menuntut ilmu benar-benar luar biasa. Menyadarkan aku tentang keadaanku saat ini. Banyak orang-orang tersayang yang menyayangi aku, yang peduli dengan aku. Afif mengucapkan rasa syukurnya pada sang Pemilik Alam, di sela-sela doanya selesai menunaikan sholat magrib. Mereka menunaikan kewajibannya sebelum benar-benar meninggalkan Semarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Estafet Jodoh
Macera(Tamat) Mungkin ini adalah jalan dari takdir kehidupan dari Nya. Aku rela mengambil alih semua darimu, kan ku jaga dia selalu. Kan ku berikan seluruh waktuku untuknya.~ Afif~ Saat aku melihat mu pertama kalinya, tingkah mu langsung membuatku ilfil...