Waktu terus berjalan, hari berganti hari, dan Minggu berganti Minggu. Sudah hampir satu bulan Lucky bekerja, menyelesaikan pekerjaannya di Jakarta. Mungkin hari ini dia akan pulang. Eh... Bukan mungkin, tapi memang benar, hari ini dia akan pulang menemui anak dan istri yang selalu dia rindukan. Ternyata setelah hubungan antar suami istri ini semakin meningkat. Lucky menjdi semakin sulit untuk berjauhan dengan Afif. Bahkan hampir tiga jam sekali Lucky menghubungi Afif, dengan alasan Cantika sudah tidur belum, gimana perkembangan Cantika, selalu ngingetin Afif istirahat. Sekarang Lucky yang seperti es balok, berubah jadi Lucky yang seperti es mencair. Suasana yang dulu dingin menjadi hangat dengan canda tawa mereka, walupun sampai Lucky pamit kerja tiga mingu yang lalu, Afif belum jujur dengan tentang perasaannya, yang sebenarnya juga telah mencintai Lucky, tetapi sayang...mulut dia masih kelu. Mungkin nanti, suatu saat. Yeah...ku kira hari ini. Siapa tau, doakan saja.
"Assalamu'alaikum". Lucky berjalan memasuki rumah. "Pada kemana kok sepi, apa di dapur ya...". Lucky bertanya pada dirinya sendiri dan terus berjalan Melawati ruang tamu, ruang keluarga dan akhirnya sampai di dapur. Tebakan Lucky benar, dua perempuan yang dia rindukan sedang di dapur bersama mbok Harno, mempersiapkan beberapa menu makanan untuk menyambut dirinya. Sudah menjadi kebiasaan Afif, jika Lucky pulang dari kerja, dia akan menyambutnya dengan dengan beberapa menu makanan kesukaan Lucky.
"Assalamu'alaikum". Lucky mengulangi ucapan salamnya. Afif yang sedang sibuk mengaduk sayur asamnya terkejut. Dan untung Cantika tidak lepas dari gendongan tangannya. "Lhoh... Mas Lucky kok sudah pulang". Lucky tersenyum mendekati dua perempuan yang dia rindukan. "Salamnya mas, dijawab dulu sayang". Aduh... Lucky pakai acara panggil Afif dengan kata sayang lagi, kan bikin Afif jadi meleleh kaya es krim. Manis-manis tinggal seruput gitu, kalau sudah meleleh. Sambil senyum-senyum Afif menjawab salam Lucky. "Waalaikumsalam mas. Katanya pulang jam 4, ini baru jam 2 lho...". Afif melihat jam dinding yang berada persis di depan meja makan yang tak jauh dari tempat dia saat ini. Lucky sampai tepat di depan Afif, mengulurkan tangan kanannya ke depan, dan langsung disambut Afif, kemudian diciumnya punggung tangan Lucky. Selanjutnya Afif menuntun Cantika agar turut menerima uluran tangan ayahnya kemudian diarahkan ke wajahnya. "Iya. Alhamdulillah tadi kerjaan terakhir mas sedikit dan mudah, jadi cepat selesai, dan Alhamdulillah nya lagi, tiket pesawat yang mas pesan bisa mas reschedule, Jadi bisa ketemu kalian lebih cepat". Lucky tersenyum, mengulurkan dua tangannya ke depan, hendak menggendong Cantika. "Sini biar Cantika mas yang gendong, kamu ribet pasti masaknya". Cantika diam, tidak menerima juga tidak menolak. "Gak usah, mas pasti masih lelah, mas istirahat saja dulu. Oh iya mas, koper-koper nya mas dimana". Afif menatap kiri kanan dan belakang Lucky, mencari dimana letak koper-koper Lucky. "Koper-koper mas, masih bagasi mobil, tadi mas keburu kangen kalian, jadi koper-koper belum mas turunin". Pasangan suami istri ini sama-sama tersenyum. "Ya sudah, mas sekarang ganti baju, terus istirahat sambil nunggu masakannya matang. Biar aku yang membereskan koper-koper mas". Afif hendak berjalan keluar mengambil koper-koper Lucky, tapi tangan Lucky dengan sigap menarik tangan Afif, mendekapnya dengan kedua tangannya. "Gak usah, kamu selesaikan masakannya, biar aku yang urus barang-barangku, tapi aku ganti baju dulu". Lucky mencium kening Cantika lalu Afif, kemudian melenggang tanpa rasa bersalah, meninggalkan Afif yang terpaku dengan kelakuan perilaku Lucky padanya.
Acara masak memasak Afif dan mbok Harno selesai tepat pukul 4 sore. Semua makanan telah tersaji sempurna di meja makan, hampir semua makanan kesukaan Lucky dan Cantika. Ada seafood asam pedas, sayur asam, sup, puding, es buah, brownies, dan beberapa makanan lainnya. "Mbok, aku mandiin Cantika dulu ya". Afif membilas tangannya dari busa sabun. "Iya mbak Afif, nanti biar mbok yang lanjutin cuci piringnya". Mbok Harno meletakkan piring yang berisi tempe, tahu dan ayam goreng di meja makan, kemudian berjalan mendekati Afif. "Sudah selesai kok mbok cuci piringnya. Mbok sekarang istirahat dulu atau mandi dulu aja, setelah itu kita makan sama-sama". Afif telah selesai meletakkan piring-piring yang dia cuci. "Iya sudah mbak, simbok mandi dulu saja". Afif mengacungkan dua jempolnya ke arah mbok Harno sambil tersenyum dan dibalas mbok Harno juga mengacungkan dua jempolnya sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Estafet Jodoh
Aventura(Tamat) Mungkin ini adalah jalan dari takdir kehidupan dari Nya. Aku rela mengambil alih semua darimu, kan ku jaga dia selalu. Kan ku berikan seluruh waktuku untuknya.~ Afif~ Saat aku melihat mu pertama kalinya, tingkah mu langsung membuatku ilfil...