Pagi ini sehabis sholat subuh, sembilan orang ini memutuskan untuk balik ke kota Yogyakarta. Misi mereka telah benar-benar selesai tadi malam, ketika mereka bersama Yangti dan Yangkung menanam tanaman rainbow orchid di halaman belakang rumah eyang. Yangkung dan Yanti berjanji dengan mereka akan menjaga dan merawat bunga ini sebaik mungkin. Yangkung dan yangti akan berusaha membudayakan bunga ini sehingga bunga ini tidak langka lagi.
Setelah sembilan orang ini berpamitan pada Yangkung dan Yangti, mereka kini bersiap meneruskan perjalanan ke tempat mobil mereka. Perjalan pulang kali ini sedikit rileks karena banyak kisah dan cerita yang mereka share. Kisah mengharukan Lucky dan Afif selama dalam perjalanan, tingkah konyol Awan dan Carlo yang mampu membuat mereka tertawa. Dinginnya sikap Fandi dengan Meta. Cerewetnya Gina dengan suaminya. Kisah itu benar-benar menjadi bumbu-bumbu perjalanan mereka menemukan bunga cantik itu, rainbow orchid.
Terik matahari siang begitu menyengat, tetapi tak menghalangi kegiatan mereka saat ini yaitu, membersihkan ranting-ranting dan dedaunan yang menutupi dua mobil Jeep ini. Setelah daun dan ranting mereka singkirkan, kini saatnya mereka membuka terpalnya. Satu. Dua. Tiga. Enam laki-laki itu bersama-sama mengangkat terpal tersebut. "Alhamdulillah mobil ku kamu masih baik-baik saja". Pakde Gan mengusap-usap bagian kap mobilnya. "Gak usah berlebihan lah mas, mobil butut kayak gini, siapa juga yang mau". Gina menyindir tingkah suaminya yang semenjak menikah dengannya sedikit tertular penyakit lebaynya. "Terserah". Pakde Gan beranjak meninggalkan istrinya yang masih memandangnya.
Setelah membersihkan mobil, mereka melaksanakan sholat dhuhur dan makan siang. Karena mereka masih membutuhkan beberapa jam lagi untuk sampai dirumah Pakde Gan dengan mengendarai mobil.
"Luc, aku ae sing nyopir (Luc, aku saja yang nyopir)". Pakde Gan menghentikan pergerakan Lucky yang akan membuka pintu bagian pengemudi. "Oke pakde". Langkah kaki Lucky berbalik arah menuju bagian kursi penumpang disamping kemudi. "Pye Gaes wis siap kabeh (Bagaimana Gaes sudah siap semua)?". Kepala Pakde Gan menengok ke belakang dimana tempat tiga wanita duduk bersandar dengan nyaman. "Siiiaaap". Tiga wanita itu menjawab dengan kompak. "Mobil sebelah, wis do siap rung luc (Mobil sebelah sudah siap belum Luc)?". Lucky yang sibuk membenarkan sabuk pengamannya tidak fokus mendengar ucapan pakde Gan. "Heh, iya, ada apa pakde". Pakde Gan menarik nafas dalam-dalam. "Mobil sebelah sudah siap belum". Ulangnya dengan nada halus. "Ohh_. Lucky kemudian mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil. "Gaes sudah siap berangkat belum". Teriaknya keras, agar manusia-manusia didalam mobil belakang mendengar. Nampak Fandi yang berada di kursi kemudi memberi jawaban dengan mengangkat jempolnya melalui kaca jendela mobil. "Mereka juga sudah siap pakde, ayokk kita pulang....". Lucky mengayunkan tangan kanannya dari belakang kedepan. "Woke". Pakde Gan langsung menginjak pedal gas. Dua mobil kini berjalan keluar dari dalam hutan.Mobil terus melaju dengan kecepatan yang cenderung konsisten. Para penumpang nampak memejamkan matanya, kecuali Lucky yang mencoba menahan kantuknya, karena merasa tak enak dengan pakde Gan. Walaupun mereka telah tidur yang cukup nyeyak tadi malam dirumah Yangkung, ternyata belum mampu memulihkan seluruh tenaga yang terkuras dalam petualangan kemarin. "Mereka tidurnya nyenyak kayaknya pakde". Lucky menoleh kebelakang menatap Gina, Meta, Kemudian Istrinya. "Iya Luc, kesel banget mungkin". Pakde Gan tetap fokus pada kegiatan menyetirnya. "Pakde ngantuk gak". Pandangan Lucky kini mengarah pada Pakde Gan. "Nek Kowe sih ngantuk turu.o, aku Ra ngantuk, esuk mau aku sarapan ngango kopi rong gelas soal.e (Kalau kamu masih mengantuk tidur saja, aku gak ngantuk, karena pagi tadi aku sarapan kopi dua gelas)". Pakde Gan memutar stir kemudinya, sepertinya menghindari lubang. "Pakde Gan reti banget Karo aku, thanks ya pakde (pakde Gan tau banget sama aku, terimakasih pakde)". Lucky mencari posisi ternyaman untuk tidur, karena mata dia benar-benar ngantuk saat ini.
Malam semakin larut, shift matahari telah digantikan sang bulan. Pakde Gan menghidupkan lampu didalam mobil, agar memberikan sedikit penerangan. Mereka telah menempuh hampir separuh lebih perjalanan, mungkin tinggal satu jam lagi mereka akan sampai dirumah Pakde Gan. "Sampai dimana mas". Gina membenarkan kerudungnya yang sedikit lusuh efek digunakan tidur. "Wis neng kabupaten, paling sejam kas tekan. Nek jik ngantuk turu.o neh, ngko tak gugah Nek wis tekan (sudah di kabupaten, paling satu jam lagi sampai. Kalau masih ngantuk tidur lagi saja, nanti tak bangunkan kalau sudah sampai)". Pandangan pakde Gan masih stay menghadap kedepan menatap jalanan malam yang semakin ramai. "Udah gak bisa tidur". Gina yang duduk tepat dibelakang kursi suaminya, mengalungkan tangannya dileher suaminya. "Lha ngopo (lha kenapa)". Pakde Gan meraih tangan Gina yang mengalungi lehernya, kemudian menciumnya. 'cup'. "Ihhh, mas...apaan sih nanti kalau mereka tiba-tiba bangun ginama". Gina menarik dua tangannya yang dipegang suaminya. Sedangkan pakde Gan malah tersenyum. "Aku kangen sama my Beby Boy...". Panggilan untuk anak lelaki satu-satunya mereka berdua. "Memang.e aku ya Ra kangen, wis to, dilit kas tekan (memangnya aku juga tidak kangen, sudahlah sebentar lagi sampai". Pakde Gan menatap Gina melalui kaca diatasnya. Istrinya itu nampak hanyak manggut-manggut sebagai jawaban atas ucapannya tadi.
Keadaan rumah pakde Gan nampak terang benerang, sepertinya penghuni rumah belum tidur, walaupun saat ini waktu telah menunjukkan pukul sepuluh lebih lima menit. "Luc-luc tangi, wis tekan (luc-luc, bangun sudah sampai)". Tangan kiri pakde Gan menepuk-nepuk pelan pundak Lucky yang masih memejamkan matanya, sedangkan Gina sibuk menggoyangkan tubuh Afif dan Meta bergantian. "Hemm, sudah sampai ya pakde". Lucky menggerakkan dua tangannya keatas, mencoba merenggangkan otot-otot tubuhnya. "Iya, ayo turun". Pakde Gan membuka pintu kemudian keluar dari dalam mobil.
Saat ini mereka tengah beristirahat di teras rumah pakde Gan dengan ditemani kopi-kopi dan beberapa macam gorengan yang disiapkan orang tua Pakde Gan. Ketika teman-temannya sedang beristirahat sambil minum kopi, Lucky sibuk sendiri memindahkan barang-barang miliknya dan Afif, sebenarnya Afif ingin membantu tapi langsung ditolak Lucky, lebih baik istrinya itu istirahat saja. Setelah turun dari mobil Jeep tadi, Lucky langsung memindahkan barang-barang miliknya dan Afif kedalam mobilnya sendiri, sepertinya dia dan Afif akan langsung pulang ke rumahnya sendiri dibanding dia harus menginap lagi di rumah orang. Tidur berdua dengan Afif di kasurnya sendiri sepertinya akan sangat nyaman dan menyenangkan bagi Lucky dibanding dia harus tidur lagi ramai-ramai dengan para lelaki. "Luc, kowe meh langsung balek (Luc, kamu mau langsung pulang)". Ucapan pakde Gan tak mengalihkan perhatian manusia-manusia yang tengah asik dengan kopi dan gorengannya. "Iya Pakde". Lucky menutup bagasi mobilnya, tanda bahwa dia telah selesai memindahkan semua barang-barang miliknya dan Afif. "Kenapa gak nginep disini dulu sih Luc, besuk pagi baru pulang". Gina memberikan usulan. "Engga mbak, kami sudah kangennnn banget sama Cantika". Afif yang memberikan jawaban, pasalnya memang dia sudah kangen tak tertahankan dengan putri kecilnya tersebut, walaupun nanti sesampai dirumah, dia hanya melihat wajah putrinya, karena jam segini pasti Cantika sudah tidur. "Ya udah, tapi kopinya diminum dulu Luc". Carlo memberikan segelas kopi pada Lucky yang berjalan mendekat kerah mereka. "Matur nuwun car (terimakasih car)". Lucky duduk selonjoran sambil bersandar di dinding, menyesap sedikit demi sedikit kopi miliknya, aroma kopi ini benar-benar membuat rileks badan dan pikiran Lucky, salah dia tadi pagi menolak kopi buatan Yangti.
Waktu menunjukkan pukul sebelas malam tepat, Lucky dan Afif meminta izin undur diri. "Gaes aku sama Afif balek dulu ya, ada yang mau nginep di rumahku gak nih". Lucky menawari beberapa rekannya untuk tidur dirumahnya. "Nanti tidur dimana Luc". Awan bangkit dari posisi tidurnya, ingin mencoba peruntungan tidur dikasur empuk, pasalnya dia rindu empuknya kasur. Lucky nampak berfikir. "Ehmm, diruang tamu, soalnya kamar-kamar sudah dipakai Ibu sama Mamahku". Semangat Awan langsung memudar gak jadi deh dia tidur diatas kasur. "Alah Luc, sama aja, gue tidur disini aja deh, capek juga gue, harus naik mobil lagi". Keluh Awan. "Heeehh, dasar maunya enaknya sendiri". Carlo yang duduk disebelahnya mendorong tubuh Awan sampai jatuh. "Yehhh biarin". Awan membalas perlakuan Carlo padanya, pertikaian konyol kembar somplak itu tak dapat terhindarkan. Orang-orang disekelilingnya hanya tertawa memandang kelakuan dua orang tersebut.
~••~Hai Gaes apa kabar????
Semoga selalu sehat dan baik-baik sja ya....Seperti janjiku, bahwa aku akan menamatkan cerita ini. Maka dari itu aku update satu ekstra part dari cerita ini.
Insyaallah ekstra part, selanjutnya akan menyusul....Terimakasih cintaku, sayangku, manisku yang sudah vote cerita ini...
Tidak bisa aku pungkiri, bahwa vote kalian ternyata juga mempengaruhi mood menulisku😁.
Thaks ya... Sudah membaca....😘😘😘😘
Love you Alll💜💜💜.
KAMU SEDANG MEMBACA
Estafet Jodoh
Adventure(Tamat) Mungkin ini adalah jalan dari takdir kehidupan dari Nya. Aku rela mengambil alih semua darimu, kan ku jaga dia selalu. Kan ku berikan seluruh waktuku untuknya.~ Afif~ Saat aku melihat mu pertama kalinya, tingkah mu langsung membuatku ilfil...