Beristirahat didalam hutan melenakan mereka. Udara yang segar dan sinar matahari yang tidak terlalu panas karena terhalang oleh banyaknya pohon, membuat suasana menjadi nyaman dan damai. Mereka semua tiduran terlentang memandang keatas, menatap dedaunan yang memayungi mereka dari panasnya sinar matahari. "Mas, kita jalan lagi kapan?". Afif yang tiduran tepat disamping suaminya membisikkan keingintahuannya. Hanya gerakan bahu keatas yang Lucky lakukan, pandangannya masih fokus menatap keatas. "Ishhh, mas Lucky". Afif berbicara pelan sambil mencubit Lucky. "Aduh...sakit sayang". Lucky reflek berbicara keras, sambil mengusap-usap perutnya yang tadi dicubit sang istri. Semua pandangan penghuni disini mengarah ke Lucky dan Afif. "Kenapa Luc". Rahmat bangkit dari tidurnya menatap kearah Lucky. "Gak papa". Lucky meringis, bangkit, duduk disamping Afif yang sedang ngambek padanya. "Mas, bisa gak sih kalau bicara gak keras-keras, semua jadi lihat kearah kita kan". Lucky tersenyum mengusap-usap kepala Afif yang tertutup kerudung merah muda. "Maafin mas, mas reflek, tadi kamu tanya apa to". Afif mengerucutkan bibirnya, ternyata Lucky tak memperhatikan ucapannya. "Gak jadi". Afif bangkit meninggalkan Lucky menuju kearah ranselnya. "Mas Lucky jangan bercanda dong...ini kita lagi dihutan". Meta menimpali. "Iye-iye, sorry". Lucky menatap kearah jam dipergelangan tangannya. "Astagfirullah, Gaes sudah hampir jam setengah dua, ayo cepat beres-beres, bisa kemalaman kita sampai disana". Semua orang bergerak cepat membereskan semua barang mereka, tak sampai lima menit, semua bersih, rapi seperti sedia kala.
Mereka melanjutkan perjalan, menyusuri kembali isi hutan. Matahari yang tadi dibelakang mereka, kini telah berpindah menjadi didepan mereka. "Masih jauh gak sih". Fandi menatap peta yang dibentangkan Lucky sambil berjalan. "Kalau dilihat dari sini gak jauh, kita tinggal jalan lurus, sampai ketemu bukit". Lucky menjelaskan apa yang dia lihat di dalam peta. "Alhamdulillah syukur deh". Fandi menimpali seraya berjalan mendahului Lucky yang berhenti untuk memasukkan petanya kembali kedalam ranselnya. "Gaes, lebih hati-hati dan waspada ya..., Kita sudah mulai memasuki hutan yang banyak binatangnya". Lucky memperingatkan semua kawannya. "Iya gees, ditempat ini rawan, kalau kita gak ketemu bintang, juga bisa ketemu pemburu atau malah jebakan pemburu, soalnya tempat ini sering dijadikan tempat berburu". Pakde Gan menambahi, karena dari beberapa pengalamannya mendaki gunung disini, dia sering bertemu dengan beberapa pemburu. Afif yang mendengar himbauan seperti ini, berjalan mendekati suaminya, mencari perlindungan. "Fif, kamu kenapa, berjalan mepet-mepet Lucky sambil clingak-clinguk gitu". Carlo heran dengan tingkah istri sahabatnya tersebut. "Gak papa kok mas Carlo". Afif memegang lengan Lucky sambil menggelengkan kepalanya. "Ra sah ngiri, Nek pingin nikah". Fandi menimpali ucapan Carlo. "Yah sapa Sik ngiri, ngoco bro.... ngoco....kowe Ki Lo...Sik kudune nikah, wis tuwo bangke Ra nikah-nikah (ya siapa yang iri, ngaca bro, ngaca.... kamu itu Lo...yang seharusnya menikah, sudah tua Bangka gak nikah-nikah)". Fandi berjalan mendekati Carlo, kemudian kepada Carlo dia jitak. "Asemik Nek aku mah semakin tua, semakin berkarisma". Fandi berbangga diri. Memang sih, laki-laki itu semakin bertambah umurnya, semakin tambah pula kematangan pada dirinya. "Iye deh berkarisma kayak motor Honda". Awan yang sedari tadi diam menikmati perjalanannya, terganggu dengan suara dua sahabatnya yang beradu mulut, akhirnya ikut menimpali juga. "Udah-udah, kalian ini kaya bocah, berantem terus". Rahmat menengahi sekaligus menghentikan adu mulut tersebut. "Lagi ngerti mat, nek Mereka bertiga ini memang bocah". Pakde Gan berjalan sambil merangkul pundak Rahmat. "Yang kayak bocah tuh si Fandi Pakde, iya gak car, udah tua, tapi kelakuan masih kayak balita". Awan mencari pembelaan dari Carlo yang berjalan disampingnya.
Adu mulut antar tiga manusia ini tak dapat terelakkan lagi. Fandi vs Carlo dan Awan. Dua lelaki itu bersekongkol untuk mengolok-olok Fandi. Mungkin doa orang terdzolimi sedang berlaku di moment ini atau, Keberuntungan mungkin saat ini sedang berada di pihak Fandi. Dua lelaki yang berjalan disisinya yang sedari tadi mengolok-oloknya, tiba-tiba 'brruuukkkk'. Mereka berdua jatuh kedalam jebakan yang dibuat pemburu. Sebetulnya Carlo tidak menginjak jebakan tersebut, tapi sayang, tangan Awan yang mencari pegangan, memegang lengan baju Carlo yang tak siap. Alhasil dua lelaki itu terjatuh dalam lubang jebakan yang ditutupi dengan daun-daun kering. Fandi tertawa puas melihat peristiwa itu. "Hahahahahahahh......Dasar kembar somplak jatuh aja pakai acara barengan....hahaahha". Fandi berjalan mundur beberapa langkah dari lubang itu, takut terpleset. "Astagfirullah Carlo, Fandi". Mendengar suara tersebut, Lucky yang sedari tadi menggandeng tangan istrinya berlari mendekat kearah lubang tersebut. "Gaes tolongin gue...". Awan berteriak dari dalam lubang. Semua orang berkerumun mengitari lubang yang dimana terdapat Awan dan Carlo. "Fan kamu bisa diam gak". Meta yang sedari tadi melihat tampang bahagian Fandi, langsung membentak laki-laki itu untuk diam.
Melihat kejadian tersebut Rahmat dan Pakde Gan langsung sigap mencari cara untuk mengeluarkan dua manusia tersebut dari dalam lubang yang lumayan dalam tersebut. "Mat, didalam ranselmu ana tambang to...". Pakde Gan panik sekaligus kasihan melihat tampang melas dua sahabatnya yang sedang berdiri didalam lubang sambil menatap kearahnya. "Pakde.... Tolongin kita". Carlo menatap kearah Pakde Gan seraya minta tolong. Pakde Gan hanya manggut-manggut sambil menunggu jawaban dari Rahmat yang tampak berfikir. "Iya-iya pakde ada. Aku ambil dulu ya". Rahmat menurunkan ranselnya, kemudian mengobrak-abrik isi didalamnya. "Alhamdulillah ketemu". Teriak Rahmat bahagia sambil mengangkat tinggi-tinggi tambang yang berhasil dia temukan dari dalam ranselnya. Pakde Gan, Fandi, Rahmat dan Lucky bergotongroyong mengeluarkan dua manusia tersebut dari dalam lubang, sedangkan para wanita tampak fokus melihat proses evakuasi tersebut. Eits, kok evakuasi, kayak korban bencana aja. Iya gak papa ya... Biar agak dramatis. Hehehehe...Pisssst. Tali tambang Rahmat lemparkan kebawah, kearah Awan dan Carlo. Setalah tali tambang dilemparkan, dua manusia tersebut masih sempat-sempatnya ribut, berebut untuk naik keatas terlebih dahulu. "Gue duluan aja Car". Awan berusaha merebut tali tambang yang dilemparkan Rahmat kearahnya. "Gak. aku duluan". Carlo tidak terima. Dua manusia ini sibuk berebut. "Uwis.....uwis....bocah gemblung malah padu". Pakde Gan berteriak dari atas. Carlo dan Awan berhenti berebut. "Wis, saiki Carlo sik ae sik munggah. Wan....awakmu kan luwih cilik dadi luwih gampang, Kowe ngewaki awakedhewe ngunggahne Carlo saka ngisor (sudah, sekarang Carlo dulu saja yang naik. Wan...badanmu kan lebih kecil jadi lebih mudah, kamu bantu kita menaikkan Carlo dari bawah)". Awan menerima usul tersebut dengan mengangukkan kepalanya. Dia membantu Carlo naik dengan memegang pantat semok milik Carlo. "Gile pantat lo semok banget Car". Awan memukul pantat Carlo. "Aduhh. Brisik Lo". Carlo menepis tangan Awan yang berada di pantatnya, sambil terus bergerak keatas. Akhirnya perjuangan panjang Carlo dan empat lelaki diatas berbuahkan hasil. "Kamu makan apa sih Car berat banget". Lucky menggoda Carlo yang masih ngos-ngosan setelah berhasil memanjat dengan bantuan tambang. "Dia itu berat dosa Luc". Fandi menghampiri Carlo sambil memberikan sebotol air mineral. "Nih diminum". Carlo menerimanya. "Hei Gaess...cepet tolongin gue". Awan berteriak kesal, karena kawannya tak kunjung memberikan tali tambang. "Iya, sebentar". Pakde Gan melemparkan tali kearah Awan, dengan sigap dia menangkap tali tambang tersebut. "Berhasil". Ucapnya setelah berhasil menangkapnya. Awan yang berperawakan kurus tinggi dengan mudah dia memanjat naik keatas. Sesampainya diatas, dua lelaki tersebut mendapat kultum sebentar dari Lucky dan Pakde Gan. Inti dari kultum tersebut adalah dimanapun tempat kita berada kita harus menjaga sopan santun kita, bercanda boleh, tapi jangan keterusan dan keterlaluan. Dan harus diingat, dimanapun kita, kita harus selalu waspada dan berhati-hati, jangan sembrono, taati peraturan. Semua manggut-manggut, mendengar ucapan Lucky.
~••~
Hai Gaes.....
Bagaimana kabarnya, semoga selau dalam lindungan Allah.
Gaes, tentang wabah Corona yang sedang terjadi di Indonesia, alangkah baiknya kita taati peraturan pemerintah ya....
Pemerintah kita itu, sudah bergerak cepat lho Gaes untuk memberantas virus tersebut.
Sangat patut kita apresiasi 👍👍👍Oh iya gaes, tentang himbauan pemerintah untuk tetap stay dirumah aja, apakah sudah kalian lakukan???????
Sebaiknya kita lakukan ya Gaes, biar virus tersebut tidak menyebar kemana-mana. Apabila bosen dirumah, kalian kan bisa baca tulisan aku, kalau bisa sekalian divote atau komen.Oke Gaes.....
Thanks for reading.❤️❤️❤️❤️❤️
Tetap jaga kebersihan dan dirumah aja.
![](https://img.wattpad.com/cover/142529190-288-k710697.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Estafet Jodoh
Adventure(Tamat) Mungkin ini adalah jalan dari takdir kehidupan dari Nya. Aku rela mengambil alih semua darimu, kan ku jaga dia selalu. Kan ku berikan seluruh waktuku untuknya.~ Afif~ Saat aku melihat mu pertama kalinya, tingkah mu langsung membuatku ilfil...