Malam Pertama

2K 147 6
                                    

Air mata masih belum mengering dari pipi Afif. Semakin Lucky mengeratkan pelukannya, Afif semakin merasa bersalah. "Luc, maafin aku ya, aku salah, gak seharusnya aku seperti ini, ninggalin Cantika, pergi gak pamit, maafin aku ya Luc". Lucky melepaskan pelukannya, mencoba bicara hati Dengan hati. Lucky menatap bola mata Afif yang terus saja mengeluarkan air matanya. Di tangkup nya pipi lembut Afif. "Iya gak papa, aku juga minta maaf, kamu pasti kecewa, aku pulang telat dan gak ngabarin kamu, padahal kamu sudah mempersiapkan kedatangan ku. Maafin aku ya". Lucky melepaskan tangkup an di pipi Afif, menghapus sisa air matanya. "Iya aku maafin, walaupun aku sebel waktu itu". Afif mengerucutkan bibirnya. "Iya kemarin aku terlalu fokus menyelesaikan pekerjaan ku, sampai lupa ngabarin kamu, udah gak usah ngambek, ayo tidur sudah malam".

Lucky dan Afif meninggalkan ruang makan bersama-sama. Tangan Lucky tak henti-hentinya dilingkarkan di pinggang Afif. Sampai di depan kamar, Afif bingung haruskah, malam ini dia tidur bersama Lucky. Lucky membuka pintu kamarnya, diajaknya Afif memasukki kamar yang seharusnya mereka berdua tempati. Afif hanya diam di depan pintu, melihat wanita yang dia cintai bersikap seperti itu Lucky paham. "Malam ini, mulai malam ini, aku mohon biasakan untuk tidur bersamaku, izinkan aku menumbuhkan cinta mu untuk aku mulai dari kita tidur bersama. Aku gak akan memulai tanpa seizin mu". Ucapan Lucky, melemaskan tubuh Afif yang tadi kaku untuk digunakan melangkah ke kamar tersebut. Malam ini adalah malam pertama Afif dan Lucky tidur satu ranjang dan satu selimut bersama. Lucky tersenyum menatap wajah perempuan yang telah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Entahlah, kenapa dia bisa jatuh cinta padanya. Tetapi saat menatap pertama wajah wanita yang terlelap disampingnya saat ini dia merasa tenang, wajahnya teduh, ada debaran halus di dadanya, entahlah, tapi saat itu dia belum menyimpulkan itu cinta. Tapi seiring bertambahnya interaksi diantara mereka terutama saat setelah kedua kakak mereka menikah, membuat Lucky menyadari bahwa dia mencintai wanita ini. Tetapi karena gengsi dan takut penolakan keluarga, karena kakaknya terlebih dahulu menikahi kakak Afif, akhirnya Lucky memilih untuk memendam rasa itu. Sampai takdir berkata lain. Rasa cintanya yang benar kini berlabuh juga pada orang yang benar dia cintai. "Aku tahu Fif, kamu itu wanita lemah, tapi selalu saja kamu tutupi dengan sikap kerasmu, ada janji kita akan menjadi seorang yang memberi dan menerima cinta yang tulus". Lucky membelai lembut rambut Afif sedang tidur. Afif langsung tertidur di samping Lucky, setelah dia merasakan badannya yang sangat lelah karena liburan.

Afif mengucek matanya, merasakan sesuatu yang berbeda. Kamar ini, iya kamar ini bukan kamar yang biasanya dia gunakan untuk tidur. Dilihatnya kesamping dia tidur, lelaki yang tadi malam mengungkapkan perasaannya sedang tidur membelakanginya. Dilihatnya punggung bidang itu, yang di depannya ada dada bidang yang kemarin memeluknya. Nyaman, hangat, candu itulah yang Afif rasakan. Saat ini dia sedang tersenyum mengingat semua momen kemarin. "Maaf ya Luc, untuk semua sikapku, dan maaf aku belum mencintaimu, tapi yang harus kamu tahu aku mulai menyayangimu. Dengan sayang ini, ajari aku mencintaimu Luc". Suara ucapannya itu tidak cukup keras, tapi cukup jelas. Andai lelaki yang masih tertidur itu telah bangun, pasti dia bisa mendengar ungkapan perasaan dari wanita yang dia cintai.

Afif mendudukkan tubuhnya di pinggiran kasur, berusaha mengumpulkan seluruh kesadarannya. Kemudian dia langkahkan kakinya ke kamar mandi yang berada tepat di pojok kamar ini. Afif sedang mengambil wudhu, basuhan air wudhu di sepertiga malam memang benar-benar menyegarkan. Dia keluar dari kamar ini, menuju kamar di sampingnya. Baru malam ini dia tidur di kamar itu, jadi semua barang-barangnya masih di kamar samping termasuk mukenanya, mungkin nanti siang kalau Lucky memintanya memindahkan barang-barang ke kamarnya dia akan lakukan.

Kumandang adzan subuh di masjid depan komplek, membangunkan Lucky dari mimpi indahnya. Ditepuknya kasur disebelahnya. 'Kosong. Kok kosong..., tadi malam sepertinya dia tidak tidur sendiri, tapi kemana wanita yang tadi malam dia berikan pelukan hangat itu, apakah semua momen itu hanya mimpi. Tidak semua itu nyata'. Hati Lucky berdebat sendiri, mencari kebenaran. Dan kebenarannya adalah wanita itu kini mulai menjadi miliknya, setelah ungkapan perasaannya.

Estafet JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang