LiburanKu (part 1)

1.3K 75 0
                                    

Afif duduk di samping Fara, tepat dibelakang Banu yang mengemudikan mobil. "Lhoh Cantika kok gak kamu ajak?", Tanya Fara. "Enggak. Dia sama simbok, aku takut nanti dia rewel. Ayahnya ternyata juga sudah pulang", jawab Afif sambil menyamankan posisi duduknya. "Yah tau gitu aku tadi turun dulu, cium anak kamu, beruntung lagi bisa cium ayahnya", ucap Fara menggoda. "Gila kamu Far, suami sahabat sendiri mau di tikung", ucap Maikel dari kursi belakang Afif, bersama Rahmat dan Tresno. "Yee, biarin soalnya teman kalian yang satu ini, punya suami ganteng di cuekin", ucap Fara membela diri. "Afif itu gak nyuekin suaminya, mereka iti belum terbiasa saja, dengan pernikahan itu. Besuk kalau sudah terbiasa, paling di kamar terus, gak keluar-keluar. Iya gak Fif", Sambung Tresno, menggoda Afif. "Apaan sih No. Udah. gak usah bahas itu lagi. Stop, kita mau liburan, bukan ngurusin urusan orang. Oke???", Ucap Afif, yang langsung dijawab oke semua penghuni mobil. "Oke ", ucap mereka serentak.

Keadaan mobil saat ini masih rame, mereka bercerita banyak hal, tetapi tidak membahas lucky dan Afif lagi. Bahasa mereka kini lebih pada seputar keadaan pekerjaan, alasan Tresno gak jadi nemuin Kliennya pak Rudi, Hubungan Maya dan Banu yang saat ini berubah dari teman jadi teman spesial yang akan segera dihalalkan. Mereka banyak menceritakan berbagai hal yang Afif tidak ketahui semenjak menikah dengan Lucky. Intensitas pertemuan mereka yang sangat jarang, menyebabkan Afif kudet informasi tentang teman-temannya. "Ban, aku kira kamu gak bisa move on dari cinta pertamamu?", Ucap Afif. "Aku itu sudah move on dari dulu sebenarnya Fif, tapi males aja buka hati", jawab Banu. "Takut sakit hati?", Timpal Maya. "Ya enggak lah sayang. Aku itu memang mau cari yang bisa diajak serius. Capek numpuk dosa terus", ucap Banu pada calon istrinya. "Takut dosa. Kamu manggil Maya sayang, yang jelas-jelas belum jadi istri kamu ya dosa keless", Ucap Maikel keras, yang langsung menohok Banu. "Iya malaikat pembagi Rizki Mikail. Bakalan secepatnya Maya aku nikahin", ucap Banu yang langsung membuat hati Maya berbunga-bunga. "Eh sebentar-sebentar. Rahmat kenapa sih kok diam aja. Kamu kenapa sih Mat", tanya Afif pada Rahmat yang sedari tadi hanya menjadi pendengar setiap teman-temannya bercerita, walaupun memang karakter Rahmat itu kalem, irit bicara, kalau tidak dijak bicara ya..., Tidak bicara. "Rahmat itu patah hati Fif, kamu nikah sama adik kakak iparmu", ucap Tresno yang langsung membuat Afif merutuki pertanyaannya. Dan reflek Fara langsung mentonyor kepala Tresno yang berbicara ngaco. "Gila kamu No, aku malah seneng Afif nikah sama Lucky. Asal kalian tahu saja ya, Lucky itu juga salah satu temanku", ucap Rahmat. Dulu memang Rahmat sempat memiliki perasaan dengan Afif, setelah mengetahui Afif menikah, Rahmat berusaha melupakan Afif. Dan ternyata berhasil, dia hanya kagum dengan Afif saat itu, yang dia salah artikan sebagai cinta. "Teman apa Mat", tanya Afif. "Aku sama Lucky itu teman di komunitas pecinta alam. Aku juga baru tahu suami kamu itu Lucky temanku pas si Fara kirim foto nikahmu di grub, Sorry ya aq kemarin gak bisa datang pas kamu nikah". Jawab Rahmat. "Santai aja kali Mat", Ucap Afif. Saat mereka asik bercerita tiba-tiba handphone Afif berbunyi. "Drettt. Dreetttt. Dreettttt". "Fif hp mu bunyi tu", ucap Fara. "Iya bentar", jawab Afif sambil mengambil hpnya di dalam tas. Saat hp berhasil dia dapatkan, nama Lucky tertera di layar. Afif langsung merijek dan mematikan hpnya. "Kenapa malah hpmu kmu matikan Fif", ucap Farah. "Udah gak papa gak penting. Hari ini hari kita buat senang-senang tanpa gangguan", ucap Afif sambil merangkul pundak Farah. "Iya deh serah kamu", ucap Farah.

Mereka semua menikmati setiap perjalanan ini. Tepat pukul 10.00 mereka sampai di Resto mbok Sri. Mendengar ucapan tentang rencana makan di resto mbok Sri, membuat Afif tidak melakukan rutinitas sarapan paginya. Di resto ini para lelaki langsung sibuk mencari tempat duduk yang kosong. Kebetulan setiap mendekati makan siang resto mbok Sri ini benar-benar rame. Afif, Maya dan Fara bertugas memesan makanan. "Mbok Sri, pesan sotonya 7 ya", ucap Farah pada wanita berusia sekitar 60 tahun itu. "Eh mbak Farah, mbak Afif, sama ini siapa...., mbak siapa, mbok lupa", ucap mbok Sri sambil meletakkan kuah soto dalam mangkuk. "Maya mbok, masa sama aku lupa", ucap Maya. "Iya embok ini gimana, Maya kan sering godain Mas Sandi salah satu pegawainya simbok", ucap Afif. "Oh iya, Maya yang genit itu ya. Maaf mbok lupa, soal.e tambah cantik dan sekarang kayaknya agak pendiam", ucap mbok Sri. "Masak aku genit mbok, aku itu gak genit aku itu cuma cari peluang siapa tahu mas Sandi mau sama aku", ucap Maya. "Iya mbok sekarang dia gak genit lagi, dia kan sekarang udah mau nikah sama teman kantorku. Kalau masih genit mah dia langsung di depak jadi calon istri", ucap Farah sambil menyilangkan tangannya di depan Mata. "Apaan sih Far", ucap Maya. "Udah-udah gak usah berantem. Malu dilihat banyak orang", lerai Afif. Kemudian mengucapkan pesannya kepada mbok Sri yang dari tadi fokus mendengar adu mulut dua sahabat itu.

Gazebo kosong yang terletak di halaman resto persis di bawah pohon rambutan yang belum berbuah menjadi pilihan empat lelaki ini untuk menghabiskan sarapannya nanti. "Gila lama banget sih mereka", ucap Tresno pada para lelaki yang sibuk menghisab rokok, kecuali Rahmat yang sibuk memainkan handphonenya. "Kamu kan tahu restonya ramai kayak gini, mungkin mereka lagi antre", jawab Rahmat kemudian memasukkan ponsel kedalam sakunya. "Enggak ya, mereka pasti lagi ngobrol atau bisa jadi mereka lagi godain pegawainya mbok Sri, apalagi dulu si Maya itu ngefens sama salah satu pegawai disini", ucap Maikel yang merupakan teman se Universitas tiga wanita itu. "Cuma ngefens mah biasa, aku juga pernah ngefens sama perempuan", ucap Rahmat. "Afif ya", Timpal Tresno yang tahu sebenarnya Rahmat suka dengan Afif, tapi dia berusaha tidak terlalu ikut campur. "Apaan sih kamu No", ucap Rahmat. "Benar ya Mat, kamu suka sama Afif", tanya Banu tiba-tiba nimbrung dan mematikan rokoknya. "Enggak lah, dulu aku cuma kagum, bisa dibilang begitu. Dia itu wanita kuat, mandiri, cerdas, humble siapa sih yang gak kagum sama dia. Apalagi dia sekarang sudah jadi istri temanku. Insyaallah aku gak mungkin lah nikung temana apalagi sudah jadi istrinya", ucap Rahmat. "Menurut mu suaminya Afif itu gimana Mad", tanya Maikel. "Suaminya Afif itu menurut ku perfect banget. Dia itu ketua komunitas pecinta alam saat kuliah dulu. Orangnya pekerja keras, peduli, huble kaya Afif gitulah, menurutku mereka cocoklah. Aku ketemu suaminya Afif itu saat ekspedisi ke Kalimantan, saat itu kampusnya dia dan kampus ku ngadain kegiatan penyelamatan hewan-hewan di hutan Kalimantan, yang saat itu terkena dampak hebat kebakaran hutan. Rasa kasiannya terhadap sesama makhluk Tuhan begitu tinggi di jiwanya, sampai-sampai saat kobaran api masih melahab pepohonan disana dia terobos untuk menyelamatkan seekor anak orang hutan. Dari cerita yang aku dengar dulu, punggung dia terkena jatuhan ranting yang terbakar, yang menyebabkan melepuh di beberapa bagian punggungnya", ucap Rahmat. "Keren juga ya, suaminya Afif kayak superhero", ucap Banu sambil tertawa.

Cerita-cerita dari sisi para lelaki berhenti ketika melihat tiga wanita berjalan kearah tempat mereka lesehan saat ini dengan membawa beberapa makan dan minuman ditangannya. "Gila, kalian ngapain aja lama banget, hampir setengah jam nih", ucap Tresno, sambil memukul pergelangan tangannya dengan jari telunjuknya seolah-olah memakai jam. "Ya, namanya juga antre, banyak tuh pembelinya", ucap Maya sambil meletakkan soto yang dia bawa ke atas meja. "kok ini sotonya kurang satu", ucap Rahmat. "Iya, nanti dibawain pegawainya mbok Sri, sambil ngambil nampan² ini", jawab Afif. Hanya berselang beberapa menit, Sandi pegawainya mbok Sri datang, "permisi mbak, mas, ini soto, sama kerupuknya", ucap Sandi. "Hai San apa kabar?", Sapa Maikel sambil menuangkan kecap di sotonya. "Alhamdulillah mas baik, jalan-jalan ya mas", ucap Sandi sambil meletakkan soto dan kerupuk yang langsung di terima Afif. "Iya San, refreshing", Ucap Maikel. "Ya sudah mas, mbak, saya permisi dulu", ucap Sandi.

Sepeninggalan Sandi, delapan sahabat ini menikmati makan sotonya dengan mode diam tanpa suara, hanya suara orang kepedasan, dan batuk-batuk dari Fara dan Maya. Mode diam selesai ketika Tresno bersendawa sambil meneguk es jeruknya. "Alhamdulillah", ucap Tresno ketika dia selesai menandaskan separuh sisa es jeruknya. "Gila No, kalau sendawa jangan keras-keras, tuh dilihat banyak orangkan", semprot Farah yang masih asik menikmati sotonya. "Ya gimana, lho wong bunyi sendiri og", Ucap Tresno. "Au ah gelap bicara sama kamu", ucap Farah. "Nanti setelah ini kita kemana?", Tanya Rahmat, setelah selesai menghabiskan makanannya. "Kita sholat dhuhur dulu aja di masjid pusat kota", jawab Afif sambil meletakkan sendok yang tadi dia gunakan untuk makan. "Ha.a nanti kita sholat dhuhur dulu, setelah itu kita ke Old Town 3D Trick Art Museum", ucap Farah sambil mengangkat gelas jeruk anget pesanannya. Selesai makan mereka tidak langsung meninggalkan resto, tetapi menunggu sampai adzan dhuhur berkumandang. Kebetulan jarak masjid pusat kota tidak terlalu jauh dari resto ini.

Estafet JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang