Ela memutuskan untuk makan malam bersama keluarga ini. Karena tadi kebetulan dia datang ke mall ini sendirian tanpa teman dan suaminya, karena suaminya sedang kerja, biasalah seorang jurnalis, kerja gak kenal waktu dan tempat, harus siap kapanpun.
Sebetulnya dia kesini hanya untuk
membeli perlengkapan wanita, tapi karena ketemu Lucky juga ingin lihat Cantika, jadi dia memutuskan untuk ngobrol-ngobrol dan makan bersama mereka, walupun dari tadi semenjak kedatangannya, istri Lucky seperti menampakkan aura ketidaksukaannya, tapi fiks beneran, dia gak ada maksud, dia murni ingin ketemu Cantika, yah...dia lumayan bisa move on lah dengan Lucky, apalagi setelah dia tahu, bahwa Afif cinta pandangan pertamanya Lucky, Ela benar-benar hanya ingin mencintai suaminya semata. "Maaf mas, benaran gak papa aku gabung makan bersama kalian". Ela lebih baik meminta izin lagi, daripada perasan tidak enak menghantuinya. "Hehe... Ya gak papa lah, malah ramai kan, daripada kamu makan sendiri, iya kan Fif.". Lucky menanggapi pertanyaan Ela dengan santai sambil tertawa. "Iya mas". Afif menjawab hanya singkat dan menampakkan senyum bulan sabitnya kearah Ela yang sedang menatapnya. Sebenernya Afif sadar, perasaan ketidaksukaan yang dia tunjukkan ke Ela ini salah, tapi hawa nafsu perasaannya lebih kuat menguasai dirinya daripada akal sehatnya untuk bersikap ramah kepada mantan Lucky ini, tapi Alhamdulillah nya dia lumayan bisa mengontrol.Makanan pesanan mereka telah datang, setelah hampir 10 menit, mereka menunggunya sambil ngobrol ria. Bukan mereka, tapi Lucky dan Ela, karena sedari tadi Afif hanya menggapainya dengan satu atau dua kata sambil tersenyum dan pura-pura sibuk dengan Cantika, apalagi ditambah dia tidak paham arah pembicaraan mereka. Kadang Afif benar-benar ingin marah pada Lucky. 'apa Lucky tidak sadar aku itu cemburu, apa Lucky nglakuin ini semua biar aku cemburu'. Batin Afif bertanya-tanya. Dia diliputi perasaan gelisah dan takut kalau-kalau Lucky belum bisa move on dari Ela. Kan hancur hati Afif, apalagi setalah dia berikan semua pada Lucky termasuk rasa Cintanya. Afif melamun, makanannya hanya diaduk-aduk tak kunjung dia suapkan dalam mulutnya. "Shuttt...sayang... makanannya dimakan bukan diaduk-aduk aja". Tangan Lucky menyenggol tangan Afif, Afif langsung tersadar dari lamunannya. "Eh. Iya-iya mas". Ela hanya mengamati intraksi pasangan suami istri itu, ada rasa iri pada Afif. 'Beruntungnya Afif memiliki mas Lucky yang perhatian banget sama dia'. Tapi Ela sadar, wajar mas Lucky perhatian pada Afif yang notabene sebagai istrinya, dia tidak sepatutnya iri pada Afif.
Makanan pesanan mereka habis ludes dimakan, Cantika tadi makannya juga banyak, mungkin dia lapar setelah banyaknya tenaga yang terkuras saat dia melakukan terapi. "Afif, Mas lucky, aku pulang duluan ya....sudah malam soalnya". Ela pamit mendahului, karena malam juga semakin larut. "Ela kamu bawa motor". Ini adalah kalimat terpanjang Afif saat bicara dengan wanita ini. "Ehmm...aku naik taksi Fif". Ela kini telah berdiri dari kursinya hendak meninggalkan posisinya. "Eh la, ini sudah malam lho...lebih baik kamu pulang sama kita aja". Afif mencoba menghilangkan perasaan ketidaksukaannya pada Ela, karena sepertinya Ela adalah wanita yang baik, yang gak sepatutnya Afif membencinya tanpa alasan. "Iya la, kamu bareng kita aja, kita kan juga searah". Ada rasa yang berbeda ketika kalimat itu diucapkan Lucky, tapi bukannya tadi Afif juga mengucapkan hal yang sama, nah mungkin seperti itulah orang yang sedang cemburu. "Tapi sekarang aku gak di rumahku dulu, sekarang aku di rumahnya mas Abdi (suami Ela)". Ela menatap dua pasutri yang sibuk membereskan barang-barang mereka. "Oh rumahnya Abdi, ya gak papa, daripada kamu pulang sendiri malam-malam naik taksi". Lucky berucap sambil menggendong Cantika yang mulai mengantuk. "Ya sudah deh, terimakasih ya... sebelumnya". Ela tersenyum menatap Lucky dan Afif bergantian. Lucky menjawabnya hanya dengan acungan jempolnya, sedangkan Afif tersenyum dan menggandeng tangan Ela, mencoba mengakrabkan diri dengan wanita tersebut.
Suasana didalam mobil kali ini gak seperti saat makan tadi, Afif dan Ela kini mulai berakrab-akrab ria, apalagi kini Afif duduk bersebelahan dengan Ela di kursi penumpang, sedangkan Lucky duduk sendiri didepan seperti supir. Tadi sebenarnya dia sempat menolak untuk duduk sendiri didepan, tapi karena ini keinginan istrinya yang ingin akrab dengan mantannya, akhirnya dia menyetujuinya. 'Andai Cantika gak tidur, kan bisa nemanin aku duduk didepan', Ucap batin Lucky. Tapi sayang, gadis itu tertidur ketika perjalanan menuju parkiran. Sedari tadi Lucky hanya dicuekin dua wanita tersebut. Afif asik bercerita banyak hal dengan Ela. Sekarang Afif sadar, Ela adalah gadis yang cerdas dan nyambung untuk diajak bicara banyak hal. Pantas jika dulu Lucky sempat memiliki perasaan dengannya. Ela gadis yang asik, hubble, dan baik lagi.
Mobil Lucky kini telah meninggalkan pekarangan rumah minimalis yang dihuni Ela dan Abdi. Afif kini juga telah berpindah tempat duduk disamping Lucky, setelah Lucky sempat mogok mengendarai mobil, karena Afif gak mau pindah kedepqn. "Mas, Ela... Cantik dan baik ya..., Sholihah juga kayaknya". Lucky menoleh sebentar kerah Afif, tapi kemudian dia fokus kembali mengendarai. "Iya... mungkin". Afif heran dengan jawaban Lucky. "Kok mungkin sih mas". Lucky tetap fokus menyetir. "Ya mungkin, mas kan gak tahu, yang mas tahu memang dia cantik soalnya dia wanita, dia baik, iya selama ini dia baik sama aku, Sholihah....". Lucky nampak seperti berfikir. " Mas gak tau ukuran Sholihah itu seperti apa, kalau yang rajin sholat, kayaknya dia rajin sholat, kalau yang pakai kerudung, dia pakai kerudung". Afif menghembuskan nafas dengan kasar. "Ih...mas nih benar-benar ya...". Afif lumayan jengkel dengan jawaban Lucky, dia kemudian memalingkan wajahnya kearah jendela samping. "Kamu cemburu ya...". Sebenernya Lucky sudah menyadari kalau Afif cemburu sejak kedatangan dia bersama Ela tadi. "Siapa yang cemburu". Afif tetap tak mau menatap Lucky. "Ya kamu lah. Aku seneng kalau kamu cemburu". Mendengar ucapan Lucky, Afif langsung menampakkan aura marahnya. "Oh....., Jadi mas ngajak Ela makan bareng kita biar aku cemburu". Afif tak dapat menahan suaranya untuk tetap stabil. "Ya Allah sayang....aku gak ada maksud apa-apa, aku beneran murni, gak sengaja ketemu dia di pintu masuk". Afif menatap Lucky. "Trus alasan mas bilang aku cemburu kenapa". Afif mengerucutkan bibirnya. "Ya tingkah kamu sama Ela di restoran kayak orang cemburu". Lucky menggenggam tangan Afif. "Fif,...Mas seneng kalau kamu cemburu, berarti kamu ada Cinta untuk Mas, tapi mas gak seneng kalau kamu cemburunya berlebihan. Fif tanamkan dalam diri kamu. Percayalah bahwa hatiku hanya milikku". Lucky meletakkan tangan Afif di dadanya. Afif tak dapat menahan air matanya, setiap bersama Lucky, Afif berubah menjadi seorang yang sangat lemah, mudah menangis, dan sangat perasa alias sensitif. "Maafin aku ya mas, aku hanya takut kamu masih mencintai Ela, terus kamu meninggalkan kita". Afif menatap Cantika yang terlelap di pangkuannya sambil dielus-elusnya pipi Cantika. "Gak akan. Mas gak akan pernah ninggalin kalian, mas akan selalu ada buat kalian. Pegang janji mas". Dua mata pasutri ini saling memandang dan meyakinkan bahwa mereka akan ada diantara satu sama lain. "I love you Fif". Kalimat itu meluncur indah dari mulut Lucky. Afif tersenyum. "I love you too, Mas Nyebelin". Lucky mengernyitkan dahinya. "Kok mas nyebelin". Afif tetap mempertahankan senyumnya. " Ya... Mas memang nyebelin, tapi aku cinta". Lucky tersenyum dia bahagia.
~**~
Thanks for reading💜💙❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Estafet Jodoh
Adventure(Tamat) Mungkin ini adalah jalan dari takdir kehidupan dari Nya. Aku rela mengambil alih semua darimu, kan ku jaga dia selalu. Kan ku berikan seluruh waktuku untuknya.~ Afif~ Saat aku melihat mu pertama kalinya, tingkah mu langsung membuatku ilfil...